SOON TO BE A PAPA

By avvaway

237K 28.2K 2.7K

Begini perubahan si bad boy Soobin ketika dirinya tau akan segera memiliki anak dari sahabatnya sendiri, Lia... More

00. Introducing
01. Broken Boy
02. Before the Party
03. Guilty
04, It's Hard
05. The Fact
06. Disturbance
07. The Troubles
09. Parent's Plan
10. The Wedding
11. Midnight
12. Something Weird
13. Meet Somebody
14. Unexpected Accident
15. Dream In A Dream
16. A Little Jealousy
17. Suddenly
18. Gift
19. She Should Know
20. Meet Chae, Again
21. Deep Talk
22. Was Found Out
23. Endless
24. Welcome Jibin Choi
25. Sudden Decision
26. Hwall
27. Over
28. Heart To Heart
29. Family Talk
30. Our Journey
SOON TO BE A PAPA
Prequel - 1
Prequel - 2 [END]

08. Move

6.4K 825 65
By avvaway

Bunda, Ayah : orang tua Lia, Hyunsuk
Mama, Papa : orang tua Soobin

***

"Bun, Bunda serius nyuruh aku tinggal di rumah Soobin?"

"Astaga Lia kamu berapa kali nanya coba."

Irene beserta anaknya, Lia sedang ngepacking baju untuk kepindahan Lia ke rumah Soobin. Semua karena permintaan mama papa nya Soobin yang mengatakan calon mama harus selalu dekat suami (masih calon) nya.

"Tapi nanti aku jarang ngeliat Bunda, Ayah sama Kakak dong." Lia cemberut.

"Duh lebay banget sih Dek, rumah Soobin cuma setempongan juga." Saut Hyunsuk yang sedang berdiri di ambang pintu.

"Nah itu dia. Udah tau setempongan nggak usah pindah segala kali." Lia masih ngedumel.

"Yaelah Dek biasanya juga nginep di rumah Soobin." Saut kakaknya.

"Ya tapi kan.. tetep aja beda!"

Irene tertawa mendengar percakapan kedua anaknya. "Udah Li nanti aja dilanjutnya. Makan dulu yuk, Ayah kamu udah laper jam segini." Ajak Bunda dan Lia langsung menggandeng tangannya untuk turun ke ruang makan.

"Udah selesai packingnya?" Tanya Suho yang sudah duduk di bangkunya.

Beberapa asisten rumah tangga langsung menyiapkan makanan di meja makan. Mereka makan malam seperti biasa, masih sering bergurau dan membicarakan hal tidak penting lainnya. Tapi kali ini ada yang beda. Lia seperti tidak menikmati makan malamnya. Dia sedikit-sedikit menutup hidung dan menjauhkan piringnya.

"Kok nggak dimakan Dek?" Pertanyaan Hyunsuk membuat ibu dan ayah ikut mengalihkan pandangannya ke Lia.

"Kakak jangan makan telur dong. Bau banget tau!" Protes Lia dengan suara sumbang karena masih menutup hidungnya.

"Biasanya juga nggak masalah tuh." Hyunsuk mengerutkan keningnya.

"Kak, sini kamu pindah." Irene menepuk bangku di sebelahnya yang kosong. Hyunsuk hanya menurut dan pindah duduknya.

Dan makan malam kembali berjalan. Lia sudah mau memakan makanannya setelah dari tadi sibuk memilih milih. Entah lah, semenjak Lia hamil, dirinya menjadi pemilih soal makanan.

"Kak, kamu gimana sama Hyewon?" Percakapan bunda dan anak tetap berjalan.

"Gimana apanya? Aku sama Hyewon cuma temen, Bun."

"Halah. Kamu tuh jadi cowok malu banget sih." Saut ayah.

Hyunsuk tertawa kecil. "Emang bener temen doang, Yah."

"Ih Bunda tuh suka sama Hyewon. Pacarin dong, Kak!"

"Kalo kamu suka kenapa nggak pacarin aja?" Tanya ayah.

"Kalo Hyewon nya suka juga sama aku. Kalo enggak?"

"Kamu kok pesimis banget heran Bunda."

"Ajak lah Hyewon makan malam di sini." Suruh ayah.

"Iya tuh bener! Udah lama nggak ketemu Kak Hyewon!" Lia yang sedang tenang memakan makanannya tiba-tiba histeris senang.

"Kamu juga tuh Li, dari dulu nggak pernah bawa temen cowok ke rumah."

"Soobin?"

"Ih maksud Bunda selain Soobin."

Lia mengangkat kedua alisnya. "Soobin kan temen cowok aku."

"Maksud Bunda tuh, pacar gitu. Kamu emang nggak pernah pacaran atau selama ini ngumpet-ngumpet?" Selidik bunda nya.

"Kurang kerjaan aku ngumpet-ngumpetin gituan. Aku nggak pernah pacaran, Bun."

"Ya iya lah gimana mau pacaran coba. Orang cowo yang disukain Lia nggak peka-peka." Ledek Hyunsuk membuat Lia melotot.

"Oh jadi anak Ayah sebenernya punya gebetan nih." Ayah ikutan meledek.

"Kakak sok tau itu! Tau dari mana coba?!"

"Kakak tuh pekaan jadi cowo. Jelas banget kalo kamu suka sama dia." Hyunsuk menaik turunkan alisnya.

"Urusin aja dulu Hyewon, Kak." Saut!bunda yang membuat Lia menjulurkan lidahnya pada Hyunsuk.

Hyunsuk nya cuma bisa elus-elus dada.

Ting nong..

Ting nong..

Semuanya serentak menoleh ke arah pintu. Tanpa disuruh Lia berdiri untuk membukakan pintu. Seperti sudah terbiasa melakukannya karena dia paling muda, pastinya suka disuruh-suruh. Setelah dibuka, ternyata ada Soobin dengan setelan rapih seperti habis dari suatu tempat.

"Eh Bin udah dateng, udah ditunggu dari tadi." Lia mempersilahkan Soobin masuk.

"Ayah, Bunda, Bang." Soobin menyapa ketiganya. Menyapa seperti keluarga sendiri.

"Akhirnya dateng juga. Bunda nungguin dari tadi loh, katanya mau bantu ngepacking." Kata Irene bercanda.

"Hehe maaf Bun. Lupa ada janji sama temen." Soobin menggaruk tengkuknya.

"Udah makan belum, Bin?" Tanya Suho.

"Udah Yah tadi sama temen." Soobin ikut duduk di samping Lia yang melanjutkan makannya.

"Temen si Yeonjun dkk itu maksudnya?" Tanya Hyunsuk.

"Bukan Bang. Bosen sama mereka mulu ma." Soobin ketawa.

Hyunsuk memicingkan matanya menatap Soobin yang kelihatan lelah. "Capek banget Bin kayaknya. Abis dari mana dah?"

"Iya nih tadi temen gue ketiduran. Gue pas nganterin pulang malah nyasar ke jalan lain. Capek nyetir jadinya haha."

"Kalo capek nginep di sini aja dulu, Bin. Besok aja Lia pindahnya." Usul Irene.

"Nggak papa Bun, ini Mama udah bawel nyuruh bawa Lia ke rumah." Tolak Soobin.

Karena Soobin keukeuh mau membawa Lia ke rumahnya, akhirnya setelah selesai makan malam mereka langsung pamitan. Awalnya Hyunsuk menawarkan untuk mengantar keduanya tapi ditolak lagi oleh Soobin.

Tidak perlu lama, mereka sampai di rumah Soobin. Di perjalanan tadi keduanya tidak ada yang membuka percakapan. Hanya ada pemandangan Soobin yang sibuk menyetir dan Lia yang sibuk memperhatikan jalan lewat jendela. Karena Lia tau, mood Soobin sedang tidak baik. Maka dari itu Lia tidak mengatakan apapun padanya.

"Kok dibawa ke kamar Soobin, Ma?" Tanya Lia begitu melihat tas besarnya dibawa masuk ke kamar Soobin oleh papa.

"Emang kamu kira bakal tidur di kamar tamu kayak biasanya? Iya?"

"Ya emang harus di kamar tamu dong." Lia mengerutkan keningnya.

"Kalian udah mau nikah, nggak ada salahnya." Jawab Mama santai.

Lia hanya bisa diam. Dia mengikuti langkah Soobin masuk ke kamar. Dan ada perubahan di dalam sana. Kasurnya sekarang sedikit lebih besar, juga terdapat karpet warna kesukaan Lia, pink.

Niat.

"Udah jam delapan lewat, Mama sama Papa mau tidur dulu. Kalian juga tidurnya jangan kemaleman." Mama dan Papa pun keluar dan meninggalkan Lia dan Soobin berduaan.

Soobin terlihat santai sedangkan Lia sangat gugup sekarang. Entah lah. Mungkin karena ini kamar Soobin, jadi laki-laki itu masih bisa leluasa. Walaupun Lia ini sering nginep, tapi dia belum pernah sekali pun tidur di kamar Soobin.

Oh ya, pernah sekali.

Soobin masuk ke kamar mandi. Pasti mandi atau ganti baju. Karena pakaian Soobin tadi benar-benar rapih. Memakai kemeja putih yang dipadu jas biru gelap. Seperti orang yang baru saja pulang dari kantornya.

Dan pertanyaan Lia adalah,

"Soobin ketemu sama temen yang mana sampe seformal itu?"

Karena Lia juga sudah lumayan ngantuk, dia pun memutuskan untuk tidur. Tapi sebelum itu, Lia memindahkan satu selimut dan bantal kecil serta guling ke sofa di dekat TV. Lia memutuskan untuk tidur di sofa. Dia tidak mau mengganggu tidur Soobin.

Alasan.

Sudah siap dengan semuanya, Lia tinggal memejamkan matanya. Walaupun tidak terbiasa dengan lampu menyala, tapi Lia berusaha untuk tetap tidur. Karena Soobin masih di kamar mandi, tidak mungkin kan Lia seenaknya mematikan lampu.

Namun sebelum dirinya benar-benar memejamkan mata, Soobin keluar dari kamar mandi dengan setelan tidurnya. Kaos putih lengan panjang dan celana panjang warna hitam. Beda dengan Lia yang sudah dari rumahnya memakai baju tidur bergambar beruang dan berwarna pink.

"Kok tidur di situ?" Tanya Soobin.

"Terus di mana?" Lia nanya balik.

"Kasur."

"Tapi, kamu kanㅡ"

"Gue di sofa. Udah sana pindah." Soobin menarik selimut Lia.

"Loh Bin, ini kamar kamu."

"Tidur di kasur, Li."

Melihat tatapan serius Soobin membuat Lia menuruti kemauannya. Lia membawa bantal, guling, serta selimutnya bersamaan dalam pelukannya.

"Matiin lampu ya Bin." Kata Lia setelah dia sudah meniduri kasur Soobin.

Klik

Lampu dimatikan. Menyisakan cahaya dari lampu tidur di meja samping kasur. Keadaannya begitu tenang, Lia seharusnya bisa tidur sekarang. Tapi entah kenapa, ada suatu perasaan yang mengganggu pikirannya. Lia tidak bisa tidur.

Tubuhnya diputar berkali-kali ke kanan kiri. Kadang telentang atau tengkurap. Tapi itu tidak membantunya tidur. Bahkan Lia mencoba menghitung bayangan domba di pikirannya.

Sampai Lia merasakan pergerakan di sebelahnya. Lia kembali menelentangkan tubuhnya dan menoleh perlahan ke kiri.

"Soobin?"

"Sst."

"Yaudah aku pinㅡ"

"Diem Li gue capek."

Dan Lia langsung diam seketika. Iya diam. Karena tubuhnya dikunci oleh tangan Soobin yang berada di atas tubuhnya sekarang.

Yang mana membuat Lia makin tidak bisa tidur.

tbc.

ibu dari lia

ayah dari lia

tau lah kenapa irene ibunya wkwkw kalo ayahnya suho tuh karena..

aku penumpang kapal #surene guys hehehe maklum

Continue Reading

You'll Also Like

6.2K 531 21
REPUBLISH sekuat apa pun kamu menghindar, melupakan dan merelakan seseorang. jika, semesta menginginkan kalian untuk bersama; maka kalian akan tetap...
370K 22.8K 56
✨Silahkan follow dulu sebelum membaca✨ TRB series 1 -raja & ratu- Bugg Mendengar ada benda yang terjatuh raja membuka pintu dan melihat ratu dengan w...
5.2K 713 23
Nasya Naladhipa Atmadja adalah master Fansite salah satu member boyband terkenal asal Korea Selatan , NCT Dream. Cita-citanya menjadi seorang dokter...
42.2K 6K 21
Tentang Jennie Aruna, Si kakak kelas yang menyukai Alisa si adik kelas baru dengan brutal, ugal-ugalan, pokoknya trobos ajalah GXG