Polar Bear ā€¢ (SUDAH TERBIT)

By nafiaaw

4.8M 507K 57.9K

#VERNANDOSERIES 3 šŸ¤“šŸ» Bagi Kayra, Rama itu ibarat beruang kutub. Orang-orang akan menilai hewan itu lucu dan... More

first of all & group WA Vernando
šŸ» t r a i l e r | s1 & s2 šŸ»
šŸ» Polar Bear ā€¢ 01
šŸ» Polar Bear ā€¢ 02
šŸ» Polar Bear ā€¢ 03
šŸ» Polar Bear ā€¢ 04
šŸ» Polar Bear ā€¢ 05
šŸ» Polar Bear ā€¢ 06
šŸ» Polar Bear ā€¢ 07
šŸ» Polar Bear ā€¢ 08
šŸ» Polar Bear ā€¢ 09
šŸ» Polar Bear ā€¢ 10
šŸ» Polar Bear ā€¢ 11
šŸ» Polar Bear ā€¢ 12
šŸ» Polar Bear ā€¢ 13
šŸ» Polar Bear ā€¢ 14
šŸ» Polar Bear ā€¢ 15
šŸ» Polar Bear ā€¢ 16
šŸ» Polar Bear ā€¢ 17
šŸ» Polar Bear ā€¢ 18
šŸ» Polar Bear ā€¢ 19
šŸ» Polar Bear ā€¢ 20
šŸ» Polar Bear ā€¢ 21
šŸ» Polar Bear ā€¢ 22
šŸ» Polar Bear ā€¢ 23
šŸ» Polar Bear ā€¢ 24
šŸ» Polar Bear ā€¢ 25
šŸ» Polar Bear ā€¢ 26
šŸ» Polar Bear ā€¢ 28
šŸ» Polar Bear ā€¢ 29
šŸ» Polar Bear ā€¢ 30
šŸ» Polar Bear ā€¢ 31
šŸ» Polar Bear ā€¢ 32
šŸ» Polar Bear ā€¢ 33
šŸ» Polar Bear ā€¢ 34
šŸ» Polar Bear ā€¢ 35
šŸ» Polar Bear ā€¢ 36
šŸ» Polar Bear ā€¢ 37
šŸ» Polar Bear ā€¢ 38
šŸ» Polar Bear ā€¢ 39
šŸ» Polar Bear ā€¢ 40
šŸ» Polar Bear ā€¢ 41
šŸ» Polar Bear ā€¢ 42
šŸ» Polar Bear ā€¢ 43
šŸ» Polar Bear ā€¢ 44
šŸ» Polar Bear ā€¢ 45
šŸ» Polar Bear ā€¢ 46
šŸ» Polar Bear ā€¢ 47
šŸ» Polar Bear ā€¢ 48
šŸ» Polar Bear ā€¢ 49
šŸ» Polar Bear ā€¢ 50 (end S1)
thank you šŸ–¤
šŸ» Polar Bear ā€¢ 51 (start S2)
šŸ» Polar Bear ā€¢ 52
šŸ» Polar Bear ā€¢ 53
šŸ» Polar Bear ā€¢ 54
šŸ» Polar Bear ā€¢ 55
šŸ» Polar Bear ā€¢ 56
šŸ» Polar Bear ā€¢ 57
šŸ» Polar Bear ā€¢ 58
šŸ» Polar Bear ā€¢ 59
šŸ» Polar Bear ā€¢ 60
šŸ» Polar Bear ā€¢ 61
šŸ» Polar Bear ā€¢ 62
šŸ» Polar Bear ā€¢ 63
šŸ» Polar Bear ā€¢ 64
šŸ» Polar Bear ā€¢ 65
šŸ» Polar Bear ā€¢ 66
šŸ» Polar Bear ā€¢ 67
šŸ» Polar Bear ā€¢ 68
šŸ» Polar Bear ā€¢ 69
šŸ» Polar Bear ā€¢ 70
šŸ» Polar Bear ā€¢ 71
šŸ» Polar Bear ā€¢ 72
šŸ» Polar Bear ā€¢ 73
šŸ» Polar Bear ā€¢ 74
šŸ» Polar Bear ā€¢ 75
šŸ» Polar Bear ā€¢ 76
šŸ» Polar Bear ā€¢ 77
šŸ» Polar Bear ā€¢ 78
šŸ» Polar Bear ā€¢ 79
šŸ» Polar Bear ā€¢ 80 (END)
āœØ Firefly šŸ
šŸ» Polar Bear ā€¢ extra part
šŸ» Polar Bear ā€¢ Rama Side Story
šŸ» Polar Bear ā€¢ Rama Side Story 2
šŸ» Polar Bear ā€¢ extra part 2
šŸ» Polar Bear ā€¢ extra part 3 (last)
Penghapusan Part & Informasi Versi Cetak
Jadwal Pre-Order & Daftar Harga
PRE-ORDER 16-28 Sept 2023
ICE PRINCESS WEB SERIES
cuplikan scene ICE PRINCESS web series + jadwal live pemain
ICE PRINCESS TAYANG MULAI HARI INI!

šŸ» Polar Bear ā€¢ 27

59.6K 6.7K 804
By nafiaaw

Umur kalian berapa sih, kalo boleh kak Fi tau? Kelas berapa sekarang? hehe😋

“Mengungkapkan isi hati itu tergantung situasi. Kalau hati lo siap buat terima segala konsekuensi, maka lantangkanlah itu sesuka hati. Tapi kalo memungkiri, lebih baik nanti atau tidak sama sekali. Dengan catatan, hati lo harus siap untuk tersakiti lebih dalam lagi.”

🐻

Peringkat tujuh.

Kayra menatap lembar kertas peringkat yang tertempel di mading sekolah itu dengan mata tak berkedip.

Pasalnya, ini adalah kali pertama ia bisa menginjakkan kaki di peringkat 10 besar. Yang ia ingat, terakhir kali, ia hanya bisa berdiri di barisan peringkat ke 15 besar. Ini merupakan suatu hal yang membuat hatinya bangga ketika melihat capaian itu.

"Congrats," bisik seseorang, tepat di telinga kirinya.

Tanpa menoleh, Karya berucap disertai senyuman. "Thank u, Peringkat Satu."

Orang itu lalu berjalan keluar dari kerumunan, duduk di bangku yang disediakan di koridor. Kayra mengikutinya, dan duduk di sebelah orang itu.

"Ram," panggilnya.

"Hm?"

"Gue perhatiin sejak lo selesai OSN, kok, si Dira jarang bareng lo lagi ya?"

"Ngapain bareng, kalo gak penting?" Jawaban Rama membuat kepala Kayra memutar cepat, menatap laki-laki di sampingnya.

"Lho, bukannya lo," suka sama Dira? Maksud Kayra hendak berkata seperti itu, namun mulutnya seolah tak kuasa untuk berkata lebih lanjut.

"Kenapa?" Rama mengamati wajah Kayra yang seolah ingin bertanya sesuatu. Namun ekspresi itu hilang saat gadis itu menggeleng dengan senyuman yang tertempel apik di wajahnya.

Mampus, gue harus kasih alasan apa? Kan, gue sama dia harus saling jujur, gak boleh bohong. Kayra membatin.

"Euhm... itu, bukannya lo, euhm... temen masa kecilnya dia, ya? Kan, aneh aja kalo kalian berdua tiba-tiba gak bareng lagi."

Oke, alasan yang bagus, Kay. batin Kayra, merasa lega.

"Pernah jadi temen kecil, bukan berarti gedenya harus terus bareng-bareng, kan? Apalagi, kalo masing-masing udah menemukan yang nyaman." Rama berucap dengan suara rendahnya, membuat bulu kuduk Kayra meremang karena takjub.

"I-iya juga sih," ucap Kayra menyetujui ucapan Rama.

"Ternyata kamu di sini, Sayang." Keduanya menengadah saat mendengar suara itu dan menemukan wajah cantik Renata yang tengah menatap putranya teduh.

"Bunda udah selesai?"

Renata mengangguk mengiyakan. "Oh iya, Ram. Tadi kakak kamu sms bunda, suruh bilangin ke kamu. Hapenya dia ketinggalan katanya, jadi sms lewat bunda. Nih, kamu baca aja sendiri."

Rama menerima uluran ponsel enam inci itu yang menampilkan sebuah ruang obrolan.

Raya : Bun, ini Juna

Raya : Nanti kalo di sekolah ketemu Rama, tolong suruh baca sms ini ya, biar dia bisa ngasih info ke Kayra

Raya : Acara ke vilanya hari Senin. Diusahakan jam 6 pagi udah sampe rumah Vernando.

Raya : Makasih sebelumnya bunda tataku:* — tertanda : Juna anak sulungmu yang sudah punya gandengan

Rama mendengus geli melihat kiriman yang terakhir sebelum kemudian ia memberikan informasi itu pada Kayra dan mengembalikan ponsel sang bunda.

"Kalo menurut tante, kenapa Kayra gak menginap aja di rumah?" usul Renata yang secara tidak langsung disetujui oleh Rama.

Kayra menggaruk pipinya yang tak gatal. "Nanti Kayra coba tanya bunda dulu, deh, Tante."

Renata tersenyum lalu mengangguk mengerti. "Yasudah kalau begitu, tante tinggal dulu ya? Tante ada jadwal praktek di rumah sakit."

Kayra membalas senyum itu tak kalah lebar. "Hati-hati di jalan ya, Tante," ucapnya yang kemudian menyalami Renata dengan sopan.

"Ram, nanti kamu antar Kayra pulang sampe ke rumahnya, ya." titah Renata, yang walaupun tidak disuruhpun, Rama akan tetap mengantar gadis itu.

"Iya, Bun. Hati-hati di jalan."

Sementara raga Renata mulai mengecil tertelan jarak, Rama dan Kayra bangkit menuju lapangan outdoor untuk menonton duel voli antara kelas 11 dan 12, kakak kelas mereka.

***

Seusainya berkata terimakasih pada Rama dan menutup gerbang, Kayra berjalan memasuki rumah.

Suasana tak nyaman pun langsung menyergap dirinya ketika kaki melewati ruang tamu. Lantas, ia segera berjalan mendekat ke dapur dan menyalami Gina saat matanya bertemu dengan wajah sang ibu.

"Ayah sudah ngambil rapor?" tanyanya.

Kayra mengangguk lalu mengambil satu potong kue keju yang dihidangkan di atas piring.

"Gimana hasilnya?"

Pertanyaan itu membuat ingatan Kayra tertarik ke waktu di mana ia melihat hasil ujiannya di mading. Senyum manisnya pun tak berselang lama muncul, membuat wajahnya nampak berseri.

"Alhamdulillah, Bun. Kayra peringkat tujuh."

Gina pun kemudian tersenyum, ikut merasakan euforia yang tengah dirasakan putrinya. "Selamat ya, Sayang. Itu semua berkat usaha keras kamu. Bunda seneng dengernya."

"Makasih, Bunda."

Gina mengusap lembut pipi Kayra. "Sama-sama."

"Oh ya, Bun. Senin nanti, kan, Kayra udah mulai libur," ucap Kayra secara perlahan.

Gina mengangguk. "Iya, lalu? Kayra mau liburan?"

"Iya, mau liburan, cuman, Kayra gak sendiri." Gina mengernyit bingung. Kayra lantas melanjutkan ucapannya supaya bundanya bisa memahami.

"Jadi, waktu masih ujian, kakaknya Rama, kak Juna, ngajakin Kayra, Rama, sama Nada adeknya Rama buat ikutan liburan ke vila keluarganya. Gak cuman berempat sih, tapi ada temennya kak Juna juga. Bunda ngizinin Kayra buat ikut atau gak?" jelas Kayra.

"Ya bolehlah, Sayang. Dari pada liburan kamu cuman di rumah aja nonton drama Korea, kan, mending keluar buat refreshing." kata Gina setelah membalikkan majalah wanita di tangannya.

"Ih, Bunda, mah." Kayra mengerucutkan bibirnya.

Gina menyengir melihat tingkah putrinya yang menggemaskan itu.

"Dan satu lagi, Bun. Karena berangkatnya pagi, tante Renata, bundanya Rama ngusulin biar Kay nginep di sana aja malemnya. Bunda izinin juga gak kalo yang itu?" ucap Kayra setelah meminum es jus yang disediakan bi Sari.

Gina nampak berpikir sejenak. Ia sebenarnya sedikit merasa tak enak, namun mengingat ucapan Kayra bahwa ibu kandung Rama sendirilah yang meminta, ia pun akhirnya berucap. "Iya, boleh. Tapi jangan ngerepotin, ya. Jangan lupa bersikap sopan sama mereka."

Jawaban positif Gina lantas membuat wajah Kayra semakin berseri. Ia lantas memeluk sang bunda. "Makasih, Bunda!"

Gina mengusap lembut surai Kayra. "Sama-sama, Sayang."

***

Minggu sore tadi, Rama datang menjemput Kayra.

Sebenarnya, Kayra sudah berkata agar laki-laki itu tak perlu datang ke rumahnya sekedar untuk menjemput. Ia, kan, masih bisa naik mobil online. Begitu alasannya tadi malam. Namun seolah tak mendengar suara Kayra, Rama tetap keras hati untuk menjemput gadis itu.

Dan sekarang, di sinilah ia sekarang. Berdiri menyangga pada pembatas balkon di sebuah kamar yang sebelumnya pernah ia singgahi saat kejadian tempo hari.

Ddrrtt

Kegiatannya menikmati udara malam tertunda saat merasakan adanya sebuah getaran di saku kiri celananya.

Rama : Turun. Gue d dkt kolam. Mau pizza gk?

Setelah membaca pesan itu, Kayra langsung mencari keberadaan Rama di bawah sana.

Dan pada seseorang yang tengah menatapnya balik sambil menggerakkan kepalanya—seolah berisyarat menyuruhnya turun—itu, pandangannya tertuju.

Kayra lantas memasukkan ponselnya kembali ke dalam saku sebelum kakinya melangkah keluar kamar dan menuju tempat di mana Rama berada.

"Wah, pizza!" ucapnya bersemangat.

"Dimakan, gue tau lo masih laper."

Sebenarnya, mereka telah makan malam sekitar satu jam yang lalu. Namun bak saudara kembar yang memiliki koneksi batin, Rama tahu betul bahwa makan malam saja tak cukup untuk mereka. Makanya ia memesan pizza untuk mengganjal perut mereka lebih lama.

"Enak!" komentar Kayra ketika dua gigit pizza kejunya berhasil tertelan.

Mereka sibuk makan sambil memandangi kolam renang yang tenang di sana.

"Ram,"

"Hm?"

"Menurut lo, kalo kita suka sama seseorang, kita perlu gak sih buat mengungkapkan itu?"

Bego! Ngapain tuh mulut tanya begituan sih, Kay?! umpat Kayra sambil memukul pelan mulutnya dengan tangan kanan.

"Tergantung situasi hati."

Kayra yang sibuk memukuli mulutnya pun terhenti, memilih menatap sisi samping wajah tampan laki-laki itu.

"Kalo hati lo sanggup buat terima segala konsekuensi setelah kalimat pengungkapan itu terucap, ya silahkan. Kalo enggak, ya jangan."

"Gitu, ya?"

Kayra menatap kolam renang itu dan wajah Rama bergantian. Jadi, haruskah gue ungkapin perasaan gue atau enggak?

***

Pagi pukul lima, rumah keluarga Vernando sudah didatangi Raya dan Zaki, teman Arjuna yang kebetulan sampai secara berbarengan.

"Hai, kak Raya." sapa Kayra yang memang sudah mengenal gadis itu terlebih dulu.

Raya tersenyum disertai sebuah anggukan sebagai jawaban.

"Kak Raya masih calon kah, atau udah resmi sama kak Juna?" ceplos Kayra yang memang penasaran.

"Kepo lu," sahut Arjuna yang datang sambil menyeret kopernya.

"Iya, gue kepo. Emang kenapa? Gak boleh?"

Raya sedikit menyunggingkan senyumnya yang terbilang langka itu. "Kita udah resmi," ucapnya yang membuat bunga hati Arjuna lantas bermekaran.

"Ciee, ciee, peje-nya mana, Kak?" goda Kayra.

"Minta sana sama Rama."

Rama yang hanya menjadi penonton pun melayangkan tatapan bingung. "Kenapa jadi gue?"

Sementara itu, Raya yang belum mengenal Rama pun menoleh ke arah Arjuna. Kekasihnya itupun langsung memperkenalkan adiknya pada Raya.

"Dia Rama, Antartika yang aku bilang kemarin. Dan Ram, kenalin, dia Raya, pacar gue."

Raya mengulurkan tangannya. "Raya,"

Yang kemudian diterima oleh Rama. "Rama."

"Buset, ini kalo dibuat film bagus nih, judulnya, ketika ratu Elsa singgah di benua Antartika. Haha—" cerocos Oji, teman Arjuna yang baru saja datang.

Melihat ucapannya tak ada yang merespons, tatapan Oji berubah masam. "—haha, gak lucu ya? Iya gue tau, kok."

Sebuah tangisan dari seorang anak kecil membuat semua yang berada di ruang tamu menoleh ke sumber suara. Di sana, ada Renata yang tengah berjalan bersama Elfan, suaminya, sambil menggandeng Nada.

"Kenapa nangis, Dek?" Arjuna mendekat, lalu berjongkok, menyetarakan tinggi tubuhnya dengan sang adik.

"Nada masih ngantuk, Kak!" keluh Nada sambil mengusap air matanya.

"Katanya mau ikut kakak, nanti kalo Nada masih nangis kakak tinggal, nih." ancam Arjuna.

Nada yang mulai luluhpun akhirnya berhenti menangis. "Enggak, Nada gak ngantuk lagi."

Senyum Arjuna terbit. "Yaudah, Nada mandi air hangat dulu ya, kakak sama yang lain tunggu di sini."

"Tapi kakak harus janji, Nada enggak ditinggal."

Arjuna mengacak pelan surai lembut adiknya. "Iya, Dek. Mandi yang wangi ya."

Nada pun mengangguk cepat sebelum kemudian berlalu bersama Renata untuk mandi.

"Mobil udah dicek, Kak?" tanya Elfan yang memilih duduk di samping Rama.

"Udah, Pah. Kemarin Rama sama kak Juna udah ke tempat servis."

Elfan mengangguk-angguk paham.

Tak berselang lama, teman Arjuna yang lain yaitu Billa, Didi, serta Ola pun datang setelah menaruh barang-barang mereka di bagasi mobil. Juga Nada, yang sudah cantik dengan baju dan celana serta jaket merah muda dengan kupluk berbentuk telinga kelinci.

"Udah siap semua?" tanya Arjuna sambil menghitung jumlah orang yang ikut.

"Ram, Kay, barang-barang kalian gak ada yang ketinggalan kan?"

Rama dan Kayra dengan kompak menggeleng.

"Oke, bagus. Barang-barang Nada juga udah gue masukin ke bagasi. Yaudah, kita berangkat aja sekarang." pungkas Arjuna.

Sebelum berangkat, mereka menyalami Renata dan Elfan secara bergantian. Lalu menaiki mobil dengan formasi yang telah diatur.

Di mobil Arjuna, laki-laki itu duduk di jok depan, dengan Zaki. Raya, Kayra, dan Nada menempati jok tengah, sedangkan Rama menguasai jok belakang seorang diri. Laki-laki itu menyumpal telinganya dengan headphone putih tanpa kabel serta menyergap seluruh fokus matanya pada buku astronomi di tangannya.

Mobil mulai berjalan setelah semuanya berdoa agar diberi keselamatan sampai tujuan.

Di 20 menit pertama, mereka masih asyik mengobrol dan menikmati perjalanan. Oke, kecuali Rama. Laki-laki itu masih duduk tenang sembari matanya menyusuri kalimat demi kalimat yang tercantum di buku.

Rama terlihat seperti tengah mendengarkan lagu, namun sebenarnya, yang ia dengar hanyalah sebuah keheningan karena laki-laki itu sengaja mengaktifkan noise cancelling pada headphone-nya.

Barulah ketika waktu menginjak di 20 menit ketiga, kantuk perlahan mulai berdatangan. Di antaranya yang terserang yaitu, Raya, Nada, dan Kayra.

Kayra, gadis berjaket biru muda itu sepertinya sudah mengantuk berat. Bahkan kepalanya kadangkala bergerak mengangguk-angguk. Dan semua gerak-gerik gadis itu berhasil membuat fokus Rama sedikit terusik. Ia lantas mematikan noise cancelling pada headphone, membiarkan suara yang tadi teredam kini dapat ia dengar kembali.

Ketika mobil mengerem karena adanya polisi tidur, Rama dengan gesit mengulurkan tangannya ke sisi kanan kepala Kayra yang hampir mengenai jendela mobil.

Rama menghela napas lega saat tahu bahwa pergerakannya tepat waktu. Sehingga Kayra tidak merasa kesakitan walau pada akhirnya, gadis itu terbangun karena merasakan sebuah sentuhan di area sisi wajahnya.

Kayra menatap tangan itu sebentar lalu menoleh kebelakang dan mendapati Rama yang juga tengah menatap dirinya.

Mobil berbelok ke kiri, memasuki area pom bensin. Kepala Kayra yang tadinya menatap ke belakang pun kembali ke depan ketika mendengar suara Arjuna.

"Bentar ya, gue kebelet. Yang kebelet juga mending ke toilet sekarang, perjalanan masih dua jam-an soalnya," ucap Arjuna yang kemudian berlalu ke arah toilet di pom bensin.

Sementara menunggu Arjuna, Rama mengetuk kepala Kayra menggunakan jarinya. Membuat gadis yang dilanda rasa kantuk itu lantas menoleh kembali.

"Apa Ram? Gue ngantuk," keluhnya.

"Pindah belakang."

Dahi Kayra mengerut bingung. Namun ketika Rama mulai menggerakkan alat penekuk kursi, Kayra bergeser mendekati Raya dan Nada yang tengah tidur pulas.

Setelah kursi telah tertekuk sempurna, Rama langsung memberi kode Kayra untuk pindah ke belakang. Gadis itu pun kemudian berpindah menuju jok belakang, duduk di samping sahabatnya itu. Dan Rama lalu membetulkan kembali jok itu seperti semula.

Saat menengok ke samping, Rama melihat Kayra yang tengah menguap dan menghapus sedikit air matanya yang membasahi pelupuk.

Cengiran perlahan hadir saat bola mata indah itu menemukan wajah Rama yang tengah menghadap ke arahnya.

Sepersekian detik kemudian, laki-laki bermarga Vernando itu menepuk pundak kirinya dua kali.

Alis Kayra hampir bertautan. Namun kembali utuh saat paham dengan kode itu.

"Gak usah, pundak lo ntar sakit." elaknya.

Tapi yang namanya Rama, laki-laki es itu susah sekali ditolak kemauannya. Bahkan Kayra sampai menghela napas karena merasa gagal walaupun telah mengeluarkan kata-katanya.

Dengan jantung berdegup cepat, ia pun lalu mendekat, dan perlahan, memberanikan diri untuk meletakkan kepalanya di sana.

"Tidur. Ntar gue bangunin kalo udah sampe," ucap Rama sebelum membuka kembali lembaran demi lembaran bukunya dan hanyut ke dalam tulisan.

Kalo gini posisinya, mana bisa gue tidur? Auto merem doang ini mah, Kayra membatin sembari menggigit bibir bawahnya.

Tak lama kemudian, Arjuna kembali. Kehadiran Arjuna membuat Zaki lantas mengutarakan kata-kata yang sudah tersusun di kepala.

"Jun, Jun."

"Hm?"

"Adek lo romantis banget. Kata lo cuman sahabatan, tapi kok, gue liat-liat, kek orang pacaran gitu? Apa mereka udah pacaran ya Jun?" bisik Zaki.

Arjuna yang sudah tidak kaget dengan itu, lantas mendengus geli. "Gue kasih tau, ya. Lo lebih baik gak usah kepo, percuma. Ntar lo greget sendiri. Mending sekarang lo lupain aja, cukup gue dan pembaca yang menjadi korban mereka." Ia lalu menepuk bahu Zaki sebelum menjalankan kembali mobilnya.

"Ta-tapi," ucap Zaki terbata sembari kepalanya menengok ke belakang, penasaran.

🐻

Cukup kamu-kamu saja yang mengerti perasaan Arjuna, jangan Zaki apalagi Oji. Nanti mereka tambah gila :')

Ram, lu gantengnya biasa aja bisa gak sih, pusing gue liatnya😌

Kay-nya 귀여운><~❤️(cute)

Dukung terus PB ya, biar kak Fi-nya semangat buat nulis! Hehe. Thank u for your support gengs! Ilysm❤️✨

Continue Reading

You'll Also Like

5M 268K 60
Dia, gadis culun yang dibully oleh salah satu teman seangkatannya sampai hamil karena sebuah taruhan. Keluarganya yang tahu pun langsung mengusirnya...
1.4M 67.1K 24
semua part pendek. "JIKA MENCINTAI TAK HARUS MEMILIKI, MAKA BOLEHKAN SAYA MENGHAMILIMU TANPA MENIKAH" Bimanuel Dirgantara. "GUE BUKAN HOMO BANGSAT"...
1M 96.7K 53
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
3.9M 308K 51
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY ā€¢ā€¢ā€¢ā€¢ā€¢ā€¢ā€¢ā€¢ā€¢ā€¢ā€¢ā€¢ "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...