"A-apa ini?" Carina tergagap saat melihat peta tua yang tadinya hanyalah kertas kusam usang kini tertoreh gambar menakjubkan dengan tinta hitam di atasnya.
Ia bisa melihat sebuah tanda yang menarik perhatiannya, yaitu lambang sagitarius, Gemini, dan juga Capricorn yang salling berdekatan. "Bukankah ini kita?" tanyanya seraya menunjukkan peta itu pada Alvis, Arvis dan Jiho.
"Kau benar. Itu kita. Dan ini adalah pulau Misty." Jawab Alvis menatap sebuah gambar yang memenuhi peta tersebut. "Ada satu lagi selain kita di pulau ini, yaitu Libra."
"Lihat ini, ada sebuah catatan kecil di sudut bawah." Arvis menunjuk sebuah kalimat yang tertulis di bawah peta pulau.
"Aku tak bisa membacanya. Ini bahasa apa?" Jiho bertanya pada yang lainnya.
"Ini bahasa latin kuno." Gumam Carina lalu langsung merafalkan sebuah mantra yang ia pelajari untuk merubah suatu bahasa. Setelah itu ia mengusap tulisan tersebut dengan ibu jarinya. Dalam sekejab, tulisan itu berubah menjadi bahasa Inggris yang dipahami oleh mereka semua.
Jiho melirik takjub pada Carina, "Kau hebat. Siapa yang mengajarimu mantra itu."
"Tentu saja aku! Memangnya siapa lagi?" seru sebuah suara dengan bangganya, yang tak lain adalah Milo.
"Ucapkanlah nama permata yang ingin kau lihat, kemudian tiup permukaan kertas, maka peta akan menunjukkannya." Ucap Alvis membaca tulisan tersebut. "Bagaimana dengan nama batu zodiak yang lainnya?" tanyanya pada Milo dan yang lainnya.
"Dengarkan baik-baik. Aku hanya akan memberitahu kalian satu kali." Ucap Milo dengan wajah seriusnya."Capricorn ; Garnet, Aquarius ; Amethyst, Pisces ; Aquamarine, Aries ; Diamond, Taurus ; Emerald, Gemini ; Pearl Moonstone, Cancer ; Ruby, Leo ; Peridot, Virgo ; Sapphire, Libra ; Opal, Scorpio ; Citrine, Sagitarius ; Blue Topaz."
"E-eh apa? Tak mungkin kami bisa menghafal semua itu dalam waktu singkat!" protes Jiho kesal.
"Sudah kubilang aku tak akan mengulangnya dua kali." Balas Milo dengan angkuhnya.
"Biar saja Jiho, kita bisa lihat di internet. Kita tak perlu memohon padanya untuk memberitahu." Balas Carina dengan santainya menatap Milo datar, lelah untuk beradu mulut dengan kucing menyebalkan itu.
"Ah, benar juga! Pasti ada di internet!" Jiho mengangguk kagum sambil berpikir kenapa hal itu tak terpikirkan olehnya tadi.
"Aku hapal." Ucap Alvis tiba-tiba lalu merebut gulungan peta tua dari tangan Carina. Tak heran Alvis menghapalnya hanya dalam sekali dengar. Ia memang memiliki ingatan yang bagus dan juga kepintaran di atas rata-rata.
"Amethyst." Ucapnya pelan lalu meniup permukaan peta. Seketika itu pula gambar yang ada di peta itu berubah.
"Ini... peta Canada kan?" Arvis bertanya pada kembarannya dengan tak yakin.
"Iya, ini Canada." Jawab Alvis cepat. "Dan lihat ini, pemegang batu Amethyst berada di sini." Tunjuk Alvis dengan jari telunjuknya.
"Jadi, kita harus mengumpulkan kedua belas batu itu? Tapi untuk apa?" tanya Jiho bingung.
"Menyegel kembali Mephisto." Jawab Nirmala ragu, "Ia mungkin sedang mengumpulkan kembali kekuatan sihirnya setelah bangkit, karena itu saat ini kita harus cepat-cepat mengumpulkan kedua belas batu sebelum ia bergerak."
"Sepertinya akan menyenangkan! Akhirnya aku menemukan sesuatu yag menarik untuk dilakukan!" sebuah suara tak dikenal membuat semua orang menoleh ke arah Alvis.
"A-apa? Bukan aku!" bantah Alvis menggeleng kuat-kuat lalu berdecih kesal. "Shiro! Sudah kubilang jangan keluar kalau aku tak memanggilmu!"
"Rubah jelek! Mulutmu itu memang minta diremas ya!" umpat Milo kesal.
"Enak saja! Aku yang indah seperti ini kau bilang jelek. Kau pasti tak punya kaca ya! Dasar singa buruk rupa!" balas Shiro tak mau kalah.
Deg!
Carina terpaku untuk sesaat ketika meliat sosok itu. "Shiro?" gumam Carina pelan menatap sesosok roh laki-laki berkulit putih pucat yang sangat tampan, dengan telinga dan ekor rubahnya yang juga senada dengan kulitnya.Wajah Carina langsung berbinar-binar ketika menatap sosok terindah yang pernah ia lihat selama hidupnya selain Nirmala. Bahkan menurutnya, Shiro lebih mengagumkan dibandingkan Nirmala.
"Ya? Ada apa?" Shiro yang merasa terpanggil langsung melayang tepat ke hadapan Carina dengan senyum mempesonanya.
"Cantik sekali." Gumam Carina tanpa sadar dengan wajah memerah.
"Terima kasih, tapi aku ini laki-laki Carina. Kau harusnya memujiku dengan sebutan tampan." Ralat Shiro lembut. "Kaulah yang cantik."
Semua orang terperangah dengan sikap Shiro yang biasanya kasar dan angkuh kiniberubah menjadi sosok hangat dan ramah di hadapan Carina. Bahkan Milo, Nirmala, Leeva dan Hugo yang mengenal Shiro sejak ribuan tahun yang lalu saja dibuat terkejut olehnya.
"Aku tak menyangka kau bisa bicara begitu lembut pada seseorang." Komentar Leeva takjub.
"Ini pertama kalinya ia berbicara dan tersenyum tulus seperti itu." Nirmala menambahi.
"Hey! Shiro! Jangan mengganggu Carina!" Alvis membentak Shiro agar ia tak bertingkah aneh lebih jauh di hadapan Carina.
"Dia tak menggangguku." Balas Carina cepat pada Alvis. "A-apa aku boleh menyentuhmu?" tanya Carina dengan ragu-ragu pada sosok di hadapannya.
"Tentu." Jawab Shiro lalu menapakkan kakinya di atas tanah, berdiri tepat di hadapan Carina. Jaraknya yang terlalu dekat dengan Carina membuat Alvis dan Arvis yang melihatnya jadi jengkel dan menahan emosi. Bagaimana pun juga Shiro tetaplah laki-laki, walau ia hanya roh.
Perlahan Carina mengulurkan tangannya untuk menyentuh pipi Shiro yang sangat putih. Ia sangat penasaran dengan sosok itu. Apalagi rambut dan ekornya yang berbulu putih itu, ia ingin sekali memegangnya apa pun yang terjadi.
Carina tersenyum ketika merasakan lembutnya pipi Shiro, lalu ia beralih menyentuh telinga rubah Shiro dengan lembut. "Kau, seperti boneka. Aku sangat senang bisa mengenalmu." Gumam Carina senang.
"Kalau kau senang, lantas kenapa kau malah menangis?" tanya Shiro lembut seraya menghapus air mata Carina yang terjatuh di pipinya.
"Eh? Aku tidak..." ia berusaha menyangkalnya tapi kemudian ia menyentuh pipinya yang basah dan termenung menatap Shiro selama beberapa saat.
Shiro kembali tersenyum lalu mengusap lembut kepala Carina, "Apa wajahku mengingatkanmu dengan seseorang?" tanyanya setelah membaca isi pikiran gadis itu.
Carina ragu untuk membalas karena semua mata memandang ke arahnya saat ini, "Kau membaca pikiranku." Akhirnya ia membalas. "Kau memang mirip dengannya."
"Mirip siapa?" tanya Alvis pada Shiro dan Carina.
Carina melirik kecil ke arahnya, tapi kemudian kembali mengabaikannya yang langsung membuat tawa Jiho pecah seketika."Hahahaha! Dia mengabaikanmu Alvis! Hahahah... astaga menyedihkan sekali."
Sementara itu Shiro malah tersenyum miring sambil menatap ke arah tuannya, "Rahasia."
"Hey! Aku ini tuanmu!" protes Alvis saat Shiro menolak untuk menjawab.
Shiro hanya menatapnya malas dan sesaat kemudian malah menghilang dari hadapannya.
Alvis menghela napas kasar seraya bergumam, "Menyebalkan sekali."
"Jadi bagaimana? Kita akan ke Canada besok?" tanya Jiho kembali menatap peta yang ada di tangan Alvis.
"Tidak." Balas Alvis cepat lalu duduk bersila di tanah. "Kurasa kita harus mencari lokasi terdekat. Mungkin saja ada juga di pulau ini, karena ada ribuan Holder di pulau ini."
"Ah benar juga. Hanya orang-orang yang memiliki sihir yang akan dipilih oleh batu-batu itu. Dengan kata lain adalah Holder, keturunan penyihir langsung." Arvis ikut menunduk melihat peta ketika saudara kembarnya mengucapkan satu persatu nama batu lalu meniupnya pada permukaan peta.
Alvis terus memeriksa satu persatu keberadaan para Holder yang telah dipiih oleh kedua belas batu tersebut."Ah! Mexico!" Seru Arvis tiba-tiba saat melihat peta di hadapannya berubah. "Siapa itu?"
"Taurus, pemegang batu Emerald." Jawab Alvis cepat. "Tapi sebelum itu, kita harus mencari dulu, siapa Libra ini. Kita akan menemuinya besok. Barulah setelah itu kita akan mencari Taurus ke Mexico."
"Baiklah, semuanya sudah selesai kan? Kita pulang sekarang." Arvis langsung membuka portal menuju asrama Gemini tanpa menunggu persetujuan dari seorang pun.
"Milo, kau ikut kami kan saat mencari para kunci ini?" tanya Carina khawatir sebelum ia ikut masuk ke portal.
"Tenang saja, aku dan Hugo akan ikut dengan kalian. Leeva akan tinggal bersama Nirmala untuk menjaga pulau ini." Jawab Milo menenangkan Carina.
"Aku duluan." Ucap Carina pada Milo sesaat sebelum dirinya masuk ke dalam portal yang buat Arvis. Carina yakin Milo masih ingin berbicara lebih banyak lagi dengan para rekannya, karena itu ia membiarkannya tetap di sana.
***
1 sept 2019