jay duduk di lobi kampus bersama cheryl untuk menunggu hujan reda. jam sudah menunjukan pukul 5 dan hujan turun sangat deras sehingga jalanan sudah dipastikan sangat macet dan membuat jay sangat malas.
"rambut baru kakak cocok tau, lebih pendek jadi lebih rapih." cheryl menyentuh rambut jay dan mengelusnya.
jay hanya tersenyum simpul kemudian matanya kembali menatap hujan turun.
"cheryl, kita pulang sekarang aja yuk." jay bangkit dari duduknya.
"masih macet kak? yakin?" cheryl bertanya memastikan.
"gapapa deh, yuk."
karena tidak ada yang membawa payung dari keduanya, jay melepaskan jaketnya dan dialihkan menjadi payung untuknya dan juga cheryl.
mereka berlari kecil sampai menuju mobil. di dalam mobil, jay langsung mengambil tissue dan memberikannya kepada cheryl, kemudian mengambil tissue untuk dirinya sendiri. selesai mengeringkan tangannya yang sedikit basah, jay langsung menyalakan mesin mobil dan meninggalkan area kampus.
selama perjalanan yang macet, tak ada percakapan yang tercipta sama sekali antara jay dan juga cheryl. sebenarnya cheryl merasa kalau jay memang sedikit berubah beberapa hari belakangan ini.
"kakak jadi lebih diem akhir-akhir ini, mulai slow respon juga. kenapa? apa kakak lagi ada masalah?" cheryl memecah hening.
"h-hah? emang iya? biasa aja kok?"
cheryl mendecak pelan dan mengalihkan pandangannya menatap jalanan. meihat air muka cheryl yang berubah menjadi kesal membuat jay sedikit merasa bersalah. jay meraih tangan cheryl dan mengelusnya.
"maaf cheryl, aku lagi pusing banget sama skripsi. aku beneran ga nyangka bakal se-struggle ini sama nyusun skripsi. maafin aku ya?" jay mengecup singkat punggung tangan cheryl.
hati cheryl langsung menghangat dengan perlakuan manis jay. lagi-lagi, cheryl dibuat gagal untuk kesal ataupun marah kepada jay.
perjalanan dari kampus menuju rumah cheryl yang normalnya ditempuh 15-20 menit akhirnya sampai dengan waktu tempuh hampir satu setengah jam karena macet total. cheryl turun dari mobil termasuk jay karena ingin meregangkan tubuhnya sejenak.
menyetir di dalam kota dalam keadaan macet memang lebih melelahkan daripada menyetir keluar kota.
"kak, nanti malem ada badai katanya. mending kakak disini dulu aja?"
"gapapa kok, tenang aja. jam segini ke daerah rumah aku ga akan terlalu macet."
cheryl sedikit cemberut karena kecewa. besok cheryl libur dan ingin menghabiskan waktu bersama jay.
"kapan kakak mau main lagi kerumahku?"
"selesai aku revisi dan acc ya? nanti kita bisa ketemu lagi."
"janji?" cheryl mengacungkan jari kelingkingnya.
"janji." jay menautkan jari kelingkingnya.
jay melambaikan tangannya kemudian hendak masuk ke dalam mobil namun cheryl menahan lengannya kemudian mendaratkan ciuman di bibir jay.
"ati-ati kak jay."
jay terpaku di tempat ketika cheryl menciumnya. padahal tadi bukanlah pertama kali jay berciuman dengan cheryl namun rasanya sudah sangat berbeda.
jay tidak merasakan lagi kupu-kupu di dalam perutnya seperti biasa.
yang ada justru malah perasaan bersalah yang menyelimuti diri jay.
tenang jay pasti pikiran lo lagi ruwet aja...
🌧
jay memarkirkan mobilnya di depan rumah sasha. ia tidak berniat untuk pulang ke rumahnya dan ingin bertemu sasha. entah seharian penuh ini jay sama sekali tidak melihat sasha, bahkan tidak ada pesan teks dari sasha.
padahal sebelumnya, hampir tiap hari sasha selalu mengirimnya pesan teks.
jay jadi merasa hampa.
setelah bertemu dengan mamihnya sasha, jay langsung menuju kamar sasha. diketuknya pintu kamar namun tak ada jawaban sehingga jay perlahan membuka pintunya. suasana kamar sasha terasa hangat dan redup karena hanya lampu tidur yang menyala.
sasha yang tengah berbaring dibalut selimut langsung menoleh ke arah jay dan membulatkan mata berbinarnya. raut bahagia sasha melihat kedatangan jay terukir sangat jelas di wajah cantiknya meskipun pucat pasi.
"hey.." sapa jay lembut.
"jay? tumben banget kamu kesini jam segini?"
jay duduk di pinggiran kasur.
"kamu ga ke kampus hari ini?"
"aku ga ada kelas sama bimbingan juga."
jay hanya manggut-manggut.
"kamu potong rambut?" tanya sasha.
"i-iya." jay malah salah tingkah ketika sasha menyadari rambut barunya. "g-gimana cocok gak?"
sasha memajukan sedikit wajahnya dan memicingkan matanya untuk memerhatikan jay lebih lekat.
"yah, 8 dari 10 lah." jawab sasha sambil terseyum iseng.
"kok cuman 8? 2 nya kenapa?"
"kenapa pinggirannya lebih tipis gitu sih? tipis banget malah, bikin keinget jamet tiktok tau."
"jamet tiktok? apa aku kayak jamet?" jay seketika melotot dan membuat sasha tertawa.
melihat sasha tertawa membuat hati jay menghangat. suara tawa sasha merupakan salah satu dari sekian banyak hal yang menjadi favorit jay.
"kamu udah makan belum?" tanya jay.
sasha hanya menggelengkan kepalanya.
"loh? kenapa belum? mau aku ambilin? atau kamu mau makan apa? biar aku pesenin-"
"ga ga. aku gamau makan."
sasha melipat kedua tangannya di depan dada dan memalingkan wajahnya. seketika jay baru tersadar ada sebuah piring di nakas berisi sayur-sayuran mentah dan juga bawang merah serta bawang putih.
"ini makanan kamu?" tanya jay hati-hati. "belum dimakan sama sekali?"
sasha masih diam.
"sha-"
"jangan kasianin aku."
"aku ga kasianin kamu sasha, aku khawatir karena makanannya belum disentuh sama sekali, berarti kamu belum makan sama sekali seharian ini?"
"aku gamau makan kayak gitu terus! rasanya makin kayak orang ga normal!"
jay meraih piring tersebut.
"kalau gitu ayo makan bareng, aku bantu abisin."
sasha mengernyitkan dahinya. jay mengambil kubis mentah dan memakannya, kemudian menyodorkannya untuk sasha.
"jay-"
"ini makanan biasa kok. semua orang juga boleh makan ini."
sasha meloloskan air matanya dan memalingkan wajahnya. ia benci pada dirinya sendiri. ia benci pada nasibnya.
melihat jay yang masih memakan makanan mentah membuat sasha menahan lengan jay.
"jay, udah!" pinta sasha.
jay menarik sasha ke pelukannya dan meloloskan air matanya yang daritadi di bendung. hatinya merasa sakit karena melihat sasha seperti ini.
"aku ga akan biarin kamu ngerasa sendiri... tenang sha.. aku bakal temenin kamu, aku bakal terus di samping kamu sampai kapan pun..."
🌧🌧🌧