Air Mata Anne

Da RonaBukit17

2.8K 112 17

Kekuatan hati yang dimiliki Anne tidak melepaskan dirinya dari keterpurukan. Anne, seorang anak yang tidak p... Altro

Prolog
Pillihan
Bersemayam dibalik senyum
Pemilik kekuatan
Walaikumsayang
TTM
Danau Saksi Bisu
Balasan berbuat baik
Kesurupan
Hati yang terciduk
Pengakuan
Terkuaknya Kebenaran
Persimpangan
Dibalik Cinta Pak Indra

Pedih

86 4 0
Da RonaBukit17


Jarum detik akan terus mengitari putaran waktu tidak peduli apapun keadaanmu.

Tas ransel telah terisi dengan beberapa pasang baju untuk beberapa hari. Anne memutuskan untuk berkunjung ke tempat kakaknya saat tidak ada jadwal belajar, kamis sampai minggu.

"Nek... udah siap kau?" suara Mayda melengking terdengar dari sebrang halaman.

Anne pun bersiap keluar dari rumah.

Jadwal mengajar mereka yang memang sengaja di samakan oleh Mayda. Mayda harus melewati seratus delapan puluh kilometer untuk sampai di ladang sawit sedangkan Anne harus menempuh seratus lima puluh kilometer untuk sampai dirumah kakaknya.

Di pertengahan jalan Anne berbelok kearah sekolah Lika. dia ingin berpamitan kepada sahabatnya itu.

"Aku disini aja ya nek! malas nengok kawan kau sebijik tu." Anne hanya membalas dengan senyuman melihat kekesalan yang masih menempel di wajah Mayda.

Anne berjalan cepat menuju pintu kantor guru. Seorang guru wanita tertabrak oleh Anne. "Eh bu Anne, tolong lah buk bilangi sama kawan ibuktu, kalok mau buat mesum jangan lah pulak di sekolahan, apa itu yang di ajari sama klen waktu kuliah dulu? Katanya klen terpelajar nya! Kampus klen pun bagusnya! Kok kek gitu kelakuan klen?" Ibu Iin melampiaskan kemarahannya kepada Anne.

"apanya Ibuk ni? Aku gak tau apa-apa pun! Kok jadi aku pulak yang kenak! Aneh!" balas Anne kesal.

Ibu Iin pergi meninggalkan Anne.

Anne tidak mendapati siapapun di dalam ruang guru. Anne memanjangkan lehernya mencari Lika, penasaran dengan lontaran kalimat Ibu Iin.

Beberapa detik kemudian Anne mendengar samar suara sesegukan.

Lika duduk menundukkan kepala di topang oleh lutulnya di balik lemari guru.

"Bo! Kau kenapa?" Anne terkejut melihat sahabtanya yang kacau, kerudungnya berantakan sehingga menampakkan sebahagian rambutnya.

Perlahan Lika menarik kepalanya dan berdiri memeluk Anne. Tangis Lika pecah di pelukan Anne.

Anne memapah Lika menuju sofa ruang tamu.

Anne menyapu airmata di pipi Lika dan memberikannya segelas air putih.

"Kau kenapa sih? Kok kau nangis sampek kek gini kali?" Anne perlahan bertanya.

"ta-ta-ta-tadi Re-rey nyium aku..." Lika mencoba bicara dalam sesegukan.

Kening Anne berkerut dalam keterkejutan.

"Hah... apa katamu? Cium? Kau dicium Rey?"

Lika kembali menangis.

"Bentar-bentar... kau dicium Rey? Kau dicium atau... kalian ciuman?" Anne berfikir logis. Bagaimana tidak, dia pernah melihat Rey mencium bibir Lika di teras rumah yang gelap. Lika? dia diam seolah menikmati sosoran Rey. Tapi Anne cukup dewasa untuk bersikap tidak tau dan tidak terjadi apa-apa.

Tangis Lika semakin menjadi.

"Oh dah tau aku jawabannya. Makanya gak usah kau main api! Di sekolah pulak kau buat kek gitu! Hari ini kau ciuman, besok kau ngapain? Bezinah? Hah? Cobak kutanyak? Ish kerjaan kau lah! Terus ngapain kau nangis? Ke gep kau? Iya? Bagus lah! Biar kapok kau! Pacar udah ada, disini kau main gila lagi! ish..." Anne meracau kesal.

"Udah lah nek! sedih kali aku!"balas Lika dengan menguatkan tangisannya dan menjatuhkan kepalanya di bahu Anne.

"kenapa kau sedih? siapa aja yang tau?" bentak Anne.

"Ta- tadi aku makan di suapi sa-sama Rey, ti-tiba-tiba mukanya Rey ke mukakku te-terus dia nyi-nyium aku." Lika kembali menambah frekuensi tangisannya.

"a-a-a walnya aku marah, ta-tapi ntah napa kok aku ja-jadi nerima." Dengan kalimat terputus-putus, Lika mencoba menjelaskan.

Anne menggelengkan kepalanya tidak mengerti dengan apa yang ada di fikiran Lika saat itu.

"Ma-ma-malu kali aku nek! masak aku di tunjuk-tunjuk sama bu Iin, di tarek aku ke lapangan, di bilangnya a-a-aku gak punya etika jadi guru. Di-disitu semua a-anak muridku." Sesugukan dan suara putus-putus, Lika kembali meraung.

Anne prihatin sekaligus kesal melihat sahabatnya itu. "terus mau kek mana lagi? kau yang bikin masalah! Kau jugak lah yang harus nyiapkannya!" ucap Anne dongkol "Ntar-ntar Rey dimana?"

Lika menatap Anne sedih. "aku-aku-aku dituduh udah ngerusak si Rey, kata Ibu Iin kalok Rey itu anak baik sebelum kenal aku. a-aku u-udah bikin Rey jadi anak nakal!" tangisnya bertambah tinggi.

Anne kembali ke teras kantor guru mencari sosok lelaki bejad yang tidak mau bertanggung jawab atas perbuatannya. Anne mengelilingi lapangan dan membuka semua kelas demi mendapatkan Rey.

Satu tempat yang tidak disangka oleh Anne, dibalik dinding kamar mandi, Rey duduk beralaskan rumput dan menekuk kepalanya bersatu dengan lutut dan memukul-mukul kepanya dengan kedua tangannya.

Anne menarik tangan Rey hingga hampir terjatuh. "Kau! Kalok kau bikin masalah, jangan lari kau ya! Kau tengok kawankutu udah kayak apa di buat sama Ibu Iin, ish, kau lakik gak sih?!" anne membentak-bentak Rey. Tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut Rey.

"Ngomong kau! Jangan nyium orang aja kau bisanya!" Anne mendorong keras bahu kanan Rey,

"Ada apa si nek?" Anne menoleh ke kanan. Entah sejak kapan Mayda ada di belakangnya.

"Dia pun mau nya, udahnya kutanyak, katanya dia mau, makanya kucium, kalok ndak kan ndak kucium!" Rey berani angkat bicara sembari menegakkan kepalanya.

"Apa-apa... cium? Siapa yang di cium? Klen ciuman? Disekolah? Ngeri kali klen ah!" dengan wajah keterkejutan yang dibuat-buat. "kek mana rasanya Rey? Enak bibir bu Lika?" mayda menambah nyala api dengan candaannya dalam ketegangan Anne dan Rey.

Anne melotot kearah Mayda. "Kau! Bagus diam!" kalimat yang membuat Mayda terkejut dan takut hingga dia terdiam dengan muka pucat pasi.

"Aku gak mau tau ya, yang aku tau kalian ciuman terus ketauan sama Ibu Iin, terus Lika di geret ke lapangan, di bilang guru gak punya etika, di bilang udah ngubah kau jadi anak nakal! Padahal kalian sama bikin masalah itu. kau siapkan masalah itu berdua! Jangan pulak kau tinggalkan si Lika sendiri nanggung jinah kalian bedua tu! Ngerti?!" Anne pergi meninggalkan Rey dengan muka ketakutan dan tubuh gemetaran. Sementara mayda mengikuti langkah Anne tanpa berani berkata lagi sepatah katapun.

***

Sudah hampir setengah jam Anne dan Mayda meninggalkan kejadian di sekolahan. Mayda masih merasa takut untuk memulai percakapan.

"kau takut ya nyakapi aku?" Anne menoleh ke kanan sambil memelankan laju kereta.

Mayda membelokkan arah kereta di depan kereta Anne, mengisyaratkan untuk berhenti sebentar. Anne pun mengikuti perintah Mayda.

"Sumpah nek, aku takot kali kalok nengok kau marah lah! Ngeri kali, serem kali aku!"

"Bagus kalok kau takut! Untung pun masih ada yang kau takutkan!" anne tertawa di pinggir jalan.

"Tapi nek, kalok di pikir-pikir ya, baru semalam nek, aku dibikin dia kek gitu, sekarang dia yang dapat kek gitu."

"Maksudnya? Kau itu kalok ngomong yang jelas napa? Kebanya'an kek gitu, langsung aja kasi tau masalah intinya!" anne tersenyum karena tau apa yang di maksudkan oleh Mayda.

"Alah kau pun tau nya itu maksudku." Kesal Mayda.

"Iya aku tau, apa yang kita tanam, pasti itu jugak yang kita tuai. Aku tau kau gak salah, dan aku jugak udah prediksi pasti Lika dapat ganjaran dari apa yang dia bikin, anddd inilah yang dia dapatkan." Anne melemparkan senyuman manis kearah mayda.

"Ummakkkk nekkk.... senyum kauuu..." mayda berekting seolah tertembak oleh peluru tepat di dadanya. "aaaakkkkkkk......."

"Apa sih kau?" Anne tersipu malu.

"Ih sumpah! Aku makin cinta lah sama kau! Boleh cium?" goda Mayda.

Anne melotot dan refleks mengepalkan tangan kanan dan melayangkannya hingga hampir mengenai muka Mayda.

"Iya-iya galak kali kau pun!"

"Galak-galak pun, banyak yang sukak!" Anne menjulurkan lidahnya keluar dan menarik gas kereta dan melaju kencang meniggalkan Mayda.

***

Anne dan Mayda berpisah di persimpangan menuju rumah kakak Anne.

"Minggu siang jam dua ya beib" mayda menaik-naikkan alisnya.

Anne lagi-lagi menjulurkan lidahnya keluar dan langsung membelokkan stang kereta.

"Nekkkk..... lapyu..." teriak Mayda. Anne hanya melambaikan tangan kiri tanpa menoleh lagi kebelakang.

Hampir tiga jam perjalanan

menuju desa yang lebih terpencil lagi dari pada tempat yang ditinggali Anne saat ini.

Rumah kokoh dan cukup besar untuk desa yang berpenghuni cukup ramai tapi jauh dari kota besar.

Kakak tertua Anne sudah cukup sukses bila di bandingkan dengan anggota keluarga lainnya.

"Bibi..." teriakan anak kelas dua SD sambil memeluk pinggang Anne. Nisa dan Ibunya sengaja menunggu Anne saat Anne mengatakan akan datang kerumah mereka.

Anne jongkok dan mencubit pipi merah nisa. Anak bungsu kakak tertuanya.

Kedua anak gadis kecil yang cantik itu sangat dekat dengan bibinya. Nisa dan Lili.

Mereka berebut untuk duduk dan bermain di pangkuan Anne setiap kali Anne datang ke rumah mereka.

"Udah dari tadi sampek ne?" suara yang mengejutkan mereka bertiga saat sedang asik bermain boneka.

"Eh abang! Iya Anne udah dua jam'an lah sampeknya! Baru pulang dari ladang bang?"

Abang ipar Anne hanya mengangguk tersenyum dan berlalu ke kamarnya untuk membersihkan diri. Keluarga mereka mempunyai ladang sawit yang cukup luas untuk mencukupi kehidupan mereka.

Makan malam yang hangat. Di ruang keluarga Nisa dan Lili bermain dengan riang. Saat tidurpun mereka tidak mau terpisah dari pelukan bibi kesayangannya.

Nisa rewel minta di kuncir oleh bibi Anne, sama halnya dengan Lili. Padahal rambut panjangnya tidak pernah mau untuk di kuncir. Ibu dan ayahnya hanya bisa tersenyum melihat tingkah kedua gadisnya.

"Kau sarapan dulu Anne, nanti kita ke pasar beli keperluanmu." Ucap Abang Karya santun.

"Ayah aja yang beli, nanti Ibu tuliskan apa aja yang mau dibeli, biar Anne bantu aku masak!" Kak Ratna menyela ucapan suaminya.

Anne hanya menurut apa yang di perintahkan apapun yang mereka katakan.

Anne dan Kak Ratna mengantarkan Bang Karya ke pagar depan. Bang Karya setuju dengan usul istrinya.

"Apa rencanamu?" Kak Ratna buka suara saat mereka hanya tinggal berdua.

"Rencana apa?" jawab Anne bingung sambil mengiris bawang.

"Kau udah tiga bulan di sana, apapun belom nampak, keretamu aja pun tak tebayar kau, makan pun kau senin kemmis!" ketus Kak Ratna pedas.

"Ya terus mau kek mana lagi? kan aku gak tau kalok kek gitu ujungnya?" Anne mencoba membalas dengan suara terputus-putus.

"Ya kau mikir lah, Ibuk udah nyekolahi kau tinggi-tinggi masak kau cuman sampek disitu?"

"ya kan kita gak tau besok kayak mana? namanya pun masih merintis ya wajarlah sakit! Kau pun aneh! Kalok aku anak orang kaya mungkin aku gak ngerasai yang namanya mintak beras ke tempat kau ini, ratusan kilo pun ku pala-palai biar aku bisa makan!" Anne sudah kembali mendapatkan kepercayaan diri untuk membalas umpan Kak Ratna.

"Bukan kek gitu, cobaklah kau pikir, kek gini kau datang, ototmatis abangmu gak kerja, belikan beras untuk kau, belikan keperluan kau, berapa duit jugak nanti abis untuk kau, memang bagus kali dia ngelayani kau, tapi ujungnya nanti awak jugak yang kenak, kau jugak nanti yang di ungkit-ungkit sama dia kalok kami berantam."

Anne membeku mendengar kalimat terakhir kak Ratna.

"Ini lagi, kau! Udah dua bulan nunggak kereta, abangmu memang manis ngomongnya. Kalok belom ada ya udah gak usah di pikiri kali' itu kan yang di bilang abangmu sama kau?"

Anne hanya menatap Kak Ratna lirih.

"Kami ini tau kau! Udah gak makan gara-gara kau nuggak dua bulan! Udah berapa duit cobak bulanan kau! Kami pun susah kali lo! Pemasukan kami sekarang gak ada lo, mana uang makan, uang sekolah anak-anak! Kau lagi! ih pening kali aku lah." Kalimat yang begitu memilukan hati Anne.

"Ya.. ya nanti lah cobak aku carik pinjaman, kalok pun ada mungkin entah satu-satu bulan dulu lah bisa aku usahakan." Anne mencoba bersuara dengan tercekat.

"Iya, kau usahakanlah itu. kami pulak nanti yang berantam gara-gara kau!"

Anne menyapu hidungnya yang mulai berair. Dia berusaha keras untuk tetap bertahan dalam sesak di dadanya.

Perubahan rencana yang dilakukan oleh Anne. Percakapan Anne dan Mayda melalui pesan singkat.

"Aku pulang besok pagi jam sepuluh. Aku duluan ya?"

"Loh kenapa nek?

Nek?

Sabtu pagi dengan alasan harus menyiapkan tugas yang terlupa. Anak-anak merajuk karena Bibi Anne melanggar janji untuk pulang hari minggu.

Bang Karya juga tidak bisa mencegah keputusan Anne untuk pulang lebih awal.

Satu goni perlengkapan dapur yang sudah disiapkan Bang Karya. Beras, gula, minyak, sayur yang dipetik dari kebun mereka sendiri dan sedikit uang saku.

Anne melajukan motor dengan perlahan mengingat lagi kata demi kata yang keluar dari mulut kakak tertuanya, yang tidak di sangkanya. Kesedihan menyelimuti hatinya. Air matanya hampir saja terjatuh sebelum dia menyadari bahwa dia pasti bisa melewati ini. Allah tidak akan memberikan suatu cobaan tanpa diiringi dengan kemampuan.

Tetapi tugas setan adalah menggoda umat nabi Muhammad SAW. Anne berfikir, tidak ada yang bisa di perjuangkan lagi di tempat itu. bahkan anggota keluarganya sekalipun tidak memberikannya dukungan. Dia hanya berfikir bagaimana caranya untuk keluar dari tempat itu.

"Perlahan tapi pasti, hanya keyakinan yang di perlukan dalam kesabaran. Setiap masalah pasti mempunyai penyelesaian. Hanya lantunan doa yang akan mampu mengubah ketentuan Allah azza wa jalla."

Update kelamaan, soale masih kongsian sama sista yang katanya lagi nyusun skripsi, alhamdulillahnya sekarang skripsinya udahan kelar.

Target tiap minggu updatenya harus di galakin lagi.

Happy reading....

Continua a leggere

Ti piacerà anche

272K 6.2K 58
❝ i loved you so hard for a time, i've tried to ration it out all my life. ❞ kate martin x fem! oc
95.9K 2.5K 35
A little AU where Lucifer and Alastor secretly loves eachother and doesn't tell anyone about it, and also Alastor has a secret identity no one else k...
699K 1.2K 22
Smexy One shots😘 Got deleted twice 3rd times a charm🤦🏻‍♀️😭
19.2K 633 28
روايه اماراتيه تتكلم عن مثايل وحيده امها وابوها الي عانت من الم الانفصال الام : نوره الاب : محمد تاريخ الكتابه : 19/3/2023 تاريخ التنزيل : ..