She is Like You

By RSoul-

6.2K 328 450

She is Like You "Dia mirip kamu" "Aku suka caranya memperhatikanku" "Romantis bukan hanya tentang cinta sepas... More

I
II
III
IV
V
VI
Kezeeya
Dira
Dia
Mirip
Kamu
Fear versi Dira
Fear Versi Dira (Story)
Fear versi Kezeeya

Kenapa

334 19 10
By RSoul-

Kezeeya meringis sakit bersamaan dengan lampu kamar yang tiba-tiba menyala. Sedangkan Dira berdiri mematung, dengan tangan masih menggenggam benda yang tampaknya lebih mirip batu batako ketimbang kamus bahasa Inggris.

Wanita itu menatap Dira dengan tatapan yang membuat ia ngeri, hingga tanpa sadar ia berulang kali merapal ayat kursi dalam hati. Sayang, tatapannya semakin menjadi-jadi, haruskah ia merapal lagi dengan air putih lalu menyemburkannya ke wajah wanita itu? Boro-boro Dira berani.

"Mmmm..maa...maaf, Mis! Say---"

"Argghh, shit! Gue berdarah!" Teriak Kezeeya memotong ucapan Dira.

Dira panik, pasalnya ia tahu kalau pelipis wanita itu berdarah karena perbuatannya. Maka itu secepat emak-emak yang takut jemurannya basah karena turun hujan, ia mendekat tanpa diminta, murni karena dia takut kalau wanita itu semakin murka.

"Ya Tuhan, saya minta maaf, saya beneran nggak sengaja Mis. Saya lupa, saya pikir maling.."

Kezeeya hanya mendegus mendengar kalimat itu. Ia tidak bisa menahan diri dari kenyataan bahwa saat ini dirinya benar-benar diliputi amarah.

"Mis mau ke mana?" Tanya Dira spontan mengambil tangan Kezeeya dan menggenggamnya.

"Saya mau ke kantor polisi, kata kamu saya maling, kan?!" Jawabnya setelah melepas kasar genggaman Dira.

Kalimat dan perlakuannya itu telak membuat Dira diam dan menunduk lemas.

Melihat itu, entah kenapa bukan hanya pelipisnya yang terasa perih tapi hatinya juga. Kezeeya menyesal, ia menyesali sikapnya yang kekanak-kanakan.

"Kamu mau diam aja di situ? Nggak mau bertanggung jawab?!" Sambungnya berusaha menahan emosi.

"Eh....?"

"Saya bukan Sholeh, kalau kamu punya niat bertanggung jawab sama perbuatan kamu, cepat obati saya!"

Dira tersenyum dan memberanikan diri menatap wanita itu lebih lama. Seolah lewat mata itu ia berbicara bahwa ia benar-benar meminta maaf atas kesalahannya. Ia pun menuruti permintaan wanita itu, siapa tahu saja wanita itu akan memaafkannya.

"Terima kasih kembali?!" Ucap Kezeeya ke Dira saat gadis itu sedang mengoleskan obat ke pelipisnya.

Dira hanya melirik sesaat karena ia tidak mengerti maksud ucapan wanita itu, lalu ia kembali fokus mengoleskan obat merah ke pelipis wanita itu.

"Setelah semua yang saya lakukan, jadi begini cara kamu mengucapkan terima kasih?!"

Deg, Dira baru saja sadar akan maksud dari ucapan wanita itu sebelumnya. Ia sadar betul kalau saat ini tidak ada satupun alasan yang dapat menyelamatkan dirinya dari amarah wanita itu. Ia menunduk pasrah.

"Apa yang kamu lihat di bawah? Memangnya kaki saya lebih menarik dibandingkan wajah saya?" Ucap Kezeeya kesal karena gadis itu tidak menatapnya, malah menunduk menatap jari-jari kakinya. Memang jempol kakinya secantik itu sampai-sampai Dira lebih tertarik memandang ke bawah?!

"Bukan begitu Mis, saya benar-benar minta maaf dan...."

"Dan ap---"

"Huuuuuaaaaacimmm, huuuaaaacimmm, huuaaaaaacim!"

Kezeeya meringis karena perih, sumpah demi Tuhan barusan dia kaget sekali. Kenapa Dira tiba-tiba bersin? Ia masih menatap gadis itu mencari tahu penyebabnya sedangkan gadis itu terus bersin-bersin dan terlihat panik sambil mencoba menjauhkan dirinya dari bucket bunga mawar putih di sofa.

"Kamu alergi bunga?" Tanya Kezeeya setelah melempar jauh bucket bunga itu dari mereka. Dira mengganguk kemudian kembali menatapnya dengan mata berair dan wajah yang merah.

Kezeeya terpaku sejenak karena tatapan itu, bersamaan dengan itu perasaan aneh menyelimuti benaknya. Entah kenapa gadis itu terlihat mirip dengan seseorang, seseorang yang membuat jantungnya berdegup kencang.
**

The story ten years ago...

"Saya lupa bawa uang!"

Kalimat itu membuat Kezeeya kaget lalu mendongak menatap laki-laki asing di hadapannya. Laki-laki itu tersenyum kepadanya. Jenis senyum yang tulus bukan senyum yang melecehkan. Namun senyum tulus itu malah membuat Kezeeya merasa risih. Tanpa berpikir ia memundurkan tubuhnya selangkah. Lalu memeriksa ke belakang, samping kanan dan kirinya untuk memastikan bahwa bukan dialah yang diajak bicara.

"Saya lupa bawa uang!" Ulang laki-laki itu.

Aneh! Batinnya. Ia sama sekali tidak berminat menanggapi laki-laki itu.

"Saya bicara sama kamu. Kamu orang Indonesia, kan?"

Kezeeya mengangguk, lalu berpikir sambil menatap laki-laki itu, seolah ia bertanya trus apa masalahnya kalo gue orang Indonesia?!

Laki-laki itu menarik nafas dan membungkuk sedikit hingga wajah mereka bertemu, "saya pinjam uang kamu, 100,000 WON?!"

"What?" Jawab Kezeeya singkat. Apa-apaan ini orang, kenal juga nggak! Sambungnya dalam hati.

"Lend me 100,000 WON, Please?"

"Sorry? Lo malak gue?"

"Nggak. Saya bilang, saya pinjam."

"Kalo gue nggak mau pinjemin?"

Ekspresi laki-laki itu berubah, bahunya merosot dan tatapannya memelas. "Please, bantu saya, sebagai sesama orang Indonesia." Kemudian dia tersenyum, lagi.

Deg, kenapa senyum laki-laki itu lama-lama terlihat manis? Mata kubilnya juga terlihat menarik. Hidungnya, dagunya, bibirnya, semuanya terlihat berpadu sempurna di wajah itu. Eh tunggu, apa yang Kezeeya pikirkan? Kenapa dia jadi menilai ketampanan laki-laki itu? Ia menggelengkan kepalanya lalu menatap laki-laki itu dari atas ke bawah, dia nggak terlihat kayak gembel kok! Tapi kenapa dia seolah ngemis ke gue? Eh tunggu, kayaknya gue pernah liat baju yang dia pakai deh, tapi di mana ya?

"Ehem... Gimana?"

Kezeeya masih tidak menjawab, dia masih berpikir apakah dirinya akan meminjamkan uangnya kepada laki-laki itu.

"Ternyata orang Indonesia nggak semuanya ramah ya.." Ucap laki-laki itu seolah menyindir dirinya.

"Eh, sorry? Ramah dan berpikir kritis adalah satu konteks yang berbeda. Nggak semua orang ramah bisa meminjamkan uangnya secara cuma-cuma kepada orang asing seperti Anda!" Kezeeya membela diri.

"Oke baiklah, jadi kamu nggak mau meminjamkan saya uang?"

"Sepertinya nggak!"

"Walaupun saya memohon sambil berlutut ke kamu?"

"Hah?"

Laki-laki itu menatapnya lalu tersenyum dengan aneh. Setelah itu dia menekuk satu lututnya hingga terlihat seperti seseorang yang hendak berlutut. Kezeeya melotot kaget melihatnya. Ia dibuat membayangkan program televisi di negaranya yang penuh drama setingan, apa judul acaranya? Katakan cinta? Katakan putus? Termehek-mehek? Atau masih dunia lain? Tubuhnya merinding membayangkan semua program TV yang tidak mendidik itu.

"Oke stop, ini uangnya." Ucapnya menyerahkan uang 100,000 WON ke laki-laki itu. Sebelum lutut yang satunya juga ikut menekuk.

"Terima kasih."

Laki-laki itu kemudian berdiri lagi lalu memberikan uangnya ke kasir yang sudah terlihat sebal karena lama menunggu. Dia menghabiskan 100,000 WON untuk 1 Cup Ramyeon, permen dan coklat dalam jumlah banyak.

Sementara Kezeeya menggeleng sambil mendekap tubuhnya sendiri, seakan masih tidak percaya bahwa dirinya hampir saja akan jadi pemeran utama dalam adegan memalukan karena laki-laki itu. Dasar gila batinnya.
**

Jalanan seol masih sangat ramai padahal sudah pukul 12.00 malam dan Kezeeya masih belum beranjak dari minimarket itu. Ia memutuskan untuk menikmati suasana malam kota Seol sambil menyeruput Binggarae Banana Milknya sebelum kembali ke rumah sakit untuk pulang bersama Ayah dan Putri---temannya.

"Buat kamu..."

Uhuk, uhuk....

Ia menatap nanar pada orang yang membuatnya tersedak.

"Sorry... "

Ternyata laki-laki itu juga belum beranjak sama seperti dirinya.

"Ini..." disodorkannya benda ke atas meja yang ternyata adalah sebatang coklat ke arah Kezeeya, "masalah uang kamu, nanti akan saya ganti."

"Nggak usah, gue nggak mau!" Kezeeya kembali menggeser coklat ke arah sebaliknya.

"Ini tulus dari saya, gratis!"

Prot....

Spontan saja Kezeeya menyemprotkan Binggare Banana Miliknya ke wajah laki-laki itu, jujur ia tidak sengaja, tapi ucapan laki-laki itu sungguh tidak tahu diri.

Sayangnya reflek laki-laki itu lambat, jadi dia hanya tersenyum masam sambil menutup matanya menerima semburan tidak terduga itu.

"Saya memang sakit, tapi saya nggak kesurupan!" Gerutu pelan laki-laki itu sambil mengelap wajah dengan bajunya sendiri.

"Apa? Lo bilang ap--"

"Kezeeya.. Huh... Huh..." Ucapan Kezeeya terpotong karena Putri yang tiba-tiba datang dengan nafas yang terengah-engah sambil menenteng bucket bunga mawar merah.

"Lo abis lomba kawin lari?!" Tanya Kezeeya polos.

"Sembarang lo kalo ngomong. Nih, dari fans lo si Hanbin." Jawab Putri.

Kezeeya hanya mengangguk tanpa ada niatan mengambil bunga itu dari Putri, "trus kenapa lo lari-larian? Sambil nenteng-nenteng bunga segala, kayak lagi syuting drama Korea aja!"

Putri melotot lalu memukul kepala Kezeeya dengan bunga. "Ya Allah, ya Rabbi, kalau bukan karena om Van, gue tuker lo sama Omuk!"

Kezeeya terkekeh, dia sangat tahu kalau temannya itu sangat menyukai omuk. Karena selama mereka di Korea, hanya makanan itu yang cocok dengan lidahnya.

"Gue lari-lari juga karena bokap lo tau! Dia nyariin tuh, udah jam segini lo nggak nongol-nongol. Kita disuruh pulang duluan katanya." Sambung putri masih dengan nada kesal.

"Oh...."

Putri menaikan kedua alisnya, sepertinya ia mulai tersulut emosi, "ya Allah, ampuni dosa hamba, hamba nggak tahu dosa mana yang bikin hamba sial sampe punya temen kayak gini. Hamba nggak kuat ya Allah, rasanya pengen wudhu terus kalo ngomong ama dia!"

"Bwahahaha..."

"Huacim... Huacimmmm, huacimmm..."

Suara bersin itu sontak menghentikan tawa Kezeeya. Membuat kedua gadis itu saling menatap heran.

"Batuk mas?" Tanya Putri polos.

Kezeeya memukul bahu Putri karena pertanyaan bodoh yang terlontar dari mulut sahabatnya itu.

"Huacim... huacimmm... M..Maaf bisa kamu singkirkan bunganya?" pinta laki-laki itu kepada Putri dengan wajah yang sangat merah dan mata yang berair.

Kezeeya menatap bunga dan laki-laki itu bergantian. Sedangkan Putri terlihat bingung karena permintaan aneh laki-laki itu.

"Tolong..." Pinta laki-laki itu lagi.

Kezeeya segera membuang benda itu ke tempat sampah.

"Kok dibuang?" Tanya Putri bingung.

Kezeeya hanya mengendikan bahu, lalu kembali menatap laki-laki yang sedang sibuk menghapus air matanya itu.

"Terima kasih, dan maaf karena saya bunganya jadi berakhir di tong sampah."

"Alergi bunga?" Tanya Kezeeya penasaran.

Laki-laki itu mengangguk.

It's oke!" Jawab Kezeeya singkat.

"Eh, dia siapa?" Bisik Putri sambil menunjuk laki-laki itu dengan dagunya.

"Lo tanya aja sendiri!" Jawab Kezeeya berusaha tidak peduli padahal dirinya masih mencuri pandang ke laki-laki itu sambil kembali menyeruput minumannya.

Putri mendengus sebal.

"Kalau begitu saya permisi dulu. Sampai bertemu lagi Kezeeya!"

Uhuukkkk, uhukkkkk. Kezeeya kembali tersedak mendengar ucapan laki-laki itu. Ketemu lagi katanya?

Ya Tuhan demi sinetron nenek lampir yang ia tonton waktu kecil, kalimat itu terus terngiang-ngiang di telinganya seperti tawa nenek itu.

"Ciyeh, sampai ketemu lagi tuh katanya. Dia siapa sih? Elo kok nggak cerita punya kenalan di Korea?"

"Nggak tahu, nggak kenal. Yuk pulang!" Ketus Kezeeya kemudian berjalan meninggalkan Putri di belakangnya.

Sekali lagi Putri hanya mengelus-elus dada karena kesal oleh tingkah Kezeeya.

Kezeeya sendiri tidak paham dengan dirinya. Kenapa saat ini, ia diliputi perasaan aneh? Perasaan yang membuatnya bergidik ngeri. Tapi akankah dia sadar, kalau sebenarnya perasaan itu adalah perasaan meletup-letup seperti kepakan sayap kupu-kupu yang memenuhi dadanya.
**

Esoknya

"Halo selamat Pagi..."

Deg, suara familiar itu sukses membuat Kezeeya berhenti melangkah. Benarkan? Suaranya mirip nenek lampir, buktinya saja ia langsung hafal dengan suara itu.

Ia pun mencari sosok itu di sekitar taman Rumah Sakit Seol University dengan perlahan.

Ketemu! Ucapnya senang.

Dengan sekuat tenaga ia menahan diri agar tidak melompat girang ketika matanya menangkap sosok laki-laki itu. Sosok yang semalaman menganggu pikirannya. Ia tidak habis pikir, bagaimana bisa pikirannya jadi kacau karena laki-laki itu? Dia sungguh penasaran!

Laki-laki itu terlihat sibuk membagi-bagikan coklat serta permen kepada beberapa perawat, dokter, pasien, tukang kebun, dan pengunjung rumah sakit sambil tersenyum. Seperti virus, senyum itu menular pada Kezeeya.

Entah sadar atau tidak, gadis itu sudah tersenyum lebar hingga tampak dua lesung di pipinya. Matanya juga berbinar menatap kagum pada laki-laki itu, mengingat coklat dan permen itu ternyata bukan untuk dikonsumsi sendiri olehnya.

Layaknya daya tarik sebuah magnet, entah kenapa tubuhnya tidak bisa berhenti mengikuti langkah laki-laki itu, padahal otaknya sudah berulang kali mengatakan untuk berhenti.

Ia bersumpah, bahwa sedetik pun ia tidak lupa dengan tujuan utamanya ke sini. Tujuan sebagai seorang relawan yang seharusnya sudah datang dan bergabung bersama temannya-- putri untuk menghibur anak-anak penderita kanker. Tapi sudahlah, toh iblis-iblis di kepalanya mengatakan bahwa ia akan baik-baik saja jika datang terlambat. Paling juga Putri yang jadi sering-sering bertobat menghadapi dirinya.

"Kamu ngikutin saya?" Ucap laki-laki itu, tiba-tiba sudah berdiri di hadapannya.

"Astagfirullah!" Kagetnya.

Apa yang ia lakukan sampai-sampai ia tidak menyadari kalau dirinya sudah berdiri berhadapan dengan laki-laki itu? Padahal sedari tadi ia hanya berniat mengikutinya dari belakang.

"Eh, nggak! Saya ada urusan di sini!" Jawab Kezeeya kikuk, alhasil terdengar nge-gas.

"Oh...." Laki-laki itu mengangguk lalu melangkahkan kakinya lagi. Namun sedetik kemudian dia berhenti kemudian berbalik melangkah mendekati Kezeeya.

"Buat kamu..." Ucapnya mengulurkan sebuah coklat lagi, kepada Kezeeya plus sebuah senyuman.

Aduh bisa diabetes gue lama-lama! Batin Kezeeya.

Hal yang perlu ditegaskan di sini adalah informasi bahwa sesungguhnya Kezeeya tidak suka makanan manis. Tapi, tunggu walaupun senyum itu juga terasa manis toh senyum laki-laki itu bukan sejenis makanan, kan? Jadi mulai sekarang dan seterusnya Kezeeya tidak keberatan.

Dengan senyum yang masih belum pudar laki-laki itu menarik lembut tangan Kezeeya, gerakannya terasa lambat bak slow motion ketika tangan mereka bersentuhan. Kezeeya menikmati momen itu, momen di mana laki-laki itu menyelipkan sebatang coklat di tangannya. Serta momen tak terduga yang sukses membuat jantungnya nyaris berhenti berdetak. Ya, laki-laki itu baru saja mengelus lembut pucuk kepalanya sambil tersenyum. Double shoot, Man!

Sayangnya, seperti bang Toyib yang tidak mau bertanggung jawab, laki-laki itu pergi begitu saja meninggalkan Kezeeya yang saat ini sedang bersusah payah menelan liurnya. Jantungnya kembali berdegup setelah sebelumnya nyaris berhenti berdetak. Degup jantung yang lebih kencang membuat tubuh dan wajahnya memanas. Diikuti dengan sendi-sendi yang terasa kaku karena begitu besar gemuruh di dalam dadanya.
**
Now....

Kezeeya sadar, barangkali saat ini penglihatannya salah. Barangkali kepalanya bermasalah akibat pukulan gadis itu. Iya.. Iya.. Barangkali. Tapi bagaimana dengan perasaan gemuruh yang ia rasakan saat ini? Apakah itu juga ilusi? Dan lagi, kenapa ia merasa menatap orang yang sama?

Continue Reading

You'll Also Like

901K 71.3K 51
Rifki yang masuk pesantren, gara-gara kepergok lagi nonton film humu sama emak dia. Akhirnya Rifki pasrah di masukin ke pesantren, tapi kok malah?.. ...
9.8M 183K 41
[15+] Making Dirty Scandal Vanesa seorang aktris berbakat yang tengah mencapai puncak kejayaannya tiba-tiba diterpa berita tentang skandalnya yang f...
7.4M 227K 46
Beberapa kali #1 in horror #1 in thriller #1 in mystery Novelnya sudah terbit dan sudah difilmkan. Sebagian cerita sudah dihapus. Sinopsis : Siena...
15.5M 876K 28
- Devinisi jagain jodoh sendiri - "Gue kira jagain bocil biasa, eh ternyata jagain jodoh sendiri. Ternyata gini rasanya jagain jodoh sendiri, seru ju...