HOLDER : Elsewhere (END)

By pockynop

365K 55.5K 3.2K

BOOK 2 after HOLDER : DOTW (Fantasy + Magic) Perjalanan Carina dengan rencana gilanya berlanjut saat dirinya... More

Prolog
BAB 1 - Penjara
BAB 2 - Rapat Besar
BAB 3 - Activating
BAB 4 - Siksaan
BAB 5 - Rencana Gila
BAB 6 - Ruang Bawah Tanah
BAB 7 - Penyerangan
BAB 8 - Finding Her
BAB 9 - Restart
BAB 10 - Kebenaran
BAB 11 - A Piece
BAB 12 - Hint
BAB 13 - Aku Menemukanmu
CAST!
BAB 14 - When They Meet
BAB 15 - Hatimu Masih Mengingatku
BAB 16 - Ingatan
BAB 17 - Dua Hati
BAB 18 - Kenangan yang Hilang
BAB 19 - Move On
BAB 20 - NAMA
BAB 21 - Keputusan
BAB 22 - Dia Kembali
BAB 23 - Terabaikan
BAB 25 - Ramalan Kuno
BAB 26 - Dua Belas Kunci
Bab 27 - Karena itu Kau...
Bab 28 - Extension
Bab 29 - Libra
Bab 30 - Jiho dan Sera
Bab 31 - Mexico & Canada
Bab 32 - Serangan
Bab 33 - Busan
Bab 34 - Track Finder
Bab 35 - Garis Depan
Bab 36 - Hilang Kendali
Bab 37 - The Last Key
Bab 38 - Golden Sword
Bab 39 - Kakak
Bab 40 - Heartache
Epilogue

BAB 24 - Kisahnya

4.3K 791 23
By pockynop

Tok...tok...tok...

Arvis menaikkan sebelah alisnya ketika mendengar suara ketukan pintu kamarnya.

"Siapa tengah-tengah malam begini?" gumamnya seraya berjalan ke arah pintu untuk membukanya.

"Siapa?" tanyanya seraya membuka pintu.

Deg!

Arvis menatap tak percaya pada seseorang di hadapannya. "Carina! A-ada apa?"

"Kita harus bicara." Carina menatap tajam padanya.

"S-sekarang?" tanya Arvis heran, karena ini sudah lewat tengah malam.

"Kenapa? Tidak mau?"

"Bukan begitu. Hanya saja... ini sudah terlalu malam." Jawabnya ragu-ragu, tapi akhirnya ia setuju. "Baiklah, kita bicara sekarang." Arvis membuka pintunya lebar-lebar mempersilahkan gadis itu masuk ke kamarnya.

Carina melenggang masuk dengan santainya dan langsung duduk di satu-satunya sofa yang ada di kamar Arvis.

Arvis ikut duduk di samping Carina dengan jarak yang agak jauh. Ia sengaja menjaga jarak dari gadis itu, takut kalau Carina akan tambah membencinya jika ia berlaku sok dekat seperti sebelumnya.

"Jadi, kau mau bicara apa?" Arvis memandang Carina lekat-lekat.

Carina yang telah menyiapkan hatinya kini balas menatap Arvis tepat di manik mata, "Aku tak akan basa-basi. Aku ingin memperbaiki hubungan kita, dan juga aku punya pertanyaan yang selama ini terus mengusikku."

Arvis tersenyum kecil, "Tak ada yang perlu diperbaiki Carina. Dari awal hubungan kita ini memang baik-baik saja."

"Tidak! Semuanya salah! Aku perlu tahu alasanmu selama ini! Mengapa kau menyelamatkanku saat itu? Aku tahu alasan utamamu menyelinap ke Oracle adalah untuk mencari tahu apa sebenarnya tujuan Oracle."

Arvis mengerti yang dimaksud Carina adalah kejadian dua tahun lalu, saat rencananya menyusup telah berakhir dan juga awal bagi ceritanya bersama Carina di sebuah rumah kayu kecil.

"Kita dipihak yang sama, karena itu aku membantumu." Jawab Arvis berbohong.

"Kau bohong!" balas Carina langsung, "Jangan buat aku menggunakan kekuatanku padamu Arvis. Aku akan tetap memnunggu jawabanmu yang sebenarnya. Mengapa kau menyelamatkanku, dan kau juga menyembunyikan keberadaanku selama dua tahun ini?"

"Kau sudah tahu jawabannya Carina. Mengapa kau terus menanyakannya?" jawab Arvis pelan.

"Tidak. Aku benar-benar tidak tahu. Karena itu..."

"Aku menyukaimu." Potong Arvis. "Tidak. Yang benar itu aku mencintaimu."

Deg!

Carina terperangah saat mendengar jawabannya. Lidahnya kelu untuk menjawab, "A-aku..."

"Awalnya aku hanya tertarik padamu karena Alvis. Setiap saat aku mengawasi Alvis selalu ada kau di sisinya." Kisah Arvis tersenyum tulus seraya memandang Carina, "Perlahan, aku yang tadinya berniat mengawasi Alvis malah jadi memperhatikanmu. Bahkan tanpa sadar, aku dengan beraninya menyamar menjadi Alvis dan menemuimu saat kau mengawasi Sera dulu. Lalu, aku kembali bertemu denganmu lagi, walau posisiku sulit saat dibawah perintah Grisham."

"Aku hampir gila setiap saat mereka memperlakukanmu dengan buruk. Aku bahkan berniat membunuh Rio saat ia menyiksamu diruang putih. Kalau saja waktu itu aku tak bisa menahannya, kedokku mungkin sudah terbongkar. Aku mampu menahan semuanya, tapi itu membuatku hatiku sakit setengah mati. Apalagi saat kau terbaring dengan oksigen dan infus di ruang bawah tanah. Saat itu yang ada di pikiranku hanyalah penyesalan karena tak mampu melindungimu. Karena itu... saat kau lagi-lagi terjatuh dan terluka, aku berjanji pada diriku sendiri untuk melindungimu apa pun yang terjadi. Aku tak akan membiarkanmu tersakiti lagi."

"Kau bodoh sekali." Komentar Carina saat Arvis berhenti bercerita.

Arvis menatapnya bingung, "Eh?"

"Kau itu bodoh." Carina tersenyum, "Rela melakukan segalanya selama dua tahun demi seseorang yang baru kau temui beberapa kali. Bukankah itu yang disebut bodoh?"

"Orang yang baru kutemui beberapa kali itu adalah seseorang yang kucintai. Yaitu kau." Jawabnya dengan tegas.

"Kau memang bodoh!" suara Carina mulai bergetar, membuat Arvis kebingungan.

"H-hey. Ada apa? Jangan menangis." Arvis menggeser tubuhnya agar duduk lebih dekat dengan Carina. Tanpa ragu-ragu Arvis menepuk-nepuk pelan kepala Carina untuk menenangkannya. Hal yang biasa ia lakukan setiap kali Carina menangis.

Grep!

Carina menarik lengan Arvis dan langsung memeluknya. Ia terisak kecil tepat di pundak Arvis.

"Kenapa malah menangis?" Arvis mengusap lembut punggung Carina.

"Terima kasih sudah menyukai dan melindungiku. Aku bisa hidup sampai saat ini berkat dirimu. Aku berhutang nyawa padamu."Katanya sambil terisak.

"Jadi, kau sekarang sudah memaafkanku?" tanyanya di sela-sela tangis Carina.

"Mana bisa aku tak memaafkan penyelamatku? Kau memang bodoh!" cibir Carina seraya menghapus air matanya.

"Akhirnya kau berhenti menangis." Arvis tersenyum lega, "Jadi sekarang kita tetap teman kan?" katanya seraya mengulurkan jari kelingkingnya.

Carina mengangguk mantap. "Tentu saja!"

***

"Matamu bengkak." Komentar Milo saat Carina bangun keesokan harinya.

"Berisik! Kau dari mana saja semalaman tak pulang?"

"Mendiskusikan sesuatu dengan Nirmala dan yang lain." Jawabnya singkat.

"Apa?" tanya Carina penasaran.

"Isi peti itu, sepertinya ada hubungannya dengan kebangkitan Mephisto."

"Maksudmu?"

"Selama ini Oracle sangat mengincar peti itu untuk mereka hancurkan. Begitu juga dengan basic keduamu, yaitu bisa berkomunikasi dengan hewan. Kami pikir peti itu adalah sesuatu yang kita cari-cari untuk menghentikan Mephisto dan kembali menyegelnya. Dan kau adalah satu-satunya pemilik dan orang yang dapat membuka peti itu."

"Benar juga. Untunglah Oracle selama ini tak mengetahui tentang basic keduaku. Kalau tidak mungkin nyawaku sudah hilang." Carina menggosok tengkuknya yang merinding, membayangkan seandainya Oracle mengetahui fakta itu saat ia menjadi tahanan mereka.

"Benar. Kau mungkin sudah mati kalau saja mereka mengetahuinya." Milo mulai merubah wujud kucingnya menjadi wujud aslinya. "Pertama-tama ayo pecahkan teka-teki puisi kuno yang ada di dalam peti terlebih dahulu."

Carina mengangguk, ia mengerti bahwa Milo ingin dirinya ikut ke hutan kabut untuk membicarakannya bersama yang lain.

Carina menatap bingung ketika ia melihat ada Alvis, Arvis dan Jiho saat dirinya tiba di hutan kabut.

"Mereka juga akan ikut dalam rencana." Ucap Milo saat melihat wajah bingung Carina, "Kau tak keberatan kan?"

Carina menatap Milo jengkel, "Aku keberatan pun kau tak akan perduli."

"Itu benar." Balas Milo cuek.

"Matamu..." Arvis baru saja akan bicara Carina sudah memotong.

"Berisik! Ini semua gara-gara kau!" sungutnya tambah kesal, yang membuat Arvis langsung terkekeh pelan.

Melihat semua itu, Alvis menjadi bertanya-tanya frustasi dalam pikirannya. Pasti ada sesuatu yang terjadi diantara Carina dan Arvis yang tidak ia ketahui, dan itu membuatnya kesal setengah mati.

"Jiho kau juga ikut!" seru Carina menghampirinya. Mereka langsung berbincang-bincang dengan akrabnya.

Milo yang melihat itu langsung berbisik pada Alvis, "Sepertinya kau satu-satunya orang yang tak dianggap olehnya."

"Diamlah. Aku sedang tidak dalam mood untuk bercanda." Katanya menatap Milo dengan wajah masam.

"Ehem!" Nirmala sengaja berdeham agak keras untuk menarik perhatian Carina yang sedang berbicara dengan Jiho. "Bukankah sekarang waktu yang tepat untuk membuka petinya, Carina?"

"Ah, iya." Carina langsung menjawab dan berjalan menuju pohon besar tempat Nirmala tinggal. Ia kemudian merafalkan mantra yang diajarkan oleh Nirmala untuk membuat peti Curmudgeon yang disembunyikan tepat di sisi pohon itu terlihat.

Tepat setelah ia merafalkan beberapa baris mantra yang cukup panjang itu, sebuah peti kuno berwarna perak kusam termakan usia berukuran sedang muncul tepat di hadapannya. Carina tersenyum ketika ia tahu dirinya berhasil, dan saat itu juga ia langsung membukanya lebar-lebar.

Carina kembali berdiri setelah mengambil sebuah gulungan tua yang berada di dalam peti itu.

"Tolong bacakan, Carina." Pinta Nirmala sopan.

Carina mengangguk dan mulai membacakannya, "Para pengikut iblis akan mencari buku, kantung dan emas. Ghoul muncul adalah pertanda. Dua belas kunci muncul untuk memilih tuannya. Saat itulah peta akan menjadi sang pembimbing."

"Aku yakin para pengikut iblis ini adalah mereka yang membangkitkan Mephisto, yaitu Oracle." Ujar Milo setelah Carina selesai membacanya.

Carina kini menatap Milo, Nirmala, Hugo, dan Leeva dengan wajah kaget.

"Ada apa Carina?" tanya Leeva heran.

"Kurasa ini bukan puisi. Ini sebuah ramalan." Carina kembali membaca baris demi baris kata dengan seksama, "Dengan kata lain, para pengikut iblis adalah Oracle, dan iblis itu sendiri merujuk ke Mephisto. Buku yang dimaksud adalah buku milik Solena, lalu aku yakin yang dimaksud dengan kantung dan peta adalah kantung hitam dan juga peta kosong yang juga ada di dalam peti."

"Ghoul muncul adalah pertanda. Ghoul di sini adalah para manusia biasa dan Holder yang telah berubah menjadi monster akibat percobaan gagal Grisham." Lanjut Arvis mencoba menyambungkan segalanya. "Kami menyebut mereka Ghoul karena mereka bukan lagi manusia, melainkan monster yang melahap manusia, dengan kata lain kanibalisme."

"Kemunculan mereka adalah sebuah pertanda bahwa Mephisto telah bangkit." Alvis ikut menambahkan. "Sekarang semuanya jadi masuk akal. Yang tertinggal adalah emas dan dua belas kunci yang memilih tuannya."

***

16 Agustus 2019

Continue Reading

You'll Also Like

16.9K 3.6K 31
Blurb: Florence dan Axel terpaksa masuk ke sekolah asrama karena kesalahan yang mereka lakukan, sehingga membuat orang tua mereka marah besar. Saat p...
13.1K 1.7K 48
Sebuah keinginan lahir, menyapa dan menyelimuti benak maupun hati. Dapatkah seorang gadis mempertahankan keinginan untuk mengasingkan diri? Atau just...
523K 45.8K 38
CERITA INI SUDAH SELESAI (di private). "Kematian terus mengejarku, dan aku tak dapat bertahan lebih lama lagi. takdir ini begitu menyiksa kita, akan...
1.5M 79.6K 41
(BELUM DI REVISI) Aline Putri Savira adalah seorang gadis biasa biasa saja, pecinta cogan dan maniak novel. Bagaimana jadi nya jika ia bertransmigra...