Black Heart ✔️

Od yusrianiputri

46.1K 2.6K 70

Ashmita Caturvedi harus menerima kenyataan yang pahit saat sadar atas apa yang terjadi saat upacara pernikaha... Více

Prakata
Perkenalan Tokoh
Part 1. Ashmita Caturvedi
Part 2. The Dreams
Part 3. Fun Fair
Part 4. Who Is He?!
Part 5. Someone Comes
Part 7. Maholtra's Family
Part 8. H - 2 Holi
Part 9. Holi Hai
Part 10. H-1 Engagement
Part 11. Engagement
Part 12. Mehndi
Part 13. Haldi
Part 14. Wedding
Part 15. Leave
Part 16. Maholtra's Mansion
Part 17. Surprise
Part 18. The Truth
Part. 19 Broken Heart
Part 20. Nightmare
Part 21. Nightmare 2
Part 22. Is There Something?
Part 23. Why?
Part 24. Broken
Part 25. Strange
Part 26. More
Part 27. Jealous
Part 28. Shock
Part 29. Plans
Part 30. First Gift
Part 31. Bad News
Part 32. Feelings
Part 33. Take Times
Part 34. Get Worst
Part 35. Secret Plan
Part 36. Gone Now
Part 37. Choice
Part 38. Judge
Part 39. All Time Ago
Part 40. Together
Penutup

Part 6. Confused & Answer

917 68 4
Od yusrianiputri

***

Ashmita baru saja selesai mandi tepat pada pukul sembilan pagi. Dia memilih untuk berendam di air hangat, untuk merilekskan pikirannya yang suntuk dan juga otot - otot tubuhnya yang terasa kaku. Ashmita mengusap - usapkan rambutnya yang basah dengan handuk, sambil berjalan mendekati jendela kamarnya. Dia menyampirkan handuknya ke bahu kanannya dan dengan perlahan dia mulai membuka jendela kamarnya dan segera menutup kedua matanya saat terpaan angin langsung saja menyambutnya. Ashmita kembali tersenyum kecut dan membuka matanya. Dia tahu pernikahan akan datang kepadanya dengan cepat ataupun lambat. Tentu saja.

Ashmita menatap sendu ke arah kedua keponakannya yang sedang bermain di halaman sebelah rumahnya. Rasanya Ashmita tidak rela untuk melepaskan masa mudanya dengan menikah bersama pria asing. Terlebih pengalaman menakutkan dengan pria asing itu. Membuat Ashmita tanpa sadar bergidik merasa ngeri. Ashmita segera berjalan meletakkan handuknya di balkon kamarnya. Menjemurnya. Lalu, Ashmita pun keluar dari dalam kamarnya. "Ashmita, ayo sarapan dulu..." ucap ibunya begitu setelah melihat Ashmita menuruni tangga rumah.

Ashmita berhenti dan menatap ibunya sejenak, sebelum kembali mengalihkan pandangannya ke depan. Lalu Ashmita menggelengkan kepalanya perlahan. "Tidak bu, aku akan makan nanti." jawabnya yang langsung saja melanjutkan langkahnya.

"Kau mau kemana, Ashmita?!"
Pertanyaan ibunya tidak dia jawab dan langsung saja pergi dari rumah. Dia butuh sedikit ketenangan saat ini. Dia ingin memikirkan semuanya terlebih dahulu, sehingga tidak akan ada jawabannya yang malah menyudutkan dirinya. Ashmita melangkahkan kedua kakinya menuju kebun buah mangga. Tempat yang paling pas menurutnya untuk merenungkan semuanya. Ashmita memilih pohon mangga yang ukurannya lebih besar dan juga tinggi. Ashmita tersenyum kecil melihat betapa tingginya pohon mangga itu.

Dengan perlahan dia mulai mengikat selendangnya, menyelempang. Lalu melepaskan sandalnya, dan mulai memanjat pohon mangga itu dengan perlahan dan sangat hati - hati. Ashmita seakan tidak merasa takut dengan ketinggian pohon mangga itu. Bahkan dia mulai mendudukkan dirinya tepat di dahan pohon yang kuat dan tebal. Mendudukkan dirinya dengan sangat nyaman disana. Ashmita menatap pemandangan yang dia dapatkan dari atas sana. Ashmita pun mulai menyandarkan tubuhnya. Menikmati setiap terpaan angin yang membuat pikirannya semakin meluas.

Ashmita membuka kedua matanya yang mulai berkaca - kaca. "Haruskah aku menerima lamaran itu?! Kenapa semuanya menjadi sangat sulit sekarang?!" gumam Ashmita bertanya pada dirinya sendiri.

Ashmita mengusap air mata yang jatuh ke pipinya. Dan mulai tersenyum kecil. "Jika memang dengan menerima lamaran ini akan membawa kebahagiaan untuk ayah, ibu, kakek, dan juga semua orang... Maka aku akan menerimanya. Setidaknya, aku tahu bahwa mereka sangat peduli tentang masa depanku."

Ashmita mengatupkan kedua telapak tangannya dan memejamkan kedua matanya. "Ya Dewa... Jika memang itu adalah jawabannya, tolong bantulah aku... Berikan aku sebuah petunjuk. Apapun petunjuk itu, untuk jawaban yang bisa aku dapatkan... Tolong, jangan biarkan aku meragu lagi sekarang... Berikan aku petunjuk..."

Ashmita menundukkan kepalanya dengan perlahan. Lalu mulai membuka kedua matanya dan menatap ke bawah pohon mangga yang ada di depannya. Ada sebuah bayangan disana. Bayangan seorang pria. Namun, Ashmita tidak bisa melihat siapa pria itu. Kedua kelopak matanya terus berkedip untuk menetralkan pandangan matanya. Namun, yang bisa dia lihat dari sosok bayangan pria itu hanyalah seringai yang tercipta di sudut bibir pria itu. Dan seketika kedua mata Ashmita membulat, begitu terkejut saat menyadari pria itu adalah pria asing yang selalu mengganggunya. Dia ingat betul dengan seringai yang tercipta di sudut bibir pria itu. Ashmita seketika merinding, meski dia tidak bisa melihat dengan jelas bagaimana wajah pria itu.

Tapi, yang semakin membuat Ashmita tidak mengerti adalah saat pria itu malah berbalik pergi dan meninggalkan dirinya yang terpaku. "Apa yang sedang dia lakukan disana tadi?! Apakah dia sudah mengikuti ku sejak tadi?!" Ashmita bergumam sekali lagi.

Namun, seketika dia tersadar dan mulai tersenyum. "Mungkin benar... Bahwa aku akan menerima lamaran ini... Meski aku harus mengenalnya untuk seumur hidup, itu tidak akan menjadi masalah, bukan?!"

Ashmita dengan segera menuruni pohon mangga itu dengan perlahan. Sedikit meloncat saat sudah dekat dengan tanah. Memakai kembali sandalnya, dan melepas ikatan selendangnya, dan memakainya lagi di lehernya. Menghela napasnya dan segera berjalan pulang.

"Semoga ini jawaban yang benar..." gumamnya untuk kesekian kalinya. Untuk semakin meyakinkan dirinya untuk memberikan jawaban itu kepada keluarganya nanti.

Sesaat langkahnya terhenti sebelumnya memasuki pagar rumahnya. Pintu rumahnya masih terbuka lebar, dan dia yakin jika keluarganya kini sedang makan bersama saat ini. Ashmita kembali menampilkan senyuman kecil di wajahnya. Dan mulai melangkahkan kedua kakinya memasuki rumahnya. "Ashmita, ayo makan... Sejak tadi kamu belum makan..." ucap ibunya yang langsung saja menggandeng tangannya untuk duduk dan makan bersama di meja makan.

"Ashmita, kamu darimana saja??" Tanya ayahnya sesaat setelah dia duduk.

"Aku baru saja dari kebun... Aku hanya merenung." jawab Ashmita seadanya dan mulai memasukkan makanannya ke dalam mulut. Mengunyahnya dengan perlahan. Sebenarnya dia kini tidak nafsu untuk makan, tapi saat melihat ibunya susah payah memasak, dia tidak bisa begitu saja tidak makan, bukan?!

Mereka semua kini terdiam, bahkan dengan kedua keponakannya itu. Dan Ashmita merasa inilah saatnya untuk mengatakan kepada mereka semua apa jawabannya. "Ayah, kakek, ibu..." Mereka dengan kompak berhenti makan dan menatap ke arah Ashmita.

"Aku sudah memikirkan ini sejak kemarin... Dan, aku... Aku menerima lamaran itu." lanjut Ashmita yang membuat semuanya tersenyum bahagia.

"Benarkah?! Astaga!! Akhirnya!!! Terimakasih sayang..." ucap ibunya berseru semangat dan memancarkan kebahagiaan.

"Semoga kamu bahagia nak..." ucap kakeknya sambil mengusap puncak kepalanya dengan sayang.

Ashmita hanya bisa tersenyum melihat kebahagiaan yang begitu terpancar dari raut wajah seluruh anggota keluarganya. Bahkan kedua keponakannya itu mulai tersenyum lebar ke arahnya. "Ayah akan segera menghubungi Nyonya Arshia, untuk menyampaikan kabar baik ini." ucap ayahnya sambil menelpon Nyonya Arshia.

Dan Ashmita pun ikut merasa bahagia. Tapi entah mengapa ada satu tempat yang jauh di dalam hatinya yang terasa sangat kosong dan hampa. Namun Ashmita segera mengenyahkan perasaan yang membuatnya ragu sekali lagi. Dia kini sudah mantap, untuk menerima lamaran itu. Dan dia yakin saat menikah nanti, dia bisa menjadi istri dan juga menantu yang baik.

Tiba - tiba ibunya datang membawa beberapa ladoo dan menyuapinya. Ashmita menatap ibunya yang tersenyum bahagia, dengan kedua matanya yang berlinang air mata. "Ibu sangat bahagia, Ashmita... Semoga kamu bahagia..." gumam ibunya.

Ashmita tersenyum sambil mengunyah potongan ladoo di dalam mulutnya. Lalu ibunya mulai menyuapi ayah, kakek dan juga keponakannya itu.

"Em... Halo, Nyonya Arshia... Ini saya Raj Caturvedi, ayahnya Ashmita. Saya ingin memberitahu jika Ashmita sudah menerima lamaran yang anda berikan kemarin..." suara ayahnya yang menelpon Nyonya Arshia terdengar hingga dapur, padahal ayahnya kini sedang berada di ruang tamu.

"Benarkah?! Syukurlah kalau begitu... Aku akan segera menyampaikan ini kepada Akash. Dia pasti akan sangat senang. Setelah itu kita akan bertemu lagi untuk membicarakan perkenalan dan juga pertunangan... Bagaimana?!" suara Nyonya Arshia terdengar juga.

"Tentu saja Nyonya... Kami akan tunggu kedatangannya..." jawab ayahnya dengan tawa kecil.

"Tentu saja...."

Ayahnya menutup telponnya dan melangkah mendekati Ashmita yang masih terpaku di meja makan. "Ashmita... Kamu akan segera bertemu dengan calon suamimu..." Ayahnya mencium puncak kepalanya. "Ayah bahagia untuk kamu, nak..." lanjutnya.

"Terimakasih, ayah..." gumam Ashmita sambil tersenyum menatap ayahnya.

"Kalau begitu... Ashmita, segera selesaikan makanmu dan ikut ibu ke pasar. Sebentar lagi adalah perayaan holi, kita pergi dan membeli beberapa manisan dan barang - barang. Serta beberapa potong pakaian dan juga saree, serta perhiasan dan aksesoris untukmu. Oke??" ucap ibunya yang langsung pergi ke kamar, untuk berganti pakaian.

Sedangkan Ashmita hanya bisa tersenyum, lalu melanjutkan kegiatan makannya. Dengan sedikit cepat, untuk menghabiskan makanannya itu. Tak lama, setelah makanannya habis, Ashmita minum segelas air putih, dan mengambil satu potong ladoo yang di letakkan ibunya Di atas meja makan. Memakannya dengan gigitan - gigitan kecil.

"Kakak - kakak!!!" panggil kedua keponakannya itu.

"Ada apa Araly?? Aryla??" Ashmita berlutut tepat di hadapan keduanya.

"Apakah setelah menikah kakak akan tetap sering datang kesini?!" Tanya Araly dengan dahinya yang berkerut.

Ashmita mengulum senyumannya. "Tentu saja, kakak akan datang bahkan hampir setiap hari jika kalian mau..."

Aryla dan juga Araly tersenyum lebar. "Benarkah?! Kakak janji ya!!! Tapi jangan lupa bawa oleh - oleh juga... Aku yakin, tempat tinggal kakak nanti akan sama bagusnya dengan disini, atau bahkan lebih besar..." ucap Aryla dengan semangat.

"Tapi yang pasti... Kami akan sangat merindukan gulab jamun buatan kakak disini..." gumam Araly dengan sedih.

Dan Ashmita seketika terkesiap, Lalu dengan segera memeluk erat tubuh Araly dan juga Aryla bersamaan. Dengan tak kalah eratnya dengan balasan pelukan mereka. "Kakak janji, setiap kakak datang nanti... Kakak akan membawakan kalian gulab jamun buatan kakak... Oke?!"

"Oke kakak!!!" Mereka tertawa kecil.

"Ashmita..." panggil ibunya yang langsung membuat Ashmita melepaskan pelukannya dan menatap ibunya yang sudah berganti pakaian.

"Ayo, kita berangkat sekarang... Akan ada banyak barang yang harus kita beli nantinya. Ayo!!" lanjut ibunya yang langsung meminta sopir untuk berangkat ke pasar.

Ashmita tersenyum dan sedikit berlari mendekati ibunya. Saat masuk ke dalam mobil, dia tahu, akan ada masanya dimana dia akan menaiki mobil dan pergi menuju rumah suaminya. Dan Ashmita seketika memerah saat memikirkan hal itu yang tidak akan lama lagi terjadi di dalam hidupnya.

"Ashmita... Nanti, kamu sendiri yang harus memilih perlengkapanmu ya..." gumam ibunya sambil menyiapkan uang dengan jumlah yang sangat banyak di dalam dompetnya.
Dahi Ashmita tertekuk dalam. Menatap kebingungan ke arah ibunya. "Kenapa tidak ibu saja yang memilihkannya untukku?? Bukannya biasanya ibu yang membantuku untuk memilih pakaian?? Mengapa kali ini aku yang harus memilihnya?!"

Ibunya menolehkan kepalanya dan tersenyum. "Karena... Kamu harus belajar, bagaimana memilih pakaian, saree, perhiasan dan bahkan aksesoris sekalipun, yang bisa menyenangkan suamimu nantinya. Ibu bisa saja memilihkannya... Tapi, Apakah itu termasuk Bisa menjadi tipe mu?! Tidak bukan... Maka dari itu, kamu pilih sendiri. Tapi, untuk segala macam aksesoris dan perhiasan serta saree untuk pernikahan dan juga ritual lainnya, ibu yang akan memilihnya."

Ashmita ikut tersenyum, lalu menganggukkan kepalanya perlahan. "Baiklah kalau begitu..."

Pokračovat ve čtení

Mohlo by se ti líbit

236K 22K 40
"Karena aku mencintai saudaraku." Sad Brothership BTS Kim Taehyung Tentang seseorang yang diasingkan karena kepercayaan keluarga terhadap mitos buday...
46.4K 1.2K 3
( up ulang ) [ Follow dulu sebelum membaca ] Nazeea Mahendra, atau biasa di kenal dengan nama Zee-- dia terlahir kembali. Istri yang selalu mengacuhk...
984K 57.4K 43
Note : Cerita ini hanya ada di wattpad dengan nama akun @IthyuIshii, jika kalian ketemu cerita yang sama di lapak lain maka kalian tau sendiri lah it...
5.6K 466 17
[AKU LAGI KULIAH. SABAR, YA] "Kamu dan aku, seindah cahaya lensa." William J. Wonwoo Ƹ̵̡⁠Ӝ̵̨̄⁠ƷƸ̵̡⁠Ӝ̵̨̄⁠ƷƸ̵̡⁠Ӝ̵̨̄⁠Ʒ Perempuan cantik bernama lengkap...