HOLDER : Elsewhere (END)

By pockynop

365K 55.5K 3.2K

BOOK 2 after HOLDER : DOTW (Fantasy + Magic) Perjalanan Carina dengan rencana gilanya berlanjut saat dirinya... More

Prolog
BAB 1 - Penjara
BAB 2 - Rapat Besar
BAB 3 - Activating
BAB 4 - Siksaan
BAB 5 - Rencana Gila
BAB 6 - Ruang Bawah Tanah
BAB 7 - Penyerangan
BAB 8 - Finding Her
BAB 9 - Restart
BAB 10 - Kebenaran
BAB 11 - A Piece
BAB 12 - Hint
BAB 13 - Aku Menemukanmu
CAST!
BAB 14 - When They Meet
BAB 15 - Hatimu Masih Mengingatku
BAB 16 - Ingatan
BAB 17 - Dua Hati
BAB 18 - Kenangan yang Hilang
BAB 19 - Move On
BAB 20 - NAMA
BAB 21 - Keputusan
BAB 22 - Dia Kembali
BAB 24 - Kisahnya
BAB 25 - Ramalan Kuno
BAB 26 - Dua Belas Kunci
Bab 27 - Karena itu Kau...
Bab 28 - Extension
Bab 29 - Libra
Bab 30 - Jiho dan Sera
Bab 31 - Mexico & Canada
Bab 32 - Serangan
Bab 33 - Busan
Bab 34 - Track Finder
Bab 35 - Garis Depan
Bab 36 - Hilang Kendali
Bab 37 - The Last Key
Bab 38 - Golden Sword
Bab 39 - Kakak
Bab 40 - Heartache
Epilogue

BAB 23 - Terabaikan

4.4K 775 10
By pockynop

Carina terbangun di kamarnya keesokan harinya. Ia termenung memikirkan semua hal yang saat ini terlintas begitu saja di benaknya seraya menatap langit-langit kamarnya.

"Kau sudah bangun?" sapa Milo yang meringkuk di atas satu-satunya sofa yang ada di kamar Carina.

Carina menoleh ke arahnya dalam diam. Ia dan Milo saling berpandangan satu sama lain. Hanya lewat tatapan mata dan keheningan yang menyelimuti, mereka mengerti satu sama lain. Carina tahu apa yang ada di pikiran Milo, dan begitu juga sebaliknya.

"Jadi, kau sudah berpikir ulang? Soal hubungan rumitmu dengan si kembar?"

"Aku memikirkannya... bahkan hal yang pertama kali ku pikirkan ketika membuka kedua mataku adalah mereka berdua. Tapi, aku harus bagaimana? Sulit rasanya untuk memaafkan mereka saat ini."

"Tapi coba pikirkan lagi, Carina. Alvis berbohong padamu untuk menghilangkan batasan antara kalian berdua agar ia bisa menjagamu dari dekat. Lalu, Arvis... ia berbohong padamu memang atas keegoisannya, tapi itu juga demi dirimu agar tak mengingat masa lalumu yang akan membuatmu menderita. Mereka berdua melakukan semua itu demi kebaikanmu."

Carina memandang Milo datar, "Aku tahu itu. Aku tahu itu semua demi diriku, tapi... yang mereka lakukan itu pada akhirnya menyakiti diriku Milo."

"Jadi bagaimana kau akan menghadapi mereka?"

"Entahlah, beri aku waktu untuk berpikir."

"Mereka sudah menjadi Master menggantikan posisi Master Zacker dan Lilianne."

"Benarkah?!" serunya kaget.

Milo tersenyum mengejek, "Ternyata kau masih peduli pada mereka."

"B-bukan begitu. Posisi itu kan posisi yang selama ini didamba-dambakan setiap Holder. Wajar saja kalau aku terkejut."

Tiba-tiba saja Milo membuat perisai di sekeliling mereka berdua yang langsung membuat Carina menatap Milo dengan serius, "Ada apa?"

"Oracle telah membangkitkan Mephisto, Carina. Kau sudah tahu tentang ini kan saat membaca pikiran Alvis dan Arvis kemarin?"

Carina memadang Milo lurus-lurus, "Kita harus menghentikannya."

"Kau adalah kunci untuk kembali menyegel Mephisto, Carina."

Carina mengerutkan dahinya heran, "Kenapa kau bilang begitu?"

"Peti itu... sekarang aku ingat apa yang pernah Solena katakan dulu." Milo mulai bercerita, "Ia pernah bilang pada kami bahwa suatu saat peti itu akan berguna saat waktunya tiba. Dan kurasa, maksud perkataannya adalah berguna untuk saat seperti ini. Dan kau adalah keturunan Solena. Kekuatanmu juga akan sangat berguna untuk menyegel kembali Mephisto."

"Ah benar! Aku juga pernah mendengar dari para Oracle, kalau Grisham ingin sekali mencari peti Curmudgeon untuk menghancurkan peti itu." Carina berusaha mengingat-ingat, "Itu artinya peti itu akan sangat berguna. Mungkin kita bisa memecahkan kembali isi puisi yang ada di kertas usang itu."

"Ayo ke sana, Milo!" ajak Carina dengan antusiasnya.

"Tidak. Kita akan ke sana besok. Kau tak boleh keluar dari asrama ini sampai besok. Kate sudah memintaku untuk menjagamu."

"Miss Kate?" tanyanya bingung. Tapi kemudian ia kembali mengingat-ingat kejadian kemarin setelah ia kembali mendapatkan ingatannya. "Ah benar juga. Kemarin aku memintamu untuk mengantarku ke tempatnya."

"Sekarang, bersihkan dirimu. Kau harus keluar untuk menyapa yang lainnya." Pinta Milo jijik melihat penampilan bangun tidur Carina yang sangat tak sedap dipandang mata.

Carina tersenyum geli saat melihat reaksi Milo yang berlebihan seraya turun dari tempat tidurnya, lalu berlari kecil ke arah kamar mandi.

***

"Carina! Kau kah itu?!" seru Simon terkejut saat Carina muncul di ruang makan untuk ikut bergabung sarapan dengan penghuni asrama lainnya.

Carina tersenyum, "Pagi, Simon."

"Oh My God! Kau memanggil namaku! Kau ingat aku?!"

Carina mengangguk sekali yang membuat Simon langsung berlari ke arahnya dan memeluknya hangat. "Kau sudah ingat aku? Kau ingat aku sekarang?!" tanyanya masih belum percaya.

"Iya, aku ingat."

"Zeno! Jane! Jiho!Elena!Siapapun itu aku tak peduli! Kalian harus lihat ini! Carina sudah ingat kembali!"

"Ada apa sih Simon! Kau berisik sekali!" Seru Jiho tergopoh-gopoh dari arah dapur menanggapi Simon. Ia memang sedang bertugas memasak bersama Zeno, Jane, dan Elena di dapur.

Ekspresi kesal Jiho langsung terganti ketika ia melihat sosok Carina berdiri di dekat pintu masuk ruang makan, "Carina! Kau sudah bangun! Astaga! Kemarin malam kau sangat mmenakuti kami karena Alvis dan Arvis tiba-tiba membawamu pulang dalam keadaan tak sadarkan diri." cerocosnya panjang lebar.

"Jiho, kecilkan suaramu!" pinta Carina meringis memegangi sebelah telinganya.

Ekspresi Jiho kembali berubah seratus delapan puluh derajat, "Eh?" Jiho merasa ada yang aneh dari sikap Carina. Karena itu ia menanyakan pertanya sepele dan konyol namun mampu untuk memastikan sesuatu. "Carina, siapa nama anjingku?"

Deg. Deg. Deg.

Jiho menunggu jawaban Carina dengan tegang. Ia sudah siap jika gadis itu nantinya memberikan jawaban yang tak sesuai dengan harapannya.

"Noah."

"Benar kan? Mana mungkin kau bisa menjawab—Eh?! Apa kau bilang tadi?!"

"Noah. Nama anjingmu Noah. Kau pernah memberitahuku... dulu."

Jiho menatap Carina dengan mata berkaca-kaca, "Kau... sudah ingat?"

Carina mengangguk tersenyum seraya membuka tangannya lebar-lebar, menunggu sahabatnya itu untuk maju dan memeluknya.

Bruk!

Tanpa menunggu lebih lama lagi, Jiho berlari dan menubruk tubuh kecil Carina dan membawa gadis itu ke dekapannya. "Kau serius?! Kau sudah ingat?!" serunya sambil memeluk Carina dengan melompat-lompat kegirangan.

"Ehem!" suara dehaman keras yang tak asing membuat Jiho buru-buru melepaskan pelukannya terhadap Carina. Itu suara Alvis! Pikirnya terkejut.

Jiho bisa merasakan tatapan tajam Alvis dan Arvis yang baru saja masuk ke ruang makan, "A-aku harus kembali memasak." Katanya tergagap lalu pergi ke arah dapur dengan buru-buru.

Alvis dengan ragu berjalan memndekati Carina dan memanggilnya, "Carina..."

Carina sama sekali tak menoleh, melainkan tersenyum lebar ke arah Daniel, Kenta, Dave, Samuel, Justin, dan Robert. Ia sengaja melakukannya.

"Dia mengabaikanmu." Kata Arvis datar.

"Berisik! Kau juga diabaikan bodoh!" balas Alvis kesal.

"Daniel! Kenta!" panggil Carina lalu berlari dan memeluk mereka, "Maaf, aku baru bisa mengingat kalian sekarang."

"Eh?! Kau ingat kami?!" seru Kenta terkejut.

"Jadi kau hanya ingat Daniel dan Kenta saja?" sindir Samuel iri karena hanya nama mereka yang disebut.

"Astaga! Bukan begitu. Sungguh, aku ingat kalian semua." Balas Carina terkekeh geli mendengar sindiran Samuel.

"Selamat datang kembali, Carina." Daniel memeluk hangat Carina dengan tulus.

Carina duduk berdampingan bersama mereka di meja makan seraya menunggu Jiho, Zeno, Jane dan Elena menyiapkan makanan.Sementara Alvis dan Arvis sengaja memilih tempat duduk tepat di hadapan Carina agar gadis itu mau memperhatikan mereka barang sedetikpun.

"Ada apa? Kalian diabaikan ya." Tanya Elena yang tiba-tiba sudah berada disebelah mereka dengan nada mengejek.

Alvis berdecih sebal sedangkan Arvis hanya memasang ekspresi tidak perduli.

"Wah, aku tak percaya kita duduk satu meja dengan dua Master." Ucap Zeno yang entah kapan sudah duduk di ujung bersama Jane, Jiho dan Simon.

"Carina! Setelah ini kau harus ceritakan semuanya pada kami!" seru Jiho dari seberang meja, karena tempat duduk mereka yang berjauhan.

"Benar, kami ingin mendengar ceritamu saat menyusup ke markas mereka."Dave menimpali yang langsung di tegur oleh Robert, karena bisa saja itu pertanyaan sensitive untuknya.

"Baiklah, aku akan bercerita setelah ini." Jawab Carina enteng, membuat Arvis langsung menatapnya khawatir.

Suasana meja makan malam yang awalnya penuh canda tawa, kini berubah menjadi sunyi saat Carina mulai bercerita tentang keadaan Markas Oracle dua tahun yang lalu. sesekali, Ashley dan Sera ikut menimpali dan membantu Carina menjelaskan keadaan tempat itu.

"Jadi Rio yang menyiksamu saat kau ditahan di sana?" tanya Elena kaget, tak menyangka bahwa Rio akan sekejam itu. "Apa yang telah ia lakukan padamu Carina?"

Carina kembali teringat rasa sakit saat Rio menyayat beberapa bagian tubuhnya dengan pisau yang membuat tubuhnya menegang, ia juga mengingat rasanya saat berada di kursi listrik. "Ia..."

Brak!

Arvis tiba-tiba menggebrak meja dengan emosi, "Cukup! Kalian sudah terlalu jauh menanyakannya!"

"Arvis benar, tidak sepantasnya kita membuat Carina mengingat kembali masa-masa sulitnya itu." Jiho ikut menimpali.

"Ma-maaf, aku tidak bermaksud..." Elena meringis pelan, ia merasa bersalah karena tahu kalau ia telah menanyakan hal sensitif.

Suasana makan malam berubah drastis menjadi canggung karena perdebatan kecil tadi. Begitu makan malam selesai semua orang langsung bergegas kembali ke kamar masing-masing, tapi tidak berlaku untuk Alvis dan Arvis. Mereka kembali berusaha untuk berbicara pada Carina lagi saat Carina berjalan di koridor menuju ke arah kamarnya.

"Ia masih terus mengabaikan kita." Gumam Alvis lelah.

"Ia sepertinya benar-benar marah." Balas Arvis pasrah, lalu berbalik menuju kamarnya.

"Kau mau ke mana?" kini pertanyaan bodoh terlontar dari mulut Alvis.

Arvis menatap kembarannya dengan sarkas, "Tentu saja kembali ke kamar. Memangnya kita bisa apa lagi? Mendobrak kamar Carina? Yang ada ia akan tambah marah dan membenci kita."

Alvis melotot dan berdecih kesal mendengarkan jawaban menyebalkan itu.

***

Continue Reading

You'll Also Like

74K 12.6K 39
Follow sebelum membaca ya! ^^ Fantasy-Minor Romance Dia adalah orang diramalkan, tapi takdirnya begitu membingungkan. Apakah ia akan terjebak dalam i...
305K 18.2K 24
KAILA SAFIRA gadis cerdas berusia 21 tahun yang tewas usai tertabrak mobil saat akan membeli martabak selepas menghadiri rapat perusahaan milik mendi...
596K 30.8K 35
[COMPLETED] Lea hanyalah gadis cantik bermata biru dan berambut merah yang tinggal bersama ibu angkatnya. Dia tidak pernah mengetahui darimana dia be...
110K 14K 54
[Fantasy & (Teen/High School) Romance] Latar : Jepang ••• Dunia sihir itu ada. Begitulah menurut pendapat Yuuki. Meski bullyan sudah seperti sarapann...