HOLDER : Elsewhere (END)

By pockynop

368K 55.9K 3.2K

BOOK 2 after HOLDER : DOTW (Fantasy + Magic) Perjalanan Carina dengan rencana gilanya berlanjut saat dirinya... More

Prolog
BAB 1 - Penjara
BAB 2 - Rapat Besar
BAB 3 - Activating
BAB 4 - Siksaan
BAB 5 - Rencana Gila
BAB 6 - Ruang Bawah Tanah
BAB 7 - Penyerangan
BAB 8 - Finding Her
BAB 9 - Restart
BAB 10 - Kebenaran
BAB 11 - A Piece
BAB 12 - Hint
BAB 13 - Aku Menemukanmu
CAST!
BAB 14 - When They Meet
BAB 15 - Hatimu Masih Mengingatku
BAB 16 - Ingatan
BAB 17 - Dua Hati
BAB 18 - Kenangan yang Hilang
BAB 19 - Move On
BAB 20 - NAMA
BAB 22 - Dia Kembali
BAB 23 - Terabaikan
BAB 24 - Kisahnya
BAB 25 - Ramalan Kuno
BAB 26 - Dua Belas Kunci
Bab 27 - Karena itu Kau...
Bab 28 - Extension
Bab 29 - Libra
Bab 30 - Jiho dan Sera
Bab 31 - Mexico & Canada
Bab 32 - Serangan
Bab 33 - Busan
Bab 34 - Track Finder
Bab 35 - Garis Depan
Bab 36 - Hilang Kendali
Bab 37 - The Last Key
Bab 38 - Golden Sword
Bab 39 - Kakak
Bab 40 - Heartache
Epilogue

BAB 21 - Keputusan

4.3K 782 19
By pockynop

"Carina..." sebuah suara menggema dan memanggil namanya.

"Carina..." Suara laki-laki itu semakin jelas terdengar.

Carina menoleh ke arah suara itu dan mendapati seorang laki-laki paruh baya menatapnya tersenyum. Entah kenapa Carina ikut balas tersenyum.

Dor!

Setelah suara letusan kuat itu, laki-laki itu tumbang. Darah mulai mengalir dari kepalanya yang tertembak.

"A-apa yang terjadi?" gumam Carina panik lalu berlari menghampirinya. "Tidak, tidak. Kau tidak boleh mati!" air matanya mulai mengalir deras sampai sebuah tangan menyentuh pundaknya.

Ia menoleh kaget dan mendapati seorang wanita tersenyum hangat padanya.

"Carina..." panggil wanita itu lalu memeluknya.

"Si-siapa? Kau siapa?" tanyanya tak mengerti atas perlakuan wanita itu. Ia semakin bingung setelah menoleh kembali ke belakang dan tak menemukan sosok laki-laki yang tadi tertembak. Saat ia ia kembali menoleh ke depan ia mendapati darah mengalir di wajah wanita itu dan kemudian ia tumbang seketika.

"Aaaa!" jeritnya gemetar ketakutan. Tanpa sadar ia terus melangkah mundur dan menabrak sesuatu.

Dengan cepat ia berbalik dan kini mendapati seorang bocah laki-laki sedang tersenyum padanya. Carina tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi, dan hanya memandang bocah itu dengan heran.

Tiba-tiba saja bocah itu tertawa dan memeluk pinggangnya selama beberapa saat. "Ini." Seru bocah itu seraya menyodorkan telapak tangan mungilnya pada Carina.

"Apa?" Carina tak mengerti karena tak ada apa pun di sana.

"Lihat baik-baik." Pintanya masih menyodorkan tangan mungilnya.

Carina mengikuti keinginannya dan menatap telapak tangannya dengan seksama. Entah bagaimana sebuah rubik yang tak lebih besar dari telapak tangannya itu ada di atasnya

"Ambil." Ucap bocah laki-laki itu lagi ketika Carina hanya memandang benda itu.

Dengan ragu-ragu ia mengulurkan tangannya untuk mengambil benda itu, tapi bersamaan dengan itu kini kembali terdengar suara letusan seperti sebelumnya. Mata Carina terbelalak ketika ia menyaksikan kepala bocah laki-laki itu tertembak di depan matanya denga jarak yang sangat dekat. Sebagian darahnya mengenai wajah Carina membuat ia langsung jatuh terduduk lemas.

"Aaaaaaaaaaa!" ia menjerit sekuat tenaganya dengan ketakutan luar biasa.

"Aaaaaaaaaa!" ia terus menjerit hingga kemudian terbangun dari mimpi buruknya.

"Carina!" seru Alvis memanggil namanya, "Ada apa? Hey!" tanyanya panik saat melihat Carina terbangun dengan berteriak seraya menangis.

Alvis terus mengguncang-guncang bahu Carina untuk menyadarkannya. "Ini aku, Alvis! Tenanglah! Carina!"

Grep!

Carina yang ketakutan langsung memeluk Alvis dengan gemetaran, "Alvis! Hiks..."

Alvis kembali bernapas lega saat Carina memeluknya erat dengan tubuh gemetaran. Ia berhenti berteriak dan malah terisak di dekapannya.

Perlahan Alvis balas memeluknya dan mengusap pelan kepalanya lalu berbisik, "Aku disini. Jangan takut."

"Me-mereka mati! Mereka semua mati!" serunya masih ketakutan dalam dekapan Alvis.

Alvis semakin memeluknya erat sambil menenangkannya, "Shhhhtt, itu hanya mimpi Carina. Tenanglah..."

"Dia kenapa?" tanya Shiro yang entah sejak kapan muncul di sebelah Alvis.

Alvis melotot kesal ke arahnya dan menyuruhnya pergi lewat telepati, "Pergi kau!"

Roh yang membuat kontrak dengan Holder memang bisa berkomunikasi lewat telepati, dan roh itu juga bisa menampakkan dirinya di depan sang Holder yang mempunyai ikatan dengannya. Ia hanya bisa terlihat jika ia memang sengaja memperlihatkan dirinya pada orang lain atau saat pemiliknya menyebut namanya saja.

"Ia kekasihmu?" tanya Shiro lagi masih tak menuruti perkataannya.

Alvis akhirnya hanya mendengus sebal dan tak merespon Shiro.

"C-cantik." Gumam Shiro dengan wajah sedikit memerah saat menatap Carina lewat samping yang langsung membuat Alvis kembali melotot padanya.

"A-aku hanya memuji saja!" katanya saat menyadari tatapan marah Alvis, lalu sesaat kemudian ia langsung menghilang.

Setelah lebih dari setengah jam Carina berhenti menangis dan mulai tenang.

"Kau sudah tenang?" tanya Alvis lembut yang langsung dijawab dengan anggukan pelan di pelukannya.

"Biar kuambilkan minum." Alvis baru saja ingin melepaskan pelukannya, tapi langsung ditahan Carina.

"Jangan pergi! Aku tak butuh minum. Aku hanya butuh kau!" katanya cepat seraya menahan Alvis dengan meremas ujung bajunya.

"Baiklah aku tak pergi." Katanya menatap Carina, "Kalau begitu kembalilah tidur. Aku akan menemanimu di sini." Alvis memaksa Carina untuk kembali berbaring sementara ia duduk di sebuah kursi yang ada di samping kasur Carina dengan menggenggam tangannya.

"Di mana Arvis?" tanya Carina yang langsung membuat ekspresi Alvis berubah seratus delapan puluh derajat.

"Tak bisakah kau melihatku?" Alvis menatap Carina kecewa, "Jangan menanyakan laki-laki lain saat kau bersamaku."

Carina menatapnya tak enak dan merasa bersalah, "Maaf."

"Kau tak tidur?" tanya Carina lagi.

Alvis tersenyum, "Aku akan tidur setelah kau tidur."

"Jangan tinggalkan aku!" seru Carina panik saat mendengar jawaban Alvis.

"Tenang saja, aku tak akan kemana-mana. Aku akan tidur di sini." Jawabnya seraya menunjuk tempatnya duduk saat ini.

"Dengan posisi seperti itu?" tanyanya lagi dengan nada khawatir, "Lehermu bisa sakit."

"Kau cerewet sekali." Alvis beranjak berdiri lalu menggeser tubuh Carina dengan paksa barulah setelah itu ia masuk ke dalam selimut dan ikut berbaring di sebelahnya. "Aku akan tidur bersamamu."

"E-eh?!"

Grep!

Alvis menarik Carina ke dalam pelukannya dengan paksa, "Waktunya tidur! Kau harus istirahat. Besok kau sudah boleh kembali ke asrama."

Carina tak bisa berkata-kata lagi saat Alvis memperlakukannya dengan sangat lembut dan menjaganya. Entah mengapa perasaannya meluap dan merasa sangat bahagia saat ini,

***

Arvis bernapas lega ketika ia keluar dari ruangan Master Will. "Akhirnya..." gumamnya lelah.

Master Will meminta Arvis untuk menemuinya perihal Master Roodie yang masih saja tak setuju jika Arvis yang sebelumnya dicap sebagai pengkhianat kini malah diangkat sebagai Master. Akhirnya setelah perdebatan panjang antara ketiga Master itu keputusan akhir untuk mengangkat Arvis menjadi Master bersama Alvis tak bisa ditunda lagi. Master Roodie kalah suara dengan Master Will dan Master Anna yang menginginkan bahwa keduanya pantas untuk menyandang gelar tersebut.

"Aku harus melihat Carina." Katanya lalu membuka portal teleportasi menuju kamar gadis itu.

Wajah Arvis langsung berubah ketika melihat pemandangan yang ia lihat ketika sampai di kamar itu. Arvis cemburu melihat Carina tertidur pulas di dalam pelukan Alvis.

Tentu saja ia cemburu! Ia marah, kesal dan rasanya ia ingin menghajar wajah saudaranya itu saat ini juga. Tapi kemudian ia berpikir lagi dan kembali menenangkan dirinya. Ia sudah menetapkan hatinya, mulai sekarang ia tak akan lengah pada Alvis atau siapa pun itu, sekali pun Carina nantinya akan membenci dirinya jika ingatan gadis itu kembali lagi.

***

"Ini sudah lewat dari dua minggu yang kujanjikan." Milo menatap Alvis dan Arvis bergantian. Tak hanya ada mereka di sana, Carina juga ada di sana. Mereka lagi-lagi berkumpul di kamar Carina.

"Kau benar, tapi Carina baru saja keluar dari rumah sakit tadi pagi. Tak bisakah kau menundanya sedikit lebih lama?" Pinta Alvis khawatir dengan kondisi fisik Carina. Ia tahu jika Milo bermaksud untuk mengembalikan ingatan Carina hari itu juga.

"Tidak." Tolak Milo tegas, "Sudah tak ada waktu lagi. Kita tak tahu kapan mereka akan menyerang. Dengan kekuatan Mephisto, mereka bisa saja sewaktu-waktu datang kemari."

Saat Arvis ingin ikut membantah, Milo langsung berdecih dan menatapnya tajam. "Tidak! Kubilang tidak ya tidak!"

"Hey! Aku bahkan belum bilang apa-apa!" balas Arvis kesal.

"Aku tahu isi pikiranmu!"

"Dasar kucing lancang! Seenaknya saja kau membaca pikiran orang!" Arvis mendengus.

"Aku akan melakukannya." Potong Carina ditengah-tengah perdebatan itu.

"Carina!" seru Alvis dan Arvis bersamaan.

Carina tersenyum kecil menanggapinya, "Aku ingin mengingat semuanya. Semua yang kalian ceritakan tidaklah cukup. Aku harus mengingat semuanya. Jadi, bisakah kalian menghargai keputusanku?"

Semua terdiam, tak ada satu orang pun yang berniat untuk membuka suara, termasuk Milo. Carina hanya ingin memahami apa yang sebenarnya telah terjadi pada dirinya di masa lalu, karena ia yakin Alvis dan Arvis telah menyembunyikan sesuatu dari darinya. Karena itu inilah keputusan yang ia rasa paling tepat untuk saat ini.

***

30 juli 2019

Continue Reading

You'll Also Like

104K 22.3K 46
[Epic Fantasy] Tanah telah rusak beratus-ratus tahun lalu. Manusia telah punah karena terjadinya perang antara umat manusia, makhluk supernatural, ma...
10K 2.3K 53
[ The Elemental Trilogy | Book 2] Peristiwa terahkir memberikan pukulan besar bagi mereka, terutama untuk Luna yang kehilangan satu-satunya keluarga...
2.7K 398 18
Elle Walker, seorang wanita muda yang sedang bercosplay sebagai Elf dalam karakter game yang sedang ia promosikan, secara tiba-tiba berpindah tempat...
1.3M 128K 48
Di novel 'Kisah Naqila', Nathaniel Varendra adalah sosok antagonis paling kejam. Ia bahkan tak segan membunuh seseorang yang dianggap mengusik ketena...