Live In The Moment With Me, W...

By iamavrG

596K 50K 8.4K

Follow for šŸ”“šŸ”“šŸ”“ maaf di private. Ketika kehilangan begitu menyakitkan Akan ada waktu kebahagiaan datang Me... More

|1| First
|3| CAST
|4| NAPIER
|5| You Hurt Me Again
|6| The First Night
|7| I Meant Nothing to You
|8| The Truth
|9| Just The Beginning
|10| Two Years
|11| Don't Cry Anymore
|12| Endless Love
|13| Granada
|14| Meet
|15| Don't Go
|16| Tell Her
|17| Jealous
|18| Hope
|19| Love
|20| Jangan Menghilang
|21| Haruskah? (1)
|22| Haruskah? (2)
|23| Obsesi. Cinta Dan Kehangatan
|24| Silence
|25| Make Me Cry
|26| Percayalah Padaku
|27| Sad Fate
|28| How To Live
|29| I Miss You
|30| Good/Bad Day?
|31| THE NIGHT (M+)
|32| Through The Night (M+++)
|33| HOME (End Part)

|2|Roof Hill

26.5K 1.8K 65
By iamavrG

AUTHOR POV

- Kota Napier -

“Jenn.. wortelnya dimakan juga, jangan pilih-pilih gini” kata Joy cerewet tetapi penuh dengan perhatian. Sesosok wanita dengan suara khasnya yang lembut.

“kau tahu kan aku tak suka wortel, kamu kan suka, jadi nihh kamu aja yang makan” kata Jennie manja sambil menyodorkan garpu dengan potongan wortel yang cukup besar kearahnya.

“pilih-pilih banget jadi anak” jawabnya sambil meraih wortel dari tangan Jennie dan memakannya.

“yaayyyyy.... ” Jennie melihat sebuah perahu dengan ukuran tak teralalu besar dan tak terlalu kecil mulai menyandar dipinggir danau. Jennie langsung meraih ransel disamping kanan badannya dan langsung berlari kearah perahu itu.

“heii.. heiii.. heiiii tunggu..” teriak Joy saat Jennie berlari meninggalkannya yang sedang memakan wortel, sontak Joy langsung menoleh sedang garpu wortel masih ada dimulutnya, dan langsung menyambar ranselnya lalu mengikuti Jennie.

Sesaat kemudian Jennie masuk keperahu tersebut, untuk dibilang kecil mungkin tidak karena perahu ini punya dek belakang dan tempat duduk yang nyaman. Jennie memilih tempat duduk dibelakang dan paling pojok karena terlihat paling nyaman.

Joy langsung mengikuti Jennie untuk duduk di dek belakang dan duduk tepat diseblah Jennie. “kamu pasti akan terheran-heran dengan pemandangan indahnya” kata Jennie dengan bangga sambil memperlihatkan sekeliling danau Roof Hill.

Nama danau yang cukup unik, tetapi sesuai dengan pemandangan indahnya. Dikelilingi oleh tebing alami persembahan dari alam. Daun-daun dari pepohonan yang akan menutup langit-langit jika tertiup angin. Airnya yang jernih dan terlihat sangat segar, aroma fresh khas danau Roof Hill begitu terkenal sehingga banyak wisatawan datang hanya untuk melihat apa yang sebenarnya tersimpan pada danau tersebut.

“hahaha aku tau kamu akan bilang begitu”. Jennie mendengar suara tawa Joy yang begitu renyah, Jennie menoleh kearahnya dan melihat tawanya yang diakhiri dengan  senyuman dan ujung bibirnya sampai terbuka dan terlihat barisan giginya yang cukup besar putih bersih. “hehehe” hingga matanya pun ikut menyipit.
"Manisnya" batin Jennie berbisik saat melihat senyum Joy yang begitu khas dan Jennie pun memperhatikannya dalam-dalam, Jennie pun ikut tersenyum hingga gummy smile nya tak bisa dibendung. Begitu khas senyuman Joy. Jennie tak akan pernah bisa melupakannya.

***

*Krrrriiiingggg…kligg kloggg…kliggg klooggg…Kriiiingggggg* (alarm kamar)

Jennie membuka mata dengan perlahan, memandangi atap kamarnya, dan melihat setiap sudut ruang kamarnya. Kepalanya begitu berat, matanya pun seolah tak ingin terbuka. Jennie menoleh kekanan, dan Jennie melihat jendela kamarnya, sinar matahari berusaha untuk masuk melalui celah-celah jendela.

“selamat pagi nona Jennie, bagaimana dengan tidur anda?” sapa Miss Jung dengan sangat sopan kepada Jennie saat ia keluar kamar.

“apakah menurutmu tidurku pernah nyeyak lagi Miss Jung?” jawab Jennie tersenyum getir. Meskipun wajah Jennie tersenyum Miss Jung paham bahwa terdapat kesediahan yang begitu mendalam dalam hati Jennie. Miss Jung langsung tertunduk dan tak berkata apa-apa lagi. Lalu Jennie menangkap sesosok wanita tengah duduk di sofa tengah.

"eonni.. kau sudah datang? Sejak kapan?” kata Jennie saat melewati sofa ruang tamu menuju dapur setelah mandi dan membersihkan diri di kamar.

“lumayan dari tadi, ohh ya aku pinjem piring untuk makan” Jisoo melahap buburnya. Jennie langsung menoleh dengan tatapan kaget dan mengernyitkan dahi serta bibirnya sedikit dimonyongkan.

“bukan piringmu, tenang saja, piringmu masih ditempatnya, ini bubur aku beli saat jalan kesini tadi” sahut Jisoo saat melihat ekspresi Jennie yang unik.

Jennie berjalan kearah dapur untuk mengambil piringnya. Tepat didepan rak piring, Jennie memegang pinggiran piringnya dan berhenti.

eonni.. pemandangan danau Roof Hill benar-benar indah” kata Jennie sambil meraih piringnya dan berjalan mencari sendok makannya dan mengambil gelasnya. Lalu Jennie duduk disebelah Jisoo yang masih dengan lahap mengunyah bubur dan tatapannya asik menonton Channel 6.

eonni .. pemandangan danau…...”

Roof Hill benar-benar indah, kamu pasti akan terheran-heran dengan pemandangan indahnya” belum selesai Jennie melanjutkan kata-katanya, Jisoo langsung menyahutnya dan masih tetap sambil mengunyah bubur lalu tertawa terbahak-bahak karena kartun yang ada di Channel 6. Jennie menoleh kearah Jisoo, Jisoo sangat tahu Jennie akan mengatakannya, karena mungkin Jennie telah mengatakan kepadanya lebih dari seribu kali.

"Jenn .. jangan lupa nanti kameramu dibawa ya”. Jisoo mengingatkan Jennie untuk membawa kamera pada saat nanti mereka jalan-jalan.

*krringggg…kringgggg* (bunyi telepon)

Saat Miss Jung berjalan untuk mengangkat telpon tersebut, Jisoo mengisyaratkan dengan menujuk dadanya agar dia saja yang mengangkat telpon tersebut, karena memang meja telpon tepat disebelahnya.

“haallooo..” jawab Jisoo, Jisoo menjawab telpon yang tengah berdering, karena dekat dengannya, Jennie pun tak keberatan.

ne.. ahjumma ini Jisoo, Jennie?” tatapan Jisoo langsung mengarah kepada Jennie mengisyaratkan bahwa seseorang dibalik telpon itu ingin berbicara dengannya.

Karena sudah saling mengenal sejak kecil, Jisoo telah dianggap sebagai bagaian dari keluarga Jennie, bahkan sudah seperti kakak Jennie, sehingga Jisoo sangat akrab dengan keluarga Jennie. Bahkan kedua orangtua Jennie dan Jisoo pun bersahabat.

"bilang aku sedang mandi" jawab Jennie lirih, mulutnya mengisyaratkan dengan tak bersuara agar Jisoo menyampaikannya.

eomma?” batin Jennie bertanya.

"Jennie sedang mandi ahjumma, bagaimana?" jawab Jisoo sesuai dengan apa yang Jennie isyaratkan. Lalu Jisoo mulai mendengarkan suara dari balik telepon tersebut.

“Jenn.. Ada telpon dari ahjumma, katanya kamu diminta ikut rapat dewan direksi” Jisoo berpura-pura teriak seolah olah Jennie sedang mandi.

“aku akan jalan-jalan jadi tidak bisa ikut” jawab Jennie singkat dengan suara sedikit keras.

“aku akan jalan-jalan jadi tidak bisa ikut, begitu kata Jennie ahjumma

“Jenn.. kata ahjumma ini perintah Appa-mu penting untuk penentuan pemegang saham perusahaan” teriak Jisoo lagi.

Eeonni… aku ingin membeli lensa baru untuk kameraku” sahut Jennie dengan sedikit berteriak agar seseorang dibalik telepon itu dapat mendengarnya. “Appa” hahaha Jennie tertawa dalam hati, “jika “Appa” telah memberi perintah, setiap orang harus menuruti” batin jennie saat mendengar kata “Appa” disebutkan, tapi mungkin tidak dengan Jennie, sudah beberapa tahun ini Jennie tak pernah lagi menuruti setiap keinginan appa-nya.

“kalau Jennie sudah bilang begitu sepertinya dia benar-benar tidak akan datang ahjumma, bujuk rayu ku pun tak akan mempan” Jisoo memperjelas perkataanya.

ne...ne..ne...” Jisoo menutup telepon.

yaa Jenn.. kamu yakin tidak akan ikut? Kedengarannya cukup penting, bahkan suara ahjumma terdengar gemetaran hahaha.” Tawa Jisoo seraya meraih snack ditoples meja.

“apa aku terlihat sedang bercanda eonni? eonni kau tahu kan aku tak tertarik lagi dengan semua itu”. Jawab Jennie sambil beranjak dari sofa untuk bersiap-siap.

Saat semuanya telah siap, Tuan Hong bersiap mengantar Jennie dan Jisoo menggunakan mobil.

“tak bisakah kali ini saja kau tak mengikutiku berlibur Miss Jung?” Tanya Jennie saat mobil tengah melaju menuju bandara.

“Maaf nona, tapi Tuan Kim menyuruh saya untuk mengikuti dan menjaga nona dimana pun dan kapan pun” terdengar suara tegas Miss Jung menjawab perkataan Jennie dari kursi depan.

“Katakan pada Tuan Kim, aku tak akan berlari atau kabur, bukankah kamu orangku Miss Jung?, aku memohon kepadamu sekali ini saja biarkan aku berlibur berdua dengan Jisoo eonni” kata Jennie sambil memandang turunnya salju dari balik jendela mobil.

Yaa.. Miss Jung kau tak percaya kepadaku? Biarkan Jennie berlibur kali ini, bahkan ini juga liburan terakhirku, biarkan kami bersenang-senang, aku akan menjaganya” kata Jisoo sambil melemparkan pandangannya ke kursi depan, membantu Jennie agar mendapatkan ijin dari Miss Jung.

“Tapi nona Jisoo…”

Yaa… sekalipun dia kabur, kamu pasti akan menemukannya Miss Jung” belum selesai Miss Jung berbicara, Jisoo langsung memotongnya.
Miss Jung pun melihat Jennie dari kaca depan mobil, terlihat Jennie menyandarkan kepalanya pada kursi mobil dan memandang keluar jendela, dan hati Miss Jung terasa nyeri saat melihat Jennie.

“Baiklah… saya harap nona Jisoo dapat menjaga nona Jennie dengan sebaik-baiknya, dan tolong kabari saya jika terjadi sesuatu” kata Miss Jung dari kursi depan.

“Terimakasih Miss Jung” jawab Jennie datar tak ada senyuman dan tetap dengan pandangannya melihat turunnya salju dari luar jendela .

Jennie dan Jisoo telah sampai dibandara, seorang bodyguard membukakan pintu, Jisoo melangkah keluar lalu disusul Jennie.

bukankah itu Jisoo.. Kim Jisoo?" Bisik orang-orang di sekitar bandara saat melihat Jisoo keluar dari mobil.

wahhh kau benar itu Kim Jisoo, dia benar-benar sangat cantik” kecantikan Jisoo membius orang-orang yang memandangnya.

yaa…ya… yaaaaa…. Iiii…. Ituuuu… Jennie Kim?” mata mereka semakin membelalak saat melihat Jennie turun dari mobil.

iiii…itttuuuuu benar benar Jennie Kim, setelah sekian lama akhirnya aku dapat melihatnya lagi” orang-orang dibandar dibuat melongo saat melihat Jennie keluar dari mobil. Bahkan orang-orang disekitar bandara tidak lagi berbisik, bahkan sekarang mereka benar benar berbicara keras dan orang-orang mulai mengikuti Jisoo dan Jennie. Bodyguard telah siap untuk melindungi Jisoo dan Jennie.

Setelah mendapat ijin dari Miss Jung dengan syarat mereka harus memberi kabar tentang apapun saat telah sampai di Jeju. Jennie dan Jisoo benar-benar hanya berdua dibandara, Jisoo melirik jam ditangannya, masih banyak waktu tersisa sebelum keberangkatan, sehingga Jennie dan Jisoo harus menunggu. Jisoo terlihat sangat bahagia hingga ia mendengar bahwa seluruh keberangkatan ditunda karena salju tiba-tiba turun dengan sangat lebat sehingga mengganggu seluruh penerbangan.

“ini.. yang membuat mood jadi jelek” gerutu Jisoo setelah mendengar informasi yang diumumkan.

“mau ku ambil gambar eonni?” Jennie mengeluarkan kamera dari tasnya.

“nanti saja, sekarang aku sudah tidak mood lagi” terlihat sedikit kekecewaan di wajah Jisoo, dengan lemas Jisoo bersandar dikursi.

Jennie mulai mengarahkan kameranya kesetiap sudut ruang tunggu, bahkan dia juga mengambil gambar Jisoo yang moodnya sudah hilang bak ditelan bumi. Sampai ketika lensa kamera Jennie menangkap sosok yang tak asing baginya. Tetap dengan posisi mengambil gambar Jennie melihat sosok itu melalui kameranya. Jisoo menyadari bahwa telah beberapa menit Jennie belum merubah posisinya.

“kamu kenapa Jenn?” Jisoo mulai menegakkan duduknya saat melihat Jennie.

“itu…” Jennie menurunkan kameranya dan tatapannya tertuju pada sesosok wanita yang tengah duduk dipojok ruang tunggu yang tak jauh dari mereka. Jisoo mencoba mengikuti tatapan Jennie hingga ia juga menangkap sosok yang tengah duduk dengan headphone diterpasang ditelinga yang tengah memandang sekitar. Hingga akhirnya Jisoo tersadar siapakah sosok yang mereka lihat itu.

“bukankah itu Lisa?” Tanya Jisoo saat dia sadar akan wanita itu.

“bukankah dia wanita yang kita lihat tadi malam?” Jennie menimpalinya.

“ahhh kau benar.. dia wanita yang tadi malam kita lihat, pantas saja tak asing, ternyata dia Lisa” jawab Jisoo saat melihat dan tersadar jika wanita yang tadi malam mereka lihat adalah wanita yang sama dengan wanita yang saat ini sedang mereka lihat.

“kau mengenalnya eonni?” Tanya Jennie sambil menoleh ke arah Jisoo. Saat Jennie menoleh ternyata Jisoo telah mengangkat tangannya dan melambaikkannya kearah wanita tersebut, dan Jennie sangat kaget karena wanita tersebut berjalan kearah mereka. Wanita berambut pirang, dengan porsi badan sempurna, tinggi dan berjalan dengan mantap, mendatangi mereka. Bahkan ketika berjalan, setiap mata memandanginya.

eonni… Jisoo eonni” teriak Lisa sambil melambaikan tangan kearah Jisoo, dan berjalan kearah dimana Jennie dan Jisoo tengah duduk.

Lisa-yaaa….” Jisoo berdiri menyambut Lisa yang telah sampai didekatnya, bahkan mereka berpelukan, seperti teman yang sudah lama tak bertemu.

eonni sedang apa disini?” Tanya Lisa keheranan.

“menunggu pesawat?” Jisoo terkekeh saat mengatakannya.

yaaa… maksudku eonnie mau pergi kemana?”

“aku akan berlibur ke Jeju… bersamanya” Jisoo melirik Jennie saat mengatakannya. Dan Lisa tersadar bahwa Jisoo tidaklah sendiri.

“sebentar…” Lisa memiringkan kepalanya dan berpikir. “Jennie Kim?” Lisa terkaget saat sadar bahwa wanita yang sedang duduk dibelakang Jisoo adalah Jennie.

Lalu Lisa menyodorkan tangannya kearah Jennie. Jennie yang sedang duduk menatap kearah tangan Lisa, lalu menyambutnya.

“Lalisa Manoban” Lisa menyebutkan namanya sembari menyodorkan tangan terdengar suara rendah Lisa saat mengatakannya ditambah dengan senyuman lebar.

“Jennie Kim” Jennie menyambut tangan Lisa sembari menganggukan kepala, tanpa senyuman dan begitu dingin.

“senang berkenalan dengan anda nona Kim” tangan mereka masih bersalaman.

“Jennie, cukup panggil dengan namaku saja nona Manoban” Jennie melepaskan tangannya.

“Lisa… cukup panggil dengan namaku saja Jennie” Lisa membalasnya persis dengan apa yang Jennie katakan, bedanya Lisa mengatakannya dengan senyuman lebar yang sangat tulus. Dan ini membuat Jennie berpikir.

yaaa.. Lisa-yaaa.. bagaimana mungkin kamu sama sekali tak pernah menghubungiku lagi?” suara Jisoo memecah sedikit kecanggungan antara Lisa dan Jennie.

mianhae… eonni… setelah jadwal comeback ku keluar, aku disibukkan dengan padatnya kegiatan” Lisa memutar badannya kearah Jisoo.

“aku tahu sekarang kau sudah menjadi Superstar, tapi jangan lupakan aku, kau harus mentraktirku nanti” Jisoo menyenggol lengan Lisa sambil mengedipkan sebelah matanya.

“aku tak pernah melupakanmu eonnie, baiklah.. aku pasti akan mentraktirmu eonni, chicken? Right?” Lisa tertawa melihat jisoo mengedipkan mata kearahnya.

Cukup lama Lisa dan Jisoo menyapa satu sama lain. Dan Jennie sibuk dengan gambar-gambar yang ia ambil di kameranya, dan sesekali memperhatikan Lisa dan Jisoo dibalik kacamata yang ia gunakan.

eonni.. mian… manager oppa memanggilku, aku harus segera kembali” Lisa melihat Manager oppa melambaikan tangan kearahnya.

“baiklah… kau harus menghubungiku, pokoknya kau harus mentraktirku chicken” Jisoo mengatakannya dengan tegas sehingga membuat Lisa tertawa mendengarnya.

ne… aku akan mengubungimu eonni, kau tak mengubah nomor ponselmu kan?”

Jisoo menggelengkan kepala, lalu Lisa berpamitan dengan Jisoo, dan mereka berpelukan. Lisa melihat kearah Jennie yang sedang memainkan kameranya, Jennie sadar kalau Lisa akan berpamitan sehingga Jennie menganggukan kepalanya, tanpa senyuman.

what….. hanya begitu?” batin Lisa bertanya, Lisa terheran dengan Jennie yang menyambutnya dengan sangat dingin.

Setelah Lisa pergi, Jisoo memandang Jennie yang tengah memperhatikan kameranya.
“tersenyumlah sedikit Jenn, kau baru saja membuat anak itu bingung dan ketakutan” Jisoo terkekeh tetapi terdengar serius saat mengatkannya, lalu Jisoo kembali duduk disebelah Jennie.

“kau benar-benar mengenalnya eonni?” saat ini Jennie bertanya sambil memandang Jisoo.

yaaa… bagaimana mungkin aku tak mengenalnya, dia Lisa.. Lalisa Manoban, jangan bilang kau tak tahu siapa Lisa” jawab Jisoo sedikit berteriak kepada Jennie.

“haruskah aku mengenal seluruh manusia dimuka bumi ini?” jawab Jennie sarkas sambil mencari handphone ditasnya, dan nada suaranya terdengar tidak peduli.

“bukan begitu… hanya saja.. kau benar-benar tak mengenalnya? Tanya jiso sedikit kaget dengan wajah keheranan. Jennie pun hanya menggelengkan kepala, karena dia benar-benar tidak tahu siapa itu Lalisa Manoban. Samar-samar Jennie mengingat, Jennie pernah mendengar namanya, hanya saja dia lupa dimana dan kapan dia pernah mendengarnya.

ya… Jennie yaa….” Jisoo saat ini benar benar menyenggol lengan Jennie. “Kurasa saat ini hampir tidak mungkin ada orang yang tidak mengenalnya, kecuali dirimu" Jisoo sedikit melirik kearah Jennie, "dia adalah Idol yang sedang naik daun, bahkan bisa dibilang sekarang dia adalah seorang Superstar, namanya terpampang dimana-mana, lagu-lagu yang dia keluarkan selalu menjadi Trending, bahkan dunia Internasionl saat ini tengah mengincarnya untuk dijadikan Brand Ambassador produk-produk terkenal dunia seperti Celine dan Balenciaga dan masih banyak lagi, bahkan saat ini dia adalah BA dari Moonshot, dan Nona9on, dan lainnya.” Jisoo menjelaskan dengan panjang lebar kepada Jennie yang tak tahu apa apa.

“bagaimana kalian bisa mengenal satu sama lain?” Tanya Jennie.

“aku dan dia pernah menjadi bintang tamu diacara variety show, setelah dia debut.. yaaa.. yaaa… yaaa… jangan bilang kau tak menonton acaraku” Jisoo berteriak kepada Jennie.

Jennie hanya menggelengkan kepala. “yyaaaa kau….” Jisoo benar benar berteriak kepadanya sambil mengepalkan tangannya kearah Jennie.

Setelah itu Jennie berpikir sambil memandang kearah dimana Lisa sedang berdiri bersama manager, staff dan bodyguardnya, Jennie memperhatikan bagaimana saat ini Lisa tengah mengobrol diselingi dengan tawa bersama dengan orang-orangnya. Lisa terlihat sangat akrab bersama dengan orang-orangnya.

Setelah beberapa jam menunggu, cukup lama, akhirnya penerbangan dapat berjalan dengan lancar. Jennie dan Jisoo sampai di Jeju pada saat sore hari menjelang malam, Jennie dan Jisoo menyewa sebuah mobil diperentalan mobil didekat bandara, mobil sedan berwarna putih. Jisoo yang mengendarainya, Jennie hanya duduk melihat turunnya tiap butir salju dari balik jendela. Mobil melaju dengan kecepatan sedang apalagi saat malam hari seperti ini, terasa sangat pelan, karena sebenarnya Jisoo tak terlalu mahir mengendarai mobil, akan tetapi kami memilih menyewa mobil tanpa sopir agar lebih bebas.

Mobil kami menuju Brown Suites Hotel and Resort, Seongsan distrik Seogwipo. Jisoo mengejar Sunrise, hal yang sudah Jisoo impikan sejak dulu, letaknya di Seongsan Ilchul-bong Peak yaitu Kawah raksasa yang dikelilingi bebatuan bergerigi dan bunga canola berwana kuning ini dengan pemandangan matahari terbit yang menakjubkan. Oleh sebab itulah kawah ini terkenal dengan nama “Puncak Matahari Terbit”. Dan banyak wisatawan seperti Jennie dan Jisoo datang untuk memburu sunrise sambil berjalan-jalan atau berkuda dari kawah yang terbentuk dari letusan gunung berapi ribuan tahun lalu itu.

Butuh sekitar 2 jam hingga Jennie dan Jisoo sampai di Hotel. Sesampainya dihotel mereka langsung check-in kamar dan beristirahat, karena jarak dari bandara Jeju menuju hotel cukup jauh, Jisoo langsung terkapar dikasur setelah meletakkan kopernya dengan sembarangan. Jennie membereskan koper mereka, meletakkan barang-barang dilemari dan membetulkan posisi tidur Jisoo, melepaskan kaos kakinya, dan memasangkan selimut dibadannya.

Jennie mengambil handuk dan pembersih wajahnya, menuju kamar mandi, setelah selesai mencuci wajah, Jennie memandangi dirinya dari pantulan kaca. Dia berpikir tentang hari ini, tak terkecuali Lisa. Sejak berkenalan namanya beberapa kali terlintas di benak Jennie.

"Lisa..." -

****************************************
Hai.... Semuanya... Gimana ? Kali ini cukup panjang bukan ceritanya?
Aku harap kalian mendukung cerita ini.
Tolong tinggalkan komen dan vote untuk cerita ini.

Semoga hari kalian menyenangkan :)

Continue Reading

You'll Also Like

2.9K 134 10
Seorang siswa kuliahhan yang mengalami nasib buruk dan Dikirim ke dunia lain yaitu dunia pertempuran iblis dan manusia (demon slayer)dan incaran ibli...
16.8M 730K 42
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
865K 31.9K 23
Aku tidak tahu apakah kamu menyadari rasaku, tapi yang terpenting bagiku adalah aku menyadari bahwa rasaku terhadapmu tidak main-main dan rasa ingin...
1.7M 82.8K 54
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...