Wanna Die (Complete)✓

By AnggraiMoris

10.6K 1.9K 478

"Karena mengenal mu, membuat tujuan hidup ku menjadi dua kalimat 'mencintai mu' dan 'memiliki mu'." ~Ethan Gr... More

Cast
1.Black Rose
2. Terror
3. Who is He?
4. Welcome
5. It's not Dream
6. Difficult Part
7. Hope
8. Not Friend's
10. He change everything
11. He is Steve Alward
12. Jealous
13. Your Side
14. Tell me
15. Clue
16. Hateness
17. The monster drama
18. Slowly
19. Micky Mouse or me?
20. Queen Sweta
21. Always be mine
22. About Dream
23. The victim
24. New Love
25. Don't disturb my girl
Bonus Pict
26. Sweet Couple
27. My Daddy
28. Darkness
29. Battle for her
30. Be Near
31. Hate and angry
32. He lose
33. Wanna die?
34. The Death Flower
35. New life
36. Without love
37. At my worst
38. Survive you
39. It's hard
40. Our girl

9. I'm back

313 67 9
By AnggraiMoris

Deru mobil klasik memecah keheningan gelap malam itu, cahaya lampu mobil mungkin hanya  satu-satunya penerang dari beberapa menit yang lalu sebelum akhirnya wajah cantik Clara menjadi nampak lalu menghilang begitu seterusnya karena lampu jalan. Entah sudah berapa kilo meter mereka lalui, yang pasti setiap perputaran roda sangat berarti kelegaan bagi Clara.

Tak henti-hentinya ia merapalkan doa dalam hati, sungguh rasanya beban yang ia tanggung hanyut dalam satu ombak besar. Penculikan, pembunuhan, kekerasan, darah, itu bisa disebut sebagai neraka. Neraka yang telah dilaluinya dirumah yang ia tak tahu jelas dimana tempatnya. Entah itu dipinggiran kota, tengah hutan, atau apapun itu. Rumah Ethan sangatlah sepi, berbulan-bulan tinggal disana dia hanya menemukan dan bisa berkomunikasi hanya dengan satu orang dari lingkungan luar, Josley. Hanya Tuhan yang tahu bagaimana nasib pria itu sekarang.

"Kau harus menuruti ku dan mematuhi ku."

Clara menggeser sedikit kepalanya yang begitu nyaman bersandar kearah pria disampingnya.

'Tidak! Aku tidak akan pernah mematuhi siapa pun. Aku benci peraturan yang tidak buat oleh diri ku sendiri.'
Clara hanya menjawab dalam hati. Pria itu benar-benar mengganggu suasana hatinya.

"Kau harus mencintai ku." Tekad Ethan begitu bergairah.

'Aku tidak akan pernah mencintai mu, aku bersumpah itu.'

Clara meremas rok nya sendiri, tanda ia punya tekad tak kalah besar dari kebalikan keinginan Ethan.

"Tidurlah Sayang, ini masih sangat jauh." Suara Ethan berubah lembut.

Bukan karena menuruti ucapan Ethan, tapi karena angin malam memberikan Clara kesejukan untuk mencoba nyenyaknya tidur. Matanya juga terasa berat.

Akhirnya dia kembali, dirinya bisa pulang dan terbebas dari rumah mengerikan itu hanya dengan persetujuan untuk menjadikan Ethan sebagai kekasihnya.

Clara sedikit ragu, ia sadar sepenuhnya bahwa keputusan yang ia ambil mungkin akan sangat mempengaruhinya dimasa depan. Tapi ia tak sabar untuk bertemu orang tuanya dan kembali pada karirnya. Setidaknya itu yang ada dipikiran Clara.

*

Mentari belum terbit, bahkan dingin masih terasa menusuk tulang.

Ethan mengecup pucuk kepala Clara dengan sayang, memberi elusan pada pipi chubby nya bermaksud membangunkan. Tak butuh waktu lama, Clara mengerang dan perlahan membuka matanya.

"Selamat datang dirumah mu Honey."

Wajah Clara sumringah bahagia, segera ia turun dari mobil. Benar,ini bukan mimpi. Surganya telah berada didepan mata. Bangunan putih itu adalah rumahnya. Clara berlari meninggalkan Ethan.

"No...na...Nona Clara?" Salah satu maid menatap sosok Clara tak percaya. Clara menghiraukannya, ia mencari mommy dan daddynya.

Di kamar tak ia temukan, bahkan saking senangnya Clara penuh semangat menaiki tangga ke lantai tiga melupakan lift yang berada di mansion itu.
Clara kembali mencari mereka, langkah kakinya membawanya keruang makan.

Prang...
Nancy menjatuhkan gelas yang ada digenggamannya. Clara menatap mommy dan daddynya bergantian. Ia melihat bulir-bulir air mata dipelupuk Nancy.

"Nak...?" Mendengar suara Nancy bergetar tak kuasa Clara juga tak mampu membendung air matanya agar tak keluar.

"Nak.. Ini kau kah?"

Clara menghambur memeluk Nancy erat.

"Ini bukan mimpi?" Nancy masih terpaku tak bergerak dipelukan Clara.

Clara mendongak. "Mommy..."

Mendengar itu, Nancy tersenyum haru. Ia membalas pelukan Clara dan menangis bersama. Para maid bahkan mulai berdatangan. Alex, ia tak tahu harus berkata apalagi. Persetan jika bawahannya melihatnya menangis. Rasanya sangat luar biasa God. Alex bergabung memeluk dua bidadarinya itu.

"Kami merindukan mu, kami sangat khawatir-" Ucap Nancy begitu pelukan itu terlepas.

"Sssttt... Aku tahu itu."

Nancy diam sejenak, melihat wajah sayu anaknya. Ia tampak cantik tak kekurangan sedikit apapun walau badannya sedikit kurus. Tapi itu tak masalah.

Nancy bersimpuh memeluk kaki Clara.
"Mommy minta maaf, Mommy menjadi ibu yang buruk untuk mu hingga kau merasa tak berati untuk kami. Jangan lakukan ini lagi pada kami, kau segala-galanya."

"What did you do that mom?" Clara tak menyangka mommynya akan bersikap seperti itu. Ia mengambil tangan Nancy, menciumnya beberapa kali dan memapah Nancy berdiri.

"Bangun Mom, kau tak seharusnya melakukan ini. Sekarang aku kembali, mari membuka lembaran baru. Apakah kau bersedia memulai cerita bahagia dengan ku?"

Nancy mengusap air matanya kasar, lalu mengangguk. Perhatian Clara bergulir pada Alex, pria itu merentangkan kedua tangannya. Clara lantas seketika berada dalam rengkuhan daddynya. Alex mengecupi kening Clara, meluapkan rasa rindu dan penyesalannya.

"Aku tahu kau akan baik-baik saja." Tutur Nancy membuat Clara menghentikan isakannya didada sang ayah. Clara menatap Nancy dengan alis berkerut.

"Ada yang mengirimi kami surat yang memberitahukan bahwa kau masih hidup, dia akan menjaga mu, dan meminta kami untuk tak terlalu khawatir. Tidak ada yang tahu siapa pengirimnya, hanya ada inisial E.G."

"Khemmm." Semua perhatian tertuju pada lelaki tampan diambang pintu dengan setelan jaket putihnya.
Clara memperhatikan kedua orang tuanya dengan ekspresi bertanya-tanya.

"Siapa dia?"

Skak mat! Clara diam seribu bahasa, ia belum memikirkan hal ini sebelumnya. Menyadari kebungkaman Clara, Alex pun angkat bicara.

"Sebaiknya kita mengobrol sambil menikmati hidangan yang masih hangat ini."

Mereka berempat duduk,
"Silahkan makan, dan ini untuk mu Clara." Ucap Nancy ramah.

Sudah berapa lama Clara tak merasakam makan satu meja bersama kedua orang tuanya. Dengan senang hati ia menerima uluran cumi goreng dari sang mommy.

"Jadi bisakah kau ceritakan semuanya Sayang?"

Clara tersedak meminum air putih. Diliriknya Ethan bersikap santai sambil terus mengunyah pelan.

"Mmmm... Dia pacar ku." Pipi Clara memerah mengucapkan kata 'pacar' yang terdengar keramat baginya, menjijikkan. Giliran Alex dan Nancy yang terkejut. Tak menyangka apa yang baru dikatakan putrinya pasalnya Clara sangat cuek untuk urusan asmara.

"Ada seseorang menculik ku dan mungkin ia berniat meminta tebusan. Orang itu sangat berbahaya dad, bahkan membunuh adalah hal biasa baginya. Lalu...." Clara memicingkan matanya intens berharap mommy dan daddynya percaya akan karangannya.

"Lalu Ethan datang menolong ku. Dan kami...." Clara mengulum bibirnya untuk melanjutkan kalimatnya.

"Dan kami saling jatuh cinta selama bersembunyi beberapa bulan, itulah sebabnya aku tak pulang."

"Perkenalkan nama ku Ethan." Ethan mengeluarkan suara yang kelewat manly nya tersebut.

"Dad, bisakah kau tak membahas hal itu. Yang penting aku sudah pulang dan selamat. Sungguh kejadian itu membuat ku trauma."

Alex menghela nafas mengerti. Clara sudah pulang sangat lebih dari cukup baginya. "Daddy ingin bertanya satu saja. Dimana penculik itu? Apa ia masih mencari mu? Daddy khawatir ia akan kembali mengganggu mu."

"Ah tidak usah khawatir. Kemarin dia mengalami kecelakaan dan tewas ditempat saat mobilnya mengejar mobil kami. Jadi kami bisa pulang sekarang." Astaga, bolehkah Clara tertawa atas kebohongan recehnya itu.

"Terima kasih atas bantuan mu. Kami punya hutang budi pada mu." Ucap Alex tersenyum dan dibalas dengan senyuman kecil oleh Ethan.

"Sekarang sudah larut, kau pasti lelah-"

"Ah ya, aku akan segera istirahat. Ethan akan segera pulang dari sini. Tentu aku sangat merindukan kamar ku." Potong Clara cepat. Ia melirik ke arah Ethan, takut-takut jika pria itu merasa terusir. Tapi Clara akan benar-benar lega jika Ethan enyah dari hadapannya. Buru-buru Clara naik ke lantai dua agar terhindar dari pembicaraan selanjutnya.

Sesampainya di kamarnya Clara langsung menghempaskan tubuhnya di kasurnya, mengelus guling kesayangannya. Akhirnya ia bisa kembali.

*

Tengah malam, diantara kegelapan kamar. Ada sesuatu yang berjalan merambat dari ujung kaki Clara sampai seseorang menyembulkan kepalanya dibalik selimut begitu sampai diujung selimut. Pria itu tak lain adalah Ethan. Ia mensejajarkan wajahnya dengan wajah lelap Clara.

Merasa ada nafas lain yang menerpa wajahnya, perlahan Clara membuka mata. Jeritannya teredam terhalang tangan besar yang sigap membekapnya.

"Ini aku, Ethan." Clara berhenti meronta.

"Aku hanya merindukan mu. Aku tidak terbiasa jauh dari mu selama beberapa bulan ini bukan?" Setelah mengucapkan hal itu Ethan memiringkan wajahnya.

"Lakukan permainan sesuka mu. Aku akan mengikuti alur mu." Bisiknya pelan.

Sial, Clara merasa terjebak oleh dirinya sendiri. Sebelum Clara pulang, Ethan sama sekali tak menyinggung apapun jika nanti ditanyakan perihal menghilangnya dirinya. Padahal bisa saja Clara memberi tahu bahwa Ethan menculiknya dan menjebloskannya dalam penjara. Karena melihat reaksi Ethan tersebut membuat Clara mempersembahkan drama palsu, Ethan terlalu sombong untuk mengatasinya nanti. Clara juga belajar satu hal, bahwa Ethan adalah pria yang penuh persiapan. Clara harus hati-hati, apalagi Clara melihat Ethan menyeringai antara meremehkan dan merasa menang saat Clara mengakuinya sebagai pacar.

Ethan beralih mengecup leher Clara. Ada sensasi aneh saat leher jenjangmya dicumbu mesra seperti itu. Itu adalah titik sensitiv Clara. Mata Clara bergerak gelisah seiring degub di dadanya mengencang. Hingga Clara tak merasakan pergerakan dilehernya selain deru nafas teratur. Menyadari Ethan tertidur Clara mendorong Ethan sekuat tenanga hingga tubuh diatasnya jatuh disampingnya.

"Hey jangan tidur disini nanti ada yang tahu. Mommy ku sering ke kamar ku saat malam." Clara sedikit mengguncang pundak Ethan.

"Ya aku tahu. Tenanglah!! Aku telah mengatur semaunya." Ethan menjawab tanpa membuka matanya.

*

"Wah aku tak menyangka akan seramai ini." Silly berkata pada temannya, Mia.

Mereka sedang menghadiri sebuah acara untuk membahas pembuatan film yang digadang-gadang akan sangat menyita perhatian buplic. Dilihat dari penyiapan dana untuk pembuatan film tersebut yang fantastis, bahkan film tersebut sepertinya sangat dinanti-nanti dan populer sebelum rilis hanya karena sang sutradara William James, mengupload sipnopsis singkat film yang akan digarapnya tersebut dalam akun twitternya.

'Pertemuan...
Tak perlu mengenal...
Penyatuan hati...
Dan cinta,
Disaksikan cahaya rembulan.
LOVE MOON, the sweet story.'

Hanya begitu penggalan postingannya. Tentu film ini akan menceritakan kisah romansa berjudul Love Moon.

"Ini sekaligus konferensi pers ku dengar. Sutradaranya sangat terkenal mungkin karena itu bahkan orang umum pun banyak yang berdatangan." Timpal Mia berusaha menerka-nerka keanehan yang dirasanya.

"Ladies and gentleman. Selamat datang di grateist aula. Kali ini kita akan mendengar langsung terkait dengan film yang ramai dibicarakan dari beberapa bulan lalu. Langsung saja kita persilahkan sutradaranya. William James."

Suasana ricuh bertepuk tangan. Hari ini adalah batas waktu Clara, betapa senangnya Silly sebentar lagi dirinya mungkin akan diperkenalkan sebagai pemeran utama seperti impiannya.

William James mengambil microphone. "Ok terima kasih atas partisipasinya. Sebuah karya adalah salah satu bagian terpenting dalam hidup ku. Berharap menjadi sutradara aku dapat mengulang beberapa alur kehidupan sendiri. Menuangkan sebuah harapan, ide, dan hal-hal yang ada diotak mu menjadi nyata. Walau hanya dalam sebuah drama adegan per adegan tapi anda merasakannya." Kalimat pembuka bernuansa puitis tersebut membuat penggemar semakin tak sabar menunggu film itu selesai walau sekarang ini para pemain saja belum ditentukan.

"Menangis untuk scene yang sedih, serta ikut bergembira jika happy ending. Tak sembarangan aku memilih pemeran. Ya judulnya Love Moon. Dan yang menjadi pemeran utamanya ialah dia yang memiliki sinaran bintang dimatanya dalam artian bertalenta dalam segala hal.
Clara Evely Razita."

Semua terperanjat kaget, tidak ada yang tahu Clara telah kembali. Jadi acara ini termasuk pengumuman secara langsung lewat media mengenai kasus Clara.

Clara mengenakan gaun putih, membiarkan punggungnya terekspos. Rambutnya ia jinjing menyisahkan sedikit helai rambut disisi telinganya. Sangat anggun sempurna ditambah riasan elegan yang membuatnya tampak seperti bidadari. Cantik dan rupawan. Ia tak sendirian, Ethan mendampinginya dengan merengkuh pinggangnya. Para fans berteriak histeris, beberapa bertanya-tanya siapa pria itu.

"Siapa pria yang bersama mu Clara?"

"Syukur kau baik-baik saja, kau sangat cantik."

"Aku menyukai mu, kau yang terbaik."

Clara menyikapi semua itu dengan rasa syukur. Singkatnya Clara menjawab pertanyaan awak media dan fansnya tentu dengan jawaban karangannya, ia telah memikirkannya matang-matang.

Setelah sesi pertanyaan selesai, Silly menghampiri Clara yang sedang sibuk menyalami para rekan kerja ataupun meladeni penggemarnya berfoto dan meminta tanda tangan.

"Congratulation for you Clara, kau bisa selamat dan menjadi peran utama di film ini." Silly meremas rok nya, memendam marah dan ketidak terimaannya bulat-bulat.

"Ya tentu saja." Balas Clara datar dan berlalu begitu saja.

"Bahkan kau bisa mendapat kekasih yang sangat tampan seperti itu Clara? Tidak akan ku biarkan kau bisa mendapat segalanya." Raung Silly dalam hati.

*

Ethan menyetir mobil sedangkan Clara memainkan hp nya.

'Clara dikabarkan diculik, lalu muncul dengan pria tampan.'

'Clara Evelyn R. Membuat gempar akan kedatangannya'

'Tiga bulan menghilang Clara menjelma seperti ratu yunani."

Clara menggeleng-gelengkan kepalanya membaca judul artikel tentang dirinya tersebut.

*

Ketiga pria sedang serius melihat tayangan Tv. Komputer dengan tayangan yang sama. Tentang kepulangan Clara, yang cepat viral.

"Walaupun yang dijelaskan Clara masuk akal tapi aku mengenalnya luar dalam. Dia terbiasa mengulum bibirnya saat sedang berbohong."
Mike beberapa kali mereply Clara yang mengulum bibirnya yang tertangkap kamera.

"Jangan terlalu cepat menyimpulkan." Ujar Sean.

Dimana ada Sean, Peter pasti tak akan jauh darinya.

"Penjelasan Clara memang masuk akal. Tapi tidak ada yang tahu dia berbohong atau tidak, entahlah rasanya ada yang janggal."

Jelas saja, Mike bukan hanya satu dua tahun mengenal Clara. Gadis itu sangat anti pria, hatinya keras untuk diluluhkan. Lalu tiba-tiba ia datang membawa pria yang ia sebut pacarnya. Tentu Mike penasaran akan hal dibalik itu. Mengapa dan bagaimana.

"Kalau pun si penculik telah mati kecelakaan apa ia tidak memiliki komplotan? Jika salah satu rekannya selamat kemungkinan dia akan kembali membahayakan Clara ditambah motif balas dendam. Segala kemungkinan bisa saja terjadi bukan?" Ucap Sean yang diangguki Peter.

"Penjelasan Clara terlalu singkat dan tidak mendetail."

"Baiklah jadi sekarang kita memiliki alasan untuk tetap menyelidiki kasus ini. Kami berdua sebagai detektif merasa tertantang."

Gila saja, FBI dan polisi kesulitan dalam melakukan pencarian dan jika benar itu hanya dilakukan oleh satu orang, sepertinya menarik untuk mengusut latar belakangnya.

"Selidiki diam-diam, itu akan mempermudah gerak kita. Orang itu sepertinya hebat dan gesit, jika ia mati dengan seceroboh itu rasanya ada yang aneh." Mike mengelus dagunya dengan ibu jari, sebuah kebiasaan saat ia sedang berfikir.

"Jangan mengajari kami bocah. Minimal kita harus tahu wajah si penculik itu. Ya, sepertinya kita akan berjuang hanya untuk rasa penasaran kita. It's ok, no problem."

*

Dering ponsel Clara sangat berisik mengganggu konsentrasi sang pemilik kamar yang sedang membaca majalah. Diraihnya ponselnya, matanya memutar malas membaca name call yang tertera dilayar. Lalu ia meletakkan kembali hp nya disamping nakas.

Sepertinya membuat Ethan sedikit menunggu tak apa, ia terlanjur kesal pada pria itu. Dugaan Clara salah ia kira hp nya akan berhenti berdering namun sepertinya Ethan si keras kepala itu tidak akan berhenti menelponnya sebelum diangkat. Dasar, tidak tahu adat. Padahal sekarang sudah waktunya istirahat.

"Ya halo..."

"Aku menelpon mu sampai tiga kali, kau sengaja tidak mengangkatnya kan?"

"Aku tidak mendengarnya."

"Kau bohong!"

Clara mendengus sebal, Ethan tetaplah Ethan.

"Jangan memasang ekspresi cemberut jika berbicara pada ku sekalipun lewat telpon."

Aish, dari mana ia bisa menebak seakurat itu. Kontan saja wajah Clara semakin muram.
"Apa yang ingin kau katakan."

"Hanya sebuah ucapan selamat malam dan mimpi indah."

"Baiklah cepat ucapkan."

"Good night Honey, hope you have nice dream. Aku mencintai mu."

Clara merasa kupingnya panas,
"Sudah selesai. Aku lelah, ingin tidur. Bye."

Segera Clara mengakhiri telponnya sepihak. Ethan menyeringai diseberang sana sambil memperhatikan layar laptopnya. Bodoh, bahkan gadis itu tak menyadari bahwa Ethan meletakkan kamera tersembunyi dikamarnya. Ayolah, setiap waktu bahkan detik Ethan harus tahu apapun tentang Clara.

Dilihatnya Clara menarik selimut menyembunyikan hampir setengah kepalanya. Bahkan Ethan tak bosan memperhatikan laptopmya walaupun Clara sudah lama tertidur, baginya itu menyenangkan.

Mata elangnya menyipit, netra birunya meredup ditambah kurangnya pencahayaan kamar. Kukunya memutih, melihat seorang pria memakai penutup wajah mengendap-endap masuk ke kamar Clara. Dengan gerakan pelan menggendong Clara, sedangkan Clara sama sekali tak terusik. Itu membuat Ethan geram, beraninya orang itu mengusik gadisnya.

Ethan berlari dengan cepat mengendarai mobil.

*

Tidur Clara mulai tak nyaman karena dingin. Niatnya ingin memeluk guling namun tangannya tak bisa digerakkan.

"Aaaaaa." Teriaknya saat Clara membuka mata, ia berada dimobil dengan seseorang yang menyetir berpakain serba hitam. Tidak, bahkan otaknya belum pulih dari traumanya dari insiden penculikan itu.

Orang itu berusaha mencengkram rahang Clara. Awalnya Clara mengira orang itu adalah Ethan tapi dilihat dari cekalannya di lehernya membuatnya sedikit ragu. Clara samakin berontak. Hingga ia berhasil membuka penutup wajah pria itu. Rasa takut menjalar cepat mengetahui pria itu bukan Ethan. Tuhan, cobaan apalagi ini.

Mereka berhenti di pinggir pantai, deburan ombak yang sangat Clara sukai menjadi menyeramkan. Pria itu mengambil tali dan mengikat kaki Clara, juga menutup mulut Clara dengan plester.

Sekuat tenaga Clara bertahan agar dirinya tak keluar dari mobil. Namun kekuatannya tak sebanding.

Pria itu menyeretnya menuju pantai. Clara terus berontak, setelah mengalami penculikan apakah ia harus mengalami pembunuhan. Air matanya mengalir deras.

"Mmmmmm..." Raungya, ia semakin dekat dengan air, Clara menggerakkan kakinya brutal membuat jejak-jejak di pasir.

Diantara ketegangan itu sebuah balok kayu menghantam si penculik hingga ia terkapar. Ethan datang tepat waktu. Memukuli pria dibawahnya tanpa memberi kesempatan lawannya bergerak sedikit pun. Darah mulai mengucur dari hidung dan dahinya penuh lebam.

"Katakan pada ku siapa yang menyuruh mu?"

"Aaampunn.."

Ethan memberikan tinjuan pada wajahnya lagi. "Katakan pada ku sekarang bukan meminta ampun." Teriaknya.

"Silly... Dia membayar ku-"

Ethan tak memberikan kesempatan si pria tak berdaya itu melanjutkan kata-katanya. Amarahnya telah sampai puncak. Ia memukul dengan gerakan tak beraturan pria itu, sama brutalnya saat ia membantai anak buahnya sendiri dulu. Clara menekukkan lututnya, memejamkan mata rapat-rapat.

Setelah muncul suara 'kreek', barulah Ethan berhenti. Ia membuat rahang si pria terlepas dari tempatnya.

Ethan menghampiri Clara, membuka ikatannya dan membawanya ke dekepannya.

"Tenang sayang. Siapa pun tidak akan bisa memyakiti mu. Aku bersumpah itu." Dirasakannya tubuh Clara bergetar hebat.

*

Ethan menurunkan Clara dari gendongannya pelan. Membaringkan gadis itu lembut.

"Beristirahatlah, kau aman aku selalu mengawasi mu setiap waktu." Ethan mengecup kening Clara lama, kemudian pergi menuju jendela. Sebelum ia pergi, ia kembali berbalik.

"Apa kau mau ku temani?"

Ethan khawatir, suasana hati Clara sedang tidak baik.

Clara menggelengkan kepalanya,
"Aku akan tidur bersama mommy saja."

*

Lift terbuka, mata Clara bertemu dengan Silly. Clara bisa menangkap raut terkejut dari wajah Silly walau dengan cepat Silly menormalkan tingkahnya.

Clara mendekatinya tanpa berkedip, tampak Silly merasa tak nyaman. Ia berusaha berbicara tapi mulutnya yang hendak terbuka itu ia tutup kembali tak tahu harus berbicara apa.

Clara tersenyum meremehkan.
"Ku kira ini pertemuan kita yang terakhir." Clara tak tahu mengapa ia mengatakan kalimat itu, entahlah itu hanya perasaannya saja bahwa Ethan pasti akan melakukan sesuatu yang tak pernah terduga.

Silly kebingungan namun lidahnya keluh, alhasil ia hanya menatap punggung Clara menjauh sampai pintu lift tertutup.

"Lift terkunci. Sistem rusak, mohon tenang dan akan dilakukan perbaikan."

Begitu mendengar pengumuman itu dari sound speaker Silly memencet tombol lift yang sama sekali tak berfungsi. Ia panik.

"Tolong, keluarkan aku." Ia harus cepat keluar sebelum kehabisan nafas.

Namum Silly mendengar suara aneh, di sudut lift ada kresek putih bergerak-gerak. Silly menyatukan alisnya, ia sama sekali tak menyadari ada benda itu sedari tadi. Jantungnya hampir copot begitu seekor ular Cobra menyembulkan kepalanya.

"Oh no, pergi kau ular sialan."
Tak pernah ia bayangkan terkunci dalam lift berdua bersama ular. Silly merapatkan dirinya, ia berteriak histeris begitu satu gigitan terasa di kaki kirinya. Ia tersungkur lemah, namun seakan tak puas ular itu menyerangnya bertubi-tubi.

*

Banyak orang bergabung dalam kerumunan untuk melihat mayat Silly yang mengenaskan. Kulitnya membiru dengan mata melotot. Sungguh Clara tak pernah menginginkan itu terjadi, andai Silly tak berbuat jahat ceritanya akan berbeda. Dalam hati Clara sangat kasihan padanya.

Hari ini ia datang ke kantor untuk mengambil skenario awal untuk dipelajari. Mengambil surat kontrak dan jadwalnya. Clara melenggang pergi begitu keperluannya selesai.

#Tbc

Continue Reading

You'll Also Like

3.1M 24.6K 47
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...
19.5M 1.4M 58
Young adult romance (sudah terbit bisa beli bukunya di shopee : De gibadesta) #1 fiksi || "Mereka aneh, mereka memaksa, dan mereka menginginkanku. T...
16.9M 746K 43
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
15.1M 212K 8
Sudah terbit