Loving Nakamoto Yuta [✔]

By nakasmile

113K 13.1K 686

Bukan sebuah cerita yang apik, hanya sebuah cerita sederhana yang mengisahkan romansa percintaan seorang maha... More

Introduction
1
2
3
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
☆SPECIAL CHAPTER☆
HI! PLEASE READ! (❁'◡'❁)

4

2.6K 330 11
By nakasmile

Parah! Jantungku ini masih deg-degan banget bahkan ketika Kak Yuta sudah pergi dari hadapanku. Nggak ngerti lagi kenapa tiba-tiba perasaanku jadi kaya gini. Kak Yuta memang benar-benar.....

"Heh! Lo ngapain sama kak Yuta disini anjir!" Sembur Caca yang baru saja datang lalu duduk di sebelahku.

"Iya, dia ngedeketin lo Sha?!" Seruni, teman sekelasku juga ikut heboh karena merasa penasaran.

"Apaan deh? Nggak ada. Kita ngobrol biasa doang karena sama-sama nggak ada temen tadi. Nggak usah lebay kalian pada." Aku kembali fokus pada layar HP, sebenernya berusaha buat menutupi gelagat salah tingkah didepan teman-temanku.

"Bohong ya lo. Tau gitu tadi gue berangkat bareng sama lo." Sesal Caca.

"Salah sendiri mandi lo lama banget. Gue nggak ada apa-apa sama Kak Yuta. Nggak usah mikir macem-macem ya lo." Ucapku dengan tegas, membuat Caca langsung diam.

"Iya iya, galak amat. Heran, lagi ada apa-apa juga nggak papa."

"Ca!"

"Iya Sha, ampun! Ya salam!"

--

Satu bulan ini, kegiatan kuliah berjalan lancar-lancar saja bagiku. Namun justru aku merasa sangat bosan. Memilih jurusan Ilmu Komunikasi sebenarnya sudah aku pikirkan matang-matang. Menghindari mata kuliah yang hitung menghitung menjadi salah satu alasan, hehe. Sepele memang, tapi itu penting! Kelemahanku adalah menghitung, jadi aku tidak ingin kuliah ini terbebani karena satu hal tersebut. Tapi ternyata, justru aku bosan karena seperti tidak ada tantangan. Mata kuliah di semester pertama seperti hanya mengulang beberapa pelajaran SMA. Yasudah lah. Nasi sudah menjadi bubur. Aku harus melanjutkan apapun itu pilihannya. Mungkin memang ini hanya sebuah pemanasan sebelum akhirnya aku bertemu 'momok' di perkuliahan ini.

"Sha, lo udah mikirin belum mau ikut UKM apa?" Tanya Caca di tengah kuliah, dosen terlihat sedang mencari sesuatu di laptopnya sehingga Caca mencari kesempatan untuk mengobrol denganku.

"Nggak tau deh, waktu expo UKM kemarin sih gue kepikiran ikut paduan suara atau hmm... fotografi? Cuma masih bingung mau ikut UKM fotografi yang univ atau jurusan aja." Jawabku.

"Yang jurusan aja yuk! Gue mau ambil fotografi juga tapi yang di jurusan aja. Katanya lebih bagus karena kita kan ada mata kuliah fotografi juga tuh ntar." Bujuk Caca.

"Gue pikir-pikir lagi deh. Gue mager sebenernya." Aku terkekeh, sebenarnya ingin sekali ikut kegiatan seperti itu untuk mengisi waktu luang. Tapi aku juga takut jika suatu saat tak bisa membagi waktu ketika perkuliahan sedang padat. Aku bukan orang yang pintar dalam hal membagi waktu.

"Yaudah..." Caca mengangguk.

"Heh! Lo berdua mending ikutan gue? Jadi pengurus UKM basket!" Ucap Kalya yang duduk di sebelahku setelah mungkin sempat menguping pembicaraanku dan Caca.

"Pengurus? Pengurus doang? Nggak main gitu?" Tanyaku pada Kalya.

"Iya, justru mereka itu cari pengurus yang nggak bisa basket. Tambah bagus lagi kalau cewek. Mereka lagi rekrut juga loh ternyata." Ucap Kalya persuasif.

"Lo tau darimana?" Tanya Caca.

"Kemarin di expo, gue nemenin cowok gue daftar. Terus gue dibujuk-bujuk ikut buat jadi pengurus gitu. Kemarin mereka sempet ngumpulin maba yang pada daftar kan, jadi gue ikut karena nemenin cowok gue. Masih aja dibujuk gitu loh, karena mereka masih kekurangan orang buat pengurus. Gue udah ngeiyain terus mereka bilang kalau bisa nyari temen. Yaudah deh gue ngajak lo pada aja, gimana? Mau nggak?" Jelas Kalya panjang lebar.

Pandanganku fokus pada layar proyektor di depan kelas namun pikiran ini melayang setelah mendengarkan penjelasan Kalya.

"Anak basket ganteng-ganteng tau! Mana dari berbagai jurusan karena UKM univ kan? Hehe. Mau aja ayo, temenin gue." Bujuk Kalya.

"Alisha aja deh, gue kayanya bulet mau ikut fotografi aja." Jawab Caca.

"Itu pengurus aja kan?" Tanyaku. Kayanya menarik deh, ngurus tim basket. Nggak, aku nggak masalah sama ganteng nggaknya. Cuma kayanya lebih menghibur ikut kegiatan yang non akademik gini. Kalo fotografi kan masuk mata kuliah. Ditambah ini UKM Univ, pasti nilai plusnya lebih banyak.

"Iya Sha, nggak perlu bisa main basket. Sebenernya butuh satu orang lagi. Kalo Caca nggak mau, ntar kita cari yang lain lagi. Ayolah Sha..." Kalya menggoyang-goyangkan lenganku, merengek supaya aku mau ikut.

"Alisha tu jago kalo suruh ngurusin orang, pasti doi mau." Celetuk Caca.

"Palamu." Balasku.

"Tapi tuh menurut gue lo cocok, Sha, ikut yang begituan." Caca kembali menimpali.

"Kalau mau, nanti sore ada kumpul lagi. Gue ajakin lo aja langsung ke lapangan. Gimana? Tapi ya emang konsekuensi jadi pengurus, nggak ada imbalan apapun. Karena kita ngurusin anak-anak basket aja dan jadi bagian dari tim juga. So, it's a team work. Karena tim nggak ada apa-apanya tanpa pengurus. Begitu juga sebaliknya. Hehe." Kalya sudah berlagak seperti bagian marketing UKM basket.

Aku pun mengangguk. Dengan mudah memutuskan untuk mengikuti ajakan Kalya. Nggak ada salahnya kan mencoba? Hehe.

"Boleh deh, seru juga kayanya."

"Bilang aja mau cuci mata!" Ucap Caca.

"Lah emang!" Aku membalas tak kalah nyolotnya, membuat Kalya tertawa.

--

Sore harinya aku mengikuti Kalya menuju lapangan basket. Setelah promosi sana-sini, akhirnya Kalya berhasil menggaet aku dan Grizelle, salah satu teman sekelas kami juga.

Berjalan beriringan menuju lapangan basket yang tidak begitu jauh dari fakultas, aku, Kalya dan Grizelle mengobrol seputar apa yang kira-kira akan kami lakukan ketika sudah menjadi pengurus basket.

"Katanya, denger-denger, anak basket kampus kita tuh yang paling ganteng ya? Dari semua kampus disini?" Tanya Griz.

"Nah iya! Emang ganteng-ganteng! Kalian liat aja sendiri nanti!" Ucap Kalya mendadak antusias.

Sesampainya di lapangan, sudah terlihat beberapa pemain sedang berkumpul. Salah satunya kekasih Kalya, Jeno, teman sekelas kami juga. Ia pun berjalan memimpin aku dan Grizelle menuju kerumunan itu. Ada Jeno serta empat orang maba lainnya tengah mengobrol. Ganteng parah pacar Kalya nih ya.

Tak lama sedikit demi sedikit para maba pun mulai berdatangan. Total hampir tiga puluh orang memenuhi sudut lapangan basket. Aku dan Griz sedikit canggung dan hanya mengekor Kalya yang sudah lumayan berbaur dengan tim maba.

"Bentar ya, kakak tingkat belum ada yang dateng nih." Ucap Jeno yang peka dengan kecanggunganku dan Griz.

"Iya nggak papa kok. Santai." Jawabku dengan tersenyum.

Banyak pasang mata sudah tertuju padaku juga Griz. Aku juga nggak tahu kenapa mereka semua sering banget melihat ke arah kami.

"Lo mau jadi pengurus Sha?" Tanya Mark, teman sekelasku yang memiliki wajah blaster bule itu.

"Iya, lo gabung basket juga?" Aku balik bertanya.

"Yoi." Mark mengangguk.

Menunggu sekitar lima belas menit, akhirnya segerombol kakak tingkat datang bersamaan. Mereka datang dalam waktu yang berdekatan, ikut memenuhi sudut lapangan yang lainnya. Saat tengah asyik mengobrol dengan Mark, mataku ini nggak sengaja menangkap sosok Kak Yuta diantara kakak tingkat yang sedang berjalan menuju lapangan.

"Sial!" Umpatku. Beneran, sama sekali nggak ada pikiran gimana kalau Kak Yuta gabung tim basket. Ah! Bisa ngundurin diri nggak sih? Nggak nyangka ternyata bentukan gitu ikut tim basket juga.

"Napa lo?" Tanya Mark, kaget dengan reaksiku.

"Nggak papa." Aku mendengus kesal.

"Ada kak Yuta ya? Lo kesel kan?" Mark tertawa setelah mengikuti arah pandangku dan melihat Kak Yuta diantara kakak tingkat kami.

"Gue kesel banget, Mark, tiap liat muka doi. Ngeselin banget. Sengaja godain gitu! Bahas-bahas goyang kucing mulu." Keluhku dengan menghela napas panjang.

Mark terkekeh. "Dia suka sama lo kali."

"Nggak usah ngaco!" Semburku.

"Serius gue, Sha. Keliatan kali gelagat cowok kalau naksir cewek."

"Pengalaman ya lo?!" Hardikku dengan menunjuk wajah Mark.

"Yaelah, Sha. Namanya juga cowok, normal lah naksir cewek. Gimana dah?" Mark tertawa.

"Dih... Kalo gitu Kak Yuta nggak normal, naksir kok begitu. Godain nggak ada habisnya." Aku mengalihkan pandangan.

Tak dipungkiri, sisi lain hati ini sempat menjerit ketika harus melihat Kak Yuta dalam balutan Jersey basket bewarna merah. Rambut yang panjang membuat tangan Kak Yuta terbiasa menyigar rambutnya yang berjatuhan ke depan. Sial! Di antara rasa kesal yang membuncah, masih saja ada perasaan kagum yang terselip. Kak Yuta memang tampan, sangat tampan. Aku tidak bisa membohongi perasaan sendiri. Nggak jelas. Benci tapi masih bisa kesengsem. Gimana tuh?

"Ngelamun aja, kesambet lo Sha!" Griz menyenggol lengan, membuat aku tersadar.

"Nggak kok. Lagi mikir aja. Banyak banget orang di lapangan nih. Pusing gue."

--

Jeno & Mark

Continue Reading

You'll Also Like

172K 16.9K 30
Chanyeol yang sakit hati ditolak seorang gadis bernama Wendy berniat membalaskan dendamnya. WenYeol
170K 24.1K 31
Imagine story off Hwang Minhyun x OC. story by; Kairzel
6.6K 1.4K 33
Debat, bertengkar, dan menjelekkan satu sama lain sudah menjadi hal biasa di hubungan Rendy dan Oliv. Dari awal, teman-temannya sudah berkata kalau m...
694K 33.1K 38
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...