e m p a t

12.4K 2K 208
                                    

Dalam suasana hening dan sepi, ia sendiri. Dalam ruangan sepi dengan loker-loker bertuliskan nama pemiliknya. Ia duduk ditengah-tengahnya yang terdapat kursi panjang untuk para pemain istirahat. Dalam hatinya mendumal panjang tentang bodohnya dirinya.

Haechan menghela nafas pelan, menoleh kanan kiri sesekali untuk memastikan tidak ada orang. Haechan merutuki sikapnya yang seperti pencuri dalam loker anak basket ini. Dalam hati menyalahkan Hyunjin dan sifat bodohnya mengajak Haechan kemari.

Haechan memang tipe orang yang tidak tegaan. Ketika si Hyunjin alpha bodoh itu datang padanya dengan ekspresi memelas membuatnya iba, apalagi mulutnya berucap kalau ia baru saja ditolak omega wanita yang berada dikelas tiga. Haechan sebenarnya ingin menertawakan teman sekelasnya itu kalau saja tidak ekspresi alpha itu menyedihkan.

"Temani aku bermain basket, ya?" Pinta Hyunjin tadi sesaat ia menyuruh alpha itu duduk di depannya. Sebenarnya Haechan akan berteriak menolak kalau saja alpha itu tidak melakukan aegyo menjijikan di depannya. Dan berakhir ia terdampar disini sendiri karena ada alpha yang paling ia hindari, Mark Lee.

Haechan tidak tahu kenapa ia bisa menghindari kakak kelasnya itu padahal mereka tidak saling kenal. Bahkan mereka hanya terlibat percakapan kecil beberapa kali. Apalagi sikap Mark yang terlihat sangat jijik padanya. Padahal Haechan tidak melakukan apapun pada alpha sombong itu.

Haechan menghela nafas, dua jam disini dan Hyunjin belum terlihat akan kembali. Haechan lelah ingin segera kembali ke apartemen hyungnya dengan cepat. Rasanya bisa saja ia berteriak disini, namun ia tidak ingin dianggap tidak waras.

"Kenapa kau disini? Mencuri? Atau mencariku?"

Haechan memejamkan matanya menetralkan emosi yang tiba-tiba saja menguar mendengar suara alpha yang ia hindari mati-matian itu. "Iya, aku mencarimu." Jawabnya asal-asalan.

Haechan tiba-tiba kehilangan fokus dalam bermain games pada ponselnya. Dadanya tiba-tiba sesak, ruangan terasa menyempit dengan tiba-tiba. Keringat dingin mengucur didahinya. Nafasnya naik turun tidak beraturan, aura dominan Mark Lee tiba-tiba seolah menguasainya. Padahal mereka tidak terikat satu sama lain.

"...Chan!"

"Lee Haechan-ssi?!"

Haechan semakin terkesiap ketika Mark Lee tiba-tiba sudah di depannya dengan tatapan khawatir. Dapat ia lihat wajahnya memerah dengan tangan kanan yang menutup hidungnya erat. Tangan kiri yang digunakan menepuk pipinya pelan.

Haechan masih jauh dalam kesadarannya. Sesak dalam dadanya seperti ditimpa beton dengan keras. Oksigen seperti menipis dalam ruangan, apalagi ruang loker itu terasa menyempit menyumbat pernafasannya. Yang membuatnya hampir kehilangan kesadaran adalah aura dominan Mark Lee yang seolah menguasainya. Membuatnya lemah hanya dengan menghirup aroma feromon yang dikeluarkan dengan sengaja atau tidak sengaja itu.

"Bernafaslah dengan baik!"

Alpha voice yang masuk dalam kepalanya membuat perintah seperti itu. Haechan berangsur membaik mendengar perintah itu, nafasnya sudah terdengar normal seperti biasa. Matanya berusaha berfokus pada manik onyx milik Mark yang seolah ingin mendominasinya.

"Bernafaslah dengan baik dan berhenti merepotkan orang lain!"

Setelah alpha itu pergi meninggalkannya, Haechan meringis. Kenapa harus sekasar itu padanya? Kenapa juga ia harus terkena panic attack saat bersama alpha sialan itu?

Haechan masih mengumpulkan kesadarannya yang seperti hilang beberapa waktu yang lalu itu. Menyeka keringat yang ada didahinya. Tangannya memegang dada kirinya dimana jantungnya berdetak tidak karuan. Kenapa ia meremang hanya disentuh pipinya oleh alpha sialan itu? Kenapa juga Mark repot-repot khawatir padanya?

Sempiternal • MarkhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang