Reportalove ✓

By kimnurand_

257K 21.5K 901

ʀᴏᴍᴀɴᴄᴇ - ʏᴏᴜɴɢ ᴀᴅᴜʟᴛ Surat tugas dari pimpinan redaksi menyeret seorang perempuan bernama Imel Chelliana, re... More

p r e l u d e
p r o l o g u e
chapter 1
chapter 2
chapter 3
chapter 4
chapter 5
chapter 6
chapter 7
chapter 8
chapter 9
chapter 10
chapter 11
chapter 12
chapter 13
chapter 14
chapter 15
chapter 16
chapter 18
chapter 19
chapter 20
chapter 21
chapter 22
Chapter 23
chapter 24
chapter 25
chapter 26
chapter 27 ( end )
e p i l o g u e
hello!

chapter 17

5.6K 591 15
By kimnurand_

Awalnya biasa saja, lama-lama jadi terbiasa. Seolah hati menolak lupa, jika urusan hati bukanlah prioritas utama.

° Reportalove °

"Lo kenapa sih, kebelet?" Sambil memegang ponsel dengan kedua tangan Okky bertanya pada Aksa tanpa mengalihkan perhatiannya dari layar 5,5 inchi itu.

Aksa berusaha tidak menghiraukan ucapan Okky. Percuma, menurutnya, Okky itu bukan tipikal orang yang mudah untuk khawatir. Ia hanya terfokus pada jam dinding yang terasa berjalan lebih lamban hari ini. Sesekali matanya menatap pintu depan, barangkali tiba-tiba dibuka oleh orang yang sejak tadi ditunggunya.

"Apaan sih lo?" Aksa menyalang galak. Menyentak tangan Okky yang menyapu dagunya lembut untuk menggoda.

"Baru ditinggal tiga jam, yaa elaah ... udah kangen aja," sindir Okky. "Setelah dapet yang baru kamu lupa sama Dedek, Bang. Buang saja Dedek ke rawa-rawa, Bang."

"Gue buang beneran mau lo?"

Okky yang tak memerdulikan ancaman Aksa berlalu tergelak. Ia berguling di bawah lantai berkarpet bulu seraya memegangi perutnya yang sakit karena terlalu banyak tertawa.

Aksa hanya mendengus melihat kelakuan Okky yang memang selalu senang menggodanya. Ia mengambil bantal sofa dan melemparnya tepat ke wajah Okky. "Berisik lo!"

"Sumpah ya, Sa. Asik banget ngeledekin lo." Okky berujar mantap kemudian berbaring di lantai dengan kepala menumpu bantal yang tadi Aksa lemparkan.

"Ohh ya! Gue baru inget, kata Dhanu, tadi Mbak Imel telpon dia, bilang kalo mulai besok dia kerjanya ngga sendiri." Aksa mengerutkan kening mendengar cuapan Okky.

"Kok gitu?" Hanya itu respon yang diberikan Aksa.

"Nggak tau, tanya aja sama dia nanti." Okky membenarkan posisi bantalnya dan kembali melesakkan kepala pada bantal tersebut. "Bosen kali berduaan sama lo."

Aksa sudah akan membuka mulutnya untuk protes akan pendapat Okky. Tetapi dering ponsel lebih dulu berbunyi sebelum ia menyuarakan pikirannya. Laki-laki itu tersenyum lebar manakala melihat layar ponsel yang menampilkan panggilan video dari seorang yang sangat ia rindukan.

"Saka!" panggil Aksa sarat akan bahagia. Ia beranjak dari sofa dan keluar melalui pintu kaca yang ada di bagian sayap kiri rumahnya agar lebih leluasa mengobrol tanpa diganggu Okky.

Baru saja laki-laki yang hobi mengganggu Aksa itu memulai aksinya menjahili Aksa. Suara ketukan pintu terlebih dahulu mengalihkan fokusnya. Ia berlalu membuka pintu dan tersenyum kala mendapati Imel di berdiri manis di depannya.

"Ehh... udah balik, Mbak?"

Basa Okky cukup basi terdengar, perempuan itu hanya mengulum senyum tak menjawab pertanyaan yang dilontarkannya.

"Aksa di mana?" tanya Imel ketika mengedarkan pandangan ke penjuru rumah berkonsep minimalis dengan fasad kaca besar di sisi kiri sebagai dinding.

"Tuh! Lagi video call sama kesayangannya." Imel sedikit terhenyak, Okky yang tidak menyadari perubahan wajah Imel berlalu mengambil minum untuk perempuan itu.

Banyak tanda tanya di benak Imel. Tentang siapa yang disebut Okky 'kesayangan' Aksa. Tentang hubungan Aksa dengan 'kesayangannya' tersebut. Agaknya Imel sedikit terganggu dengan ucapan Okky barusan. Ada rasa yang tidak biasa di hatinya yang berdenyut nyeri.

"Mbak Imel."

"Astaga!" Imel yang dikejutkan dengan suara tiba-tiba tersentak. "Kamu ngageti saya aja," ucapnya seraya mengelus dada berusaha mengatur napas.

"Maaf saya nggak tau kalo Mbak lagi melamun," jawabnya sarat akan penyesalan. "Lagi pula, memang apa yang Mbak Imel pikirin sampak melamun kaya gitu?"

"Nggak kok, saya ngga lagk mikirin apa-apa." Dhanu bisa melihat gelagat kikuk Imel saat ia memergokinya melamun.

"Ekhm...."

Imel dan Dhanu kompak menoleh ke arah kiri. Aksa tengah menatap mereka dengan tatapan yang sulit diartikan kemudian berjalan mendekati mereka dengan berkacak pinggang seraya berkata, "Kalo mau pacaran jangan di sini."

Imel mengerutkan kening, bingung dengan ucapan Aksa. Sementara Dhanu hanya menggelengkan kepala pelan lalu memijat pangkal hidungnya sebelum berlalu duduk di sofa tempat Aksa dan Okky tadi.

"Jakarta sempit, ngga usah tolak pinggang segala lo!" Seloroh kata-kata Okky membuat Aksa berdecak pelan lalu ikut duduk di samping Dhanu, diikuti Imel yang duduk di bagian lain sofa tersebut.

"Jadi? Mulai besok sudah pake Anchor untuk acara video bloggingnya, Mbak?" Dhanu memulai percakapan. Pria bermata sipit yang selalu nampak rapi dengan kemeja fit yang melekat pas di tubuhnya itu memang tak pernah suka basa-basi.

"Iya, supaya jadwal juga terarah, targetnya satu hari aja sudah selesai."

Okky dan Dhanu mengangguk paham.

"Anchornya, cewek?" Aksa menebak.

"Kok tau, cenayang ya?" kata Okky sarat akan ledekan. Sementara Imel hanya mengangguk sekilas menjawab pertanyaan Aksa.

"Bukan! Abis pulang dark Jawa, jadi dapet wangsit," balas Aksa seraya melempar bantal pada Okky.

"Diem dikit, bisa nggak?" Intonasi Dhanu sedikit meninggi melihat kelakuan Okky dan Aksa. "Mbak Imel ada yang perlu saya bicarain berdua, kita ke kantor saya di atas, gimana?"

Belum sempat Imel menjawab, Aksa terlebih dahulu menyuarakan protesnya. "Ngapain harus berdua? Sok-sok rahasiaan!"

"Karena kalo lo ikut, lo jadi setannya," jawab Dhanu santai kemudian pergi meninggalkan Aksa dan Okky.

****

"Sebelumnya, saya mau tau dulu, contoh pertanyaan-pertanyaan yang akan dilontarkan news presenting untuk Aksa nanti." Dhanu yang sudah duduk di kursinya menatap Imel dengan serius.

Imel mengangguk, dengan cekatan perempuan itu mengambil sebuah map acco berwarna merah dan memeriksanya sebentar kemudian memberikannya pada Dhanu.

"Ini, saya pastikan tidak ada percakapan yang menyangkut pribadi Aksa."

Dhanu mengangguk pelan, kemudian membaca dengan seksama surat perintah kerja serta biodata anchor yang akan mendampingi Imel. "Masih muda banget, ya?" cetusnya tanpa mengalihkan perhatian dari lembar kertas.

"Iya, dia memang masih baru, tapi saya bisa jamin kalo dia profesional."

"Dia suka musik?"

"Iya?" Imel memastikan jika telingannya tidak salah dengar.

"Saya cuma nggak mau berita perihal Aksa bertambah, jangan sampai anchor itu salah satu fans Aksa." Dhanu menjelaskan ketika melihat gelagat Imel yang kebingungan.

Imel tidak bisa berkata apa-apa. Lisa adalah salah satu fans fanatik Aksa. Dan, Dhanu melarang Aksa didekati fans, itu berarti rencana mereka akan berantakan.

Dhanu mengulum senyum di bibir tipisnya seraya menatap Imel lekat-lekat, mencoba berbicara lebih dekat dekat perempuan yang lebih tua darinya itu.

"Saya sebenarnya nggak masalah kalo dia fans Aksa. Tapi, tolong Mbak Imel pastikan kalo dia bisa profesional."

"Oke, saya pastikan dia nggak akan ganggu Aksa atau hal macam lainnya." Senyum semanis cherry merekah di wajah Imel.

"Kalo begitu saya permisi dulu, saya harus absen ke kantor lagi sore ini." Dhanu mengangguk, dengan gerakan tangan mempersilahkan Imel keluar tanpa suara.

Setelahnya Imel langsung keluar dan berlalu pamit pada Aksa dan Okky.

"Kok buru-buru banget?"

"Saya harus absen lagi sore ini ke kantor. Besok kalo bisa kamu pagi-pagi sudah siap untuk mulai, ya?" jawab Imel seraya membereskan map ke dalam tas.

"Gue anter, ya?"

"Uhuuk-uhuuk...."

Okky yang tersedak air mengalihkan tatapan Imel dari Aksa yang menawarkan mengatar pulang.

"Kamu baik-baik aja, Okky?" tanya Imel. Okky hanya membalas lambaian tangan sebagai bentuk dia baik-baik saja.

"Yaudah, saya pulang dulu," ujar Imel seraya menyampirkan tas dan berjalan keluar tanpa menjawab tawaran Aksa.

Aksa berlalu kecewa. Tanpa sadar menyunggingkan senyumnya pada daun pintu setelah Imel melewatinya.

Okky hanya menatap Aksa terheran-heran. Sejauh ia kenal dengan laki-laki yang hobi bermain musik itu, sepertinya baru Imel yang sukses membuat seorang Aksa Delvan Arion benar-benar bahagia tanpa melakukan apapun.

"Emang kayanya lo udah naksir beneran sama Mbak Imel, Sa." Okky menggumam pelan kala menatap Aksa dari meja tinggi dengan kepala bertumpu pada tangan kanan. Tanpa sadar senyum tipisnya tercetak. Ada rasa senang tersendiri untuknya melihat Aksa sebahagia itu.

****

Keesokkan harinya. Aksa sudah rapi ketika Imel datang bersama dengan Wisnu dan Lisa.

Aksa nampak bersemangat ketika melihat Imel berpakaian lengkap ala reporter profesional. Cantik dan tangguh, menurutnya. Sementara perempuan di samping Imel sudah menarik napasnya dalam beberapa kali ketika melihat Aksa yang sudah rapi dengan pakaian santainya.

"Itu yang namanya anchor?" bisik Okky pada Dhanu yang masih menyesap kopi paginya.

"Nggak tau, ngeliat wujudnya anchor kaya apa aja belom." Dhanu merespon sekedarnya, sedikit tidak peduli dengan apapun di sekitar. "Yang penting dia bisa kerja lah."

"Bukan, dia lebih mirip cabe-cabean, Nu." Dhanu beralih manatap Aksa yang sedang menyambut tamunya. Sejak mengenal Imel, Aksa jadi lebih bersemangat menjadi doorman di rumahnya sendiri.

Dhanu menatap sosok perempuan yang dimaksud Okky. Sebenarnya, tidak ada yang salah dengan penampilan Lisa saat itu-masih dalam batas sopan-hanya saja terbiasa melihat Imel yang tampil dengan seragam serba hitam dengan sepatu sneakers dan riasan tipis yang membuatnya selalu terlihat segar. Mereka pikir, penampilannya tidak akan jauh beda dengan Imel. Tapi, ternyata perempuan itu mengenakan pakaian yang memperlihatkan bentuk tubuhnya dengan rambut cokelat sedikit terang dan riasan make up-yang menurut mereka-biasa digunakan oleh artis pergi ke acara award.

Setelah berkenalan, Imel menjelaskan tentang pengambilan gambar. Kemudian menjelaskan percakapan apa saja yang akan Aksa dan Lisa lakukan. Tidak lupa perempuan itu memberikan script untuk membantu Aksa dan Lisa.

"Diminum dulu," kata Okky seraya meletakan nampan di meja.

"Terima kasih," jawab Lisa sedikit kikuk. Ia benar-benar tidak nyaman berada di dekat Aksa. Apalagi, disuruh untuk sedikit 'menggoda' Aksa.

Di jam pertama pembicaraan Aksa dan Lisa berlalu lancar. Imel mengamati keduanya dengan seksama. Imel tidak tahu apa yang ada dipikirannya, tapi, ia merasa terabaikan karena Aksa seakan lupa dengan kehadirannya.

Imel menggelengkan kepala menghalau pikiran bodoh yang bersarang di kepalanya. Bisakah Imel mengatakan bahwa ia sudah terbiasa jika berada di dekat Aksa, hanya ia yang menjadi fokus Aksa?

Stop Imel! Lo mikir apa si tentang Aksa? Batinnya meracau mencoba kembali pada pekerjaan.

Imel berlalu fokus pada hasil gambar yang tadi ia ambil secara bergantian dengan Wisnu. Ia sedikit lega, karena Aksa mulai membuka diri pada Lisa yang terkadang secara terang-terangan menggodanya. Namun, senyum perempuan itu harus luntur manakala Lisa dengan tidak sengaja-atau bahkan sengaja-menumpahkan air yang dibawanya ke paha Aksa.

Lisa berlalu panik dan mengambil sapu tangan untuk membantu Aksa membersihkan air. Tangan Lisa yang menyapu paha Aksa lebih terasa seperti meraba, dengan cepat Aksa menyingkirkan tangan Lisa. Tapi, justru malah membuat Lisa panik dan kembali mengelap kaki Aksa.

"Maaf, Aksa, saya bener-bener nggak sengaja."

"Stop!" sentak Aksa pada akhirnya, "Kamu sudah melewati batas."

"Ma... maksudnya?"

"Kamu pikir saya tidak tahu, kamu sengaja 'kan?" Aksa menatap Lisa tajam, "kamu mau deketin saya? Atau kamu mau buat berita dengan tuduhan pelecehan seksual? Belum cukup nama saya jelek?"

Dengan kasar Aksa mengempaskan tangan Lisa dan mengubah posisinya. Dari duduk menjadi berdiri. "Ingat, kamu itu perempuan, jaga sikap kamu di depan laki-laki." Kemudian pergi menjauh dari depan kamera.

Imel ikut keluar dan mengejar Aksa. Ketika di depan pintu, perempuan itu dengan cekatan mencekal lengan Aksa agar tidak pergi jauh.

"Aksa tunggu!"

"Apa?!"

"Mulut kamu itu nggak bisa ya lebih sopan sedikit sama perempuan? Kamu tau? Lisa pasti nangis sekarang karena kamu udah ngerendahin harga dirinya," tutur Imel ketika melihat Aksa emosi.

"Ngerendahin dia?" Aksa menunjuk dirinya sendiri. "Bukan gue yang ngerendahin dia, tapi dia ngerendahin dirinya sendiri," tukas Aksa, "perempuan itu dinilai bukan cuma karena wajahnya, Mel. Tapi dari sikapnya. Kalo mau dihargai, lo harus bisa ngehargai diri lo sendiri dulu, baru orang lain bisa ngerhargain lo."

Imel diam, pernyataan Aksa tidak ada yang salah dilogikanya. Satu hal yang Imel tahu, Aksa adalah laki-laki yang sangat menghargai perempuan. Dan kata-kata Aksa barusan membuat hatinya menghangat.

"Kita lanjut besok, mood gue udah ancur sekarang." Aksa meninggalkan Imel dan masuk ke dalam kamarnya.

Sementara Imel hanya diam melihat kepergian Aksa. Ada rasa bersalah yang bergelayut dalam dadanya setelah mendengar penuturan Aksa. Rasa egois membuat ia hampir saja menjebak Aksa dalam skandal baru juga Lisa dalam hinaan yang sangat sulit diterima.

"Mbak Imel."

Imel menoleh saat namanya disebutkan. Terlihat jelas wajah Dhanu sarat akan kekecewaaan menatapnya.

"Jangan dipikirin, Mbak. Besok juga dia udah lupa semuanya," ujar Dhanu mencoba menenangkan.

"Saya jadi nggak enak sama Aksa dan kamu."

"Ja...."

Ucapaan Dhanu terhenti ketika suara seorang laki-laki menginterupsi pendengaran mereka dari arah pintu utama.

"AKSAAAA!!"

Imel mengerutkan kening ketika melihat sosok laki-laki yang cukup tampan, dengan kulit seputih susu juga rambut hitam legam. Kaki jenjangnya melangkah lebar-lebar menghampiri Dhanu.

"Nu, Aksa mana? Gue bawa oleh-oleh banyak ni buat dia. Dia kan doyan makan," ucapnya dengan riang seraya mengangkat papper bag di tangan kirinya.

"Di kamar, lagi ngambek tuh. Lo samperin sana, biasanya kan nurutnya cuma sama lo." Okky yang baru turun dari lantai 2 menjawab pertanyaan laki-laki itu.

"Yaudah gue susul dia deh," jawabnya tanpa memerdulikan keberadaan Imel dan berlalu melewatinya begitu saja.

"By the way, cewek lo cakep, Nu. Doyan cewek ya ternyata."

"Saka!"

Laki-laki yang Imel ketahui bernama Saka itu berlark menaiki undakan demi undakan dan masuk ke dalam kamar Aksa.

"Gue yakin nanti malem dia berdua pasti begadang," gumam Okky yang masih dapat didengar Imel.

Deg!

Imel seketika melemas mendengar interaksi mereka. Banyak pertanyaan dan juga spekulasi tentang siapa laki-laki bernama Saka tersebut.

Apa mungkin Saka adalah kekasih Aksa?

Kira kira siapa Saka?
Apa bener Saka pacarnya Aksa ??

Stay baca reportalove yaa ...
Ketemu di hari Rabu muehehehehe ...

Kimnurand_

Continue Reading

You'll Also Like

Namanya Bapuk By olyn_17

General Fiction

10.3K 1K 16
Bagi Lintang definisi nikmat yang hakiki adalah bisa makan dan tidur sepuasnya. Dia tidak ingin membuat ribet hidupnya apalagi dengan hal yang unfaed...
806K 95K 42
[Cerita Pilihan Editor / Favorit Wattpad HQ list September 2021] Hidup seorang Sonya Sekardewi yang tenang dan selalu berjalan normal, berubah seratu...
89.2K 9.1K 48
(Romance/Chicklit/Family) Cori dan Ben hanyalah remaja yang sedang menikmati masa muda sebelum mengenal apa itu masalah. Berpetualang mencari cincin...
900K 80.5K 63
® Shortlist Winner AIFIL 2023, reading list @WattpadChicklitID __________*___________*____________ Valerie mewujudkan mimpi menjadi chef, tetapi kej...