Y A D O N G

By Amipansi

233K 4.2K 180

Berada dalam satu rumah yang sama dengan pria kelewat mesum semestinya sudah menjadi alasan yang cukup releva... More

PROLOGUE
๐Ÿ’ Part. 1
๐Ÿ’ Part. 2
๐Ÿ’ Part. 3
๐Ÿ’ Part. 4
๐Ÿ’ Part. 6
๐Ÿ’ Part. 7
๐Ÿ’ Part. 8
๐Ÿ’ Part. 9
๐Ÿ’ Part. 10
๐Ÿ’ Part. 11
๐Ÿ’ Part. 12
๐Ÿ’ Part. 13
๐Ÿ’ Part. 14
๐Ÿ’ Part.15

๐Ÿ’ Part. 5

9.9K 322 18
By Amipansi

TODAY

His Sweat so Make Me Mad

🍁

Saehee sempat berheran-heran mengapa di hari kemarin, setelah ia kembali ke sekolah bersama pria yang ia sebut Ahjussi itu tak sampai membuat dirinya terkena kecaman dari pihak sekolah.

Padahal sore itu, Jungkook memang sengaja mengantarnya ke dalam kelas langsung. Tak seganpun memberi Saehee sedikit elusan di kepala bak menimang seorang adik. Lanjut pergi seolah dirinya benar-benar orang yang tak perlu dipertanyakan keberadaannya di sekolah tersebut.

Sepertinya Saehee memang harus bersungguh-sungguh mencari tahu siapa itu Jeon Jungkook. Seperti mengikuti saran Jungkook untuk membaca buku sejarah sekolah, mungkin? Tetapi niatnya sudah gugur ketika seorang teman malah dengan gamblang bersorak dan memberitahunya siapa itu Jeon Jungkook.

Padahal sungguh ya, Saehee ingin menikmati rasa penasarannya hingga ia menemukan atau mengetahui sendiri siapa itu Ajussi yang membuatnya gila beberapa waktu di hari kemarin.

Mata Saehee sempat merasa terusik ketika cahaya emas kekuningan itu menerobos masuk lewat kaca balkon setelah Hyera menyibak kain gorden bewarna abu-abu yang mendominasi sisi kanan kamar mereka. Sebenarnya pun manik cantik yang tengah terlelap itu enggan untuk membuka, hanya saja tuntutan kurang ajar dari seorang teman terpaksa membuatnya terjaga lebih awal di hari libur.

"Ya Tuhan, bangunlah Kim Saehee!" sentak Hyera ketika mengetahui teman sekamarnya itu malah mengurung diri di dalam selimut mencoba mencari kenyamanan baru.

Saehee bingung mengapa temannya itu jadi lebih antusias ketimbang dirinya sendiri. "Ra, yang ingin bicara empat mata dengan Guanlin kan aku, bukan kau. Lagi pula ini masih pagi, tapi kenapa malah kau yang mendesak ingin aku pergi?" begitulah suara serak Saehee bertutur dari balik selimut bergambar spongebob miliknya.

Sedangkan Hyera bungkam bukan mengapa, kepalang kesal, tetapi Saehee memang benar 100%. Hanya saja mungkin Saehee tidak mengerti dengan sebagian perubahan rencana.

"Kau pikir, kau saja yang ingin bertemu dengan Guanlin? Aku juga ada perlu dengan Jihoon." ketusnya.

"Kalau begitu pergi saja terlebih dahulu sana, nanti aku menyusul. Aku masih ingin menutup mataku sampai rasanya benar-benar puas." ujar Saehee dari balik selimut.

Hyera merasa mungkin Saehee lupa jika Hyera tidak memiliki mobil untuk dibawa pergi terlebih dahulu seperti instruksi temannya itu. Tetapi kalau beradu argumen atau menyanggah perkataan Saehee lagi pasti tidak akan pernah selesai, atau berakhir dengan dirinya yang mati kutu akan ucapan Saehee yang terkadang membuatnya bingung dan sakit hati.

"Kalau begitu baiklah, kalau kau masih ingin menikmati kepuasan tidur yang tiada tara, lebih baik kau mati saja dan nikmati sepuasnya. Aku pergi."

Blamm

Persetan dengan Hyera yang menarik pintu kelewat kencang, hingga membuat bunyi gaduh, yang jelas Saehee hanya ingin tidur hingga beberapa menit lagi sambil mengingat-ingat kembali peristiwa cabul, oh bukan cabul, peristiwa yang mungkin sangat romantis untuk dinikmati sepasang kekasih yang ia lakukan kemarin siang.

Ting!

Tiba-tiba saja ponsel Saehee mengeluarkan notifikasi pesan, membuat getaran pendek yang terekspos langsung pada padatnya meja nakas.

Sedangkan Saehe dengan malas ingin meraih ponselnya lalu mengintip kilas siapa kiranya yang memberinya pesan di pagi hari seperti ini.

Ck

"Kenapa nomor ponselku cepat sekali tersebarnya? Padahal ini juga baru kuganti." protesnya ketika melihat nomor yang tidak diketahui lagi-lagi muncul di layar kunci ponsel. Tetapi isi pesannya membuat Saehee penasaran setengah mati.

Tubuh semampainya pun berniat bangkit untuk duduk agar dapat dengan jelas melihat isi pesan dari nomor tidak diketahui tersebut. Walau dengan malas tetapi tetap saja ia lakukan.


Uknown
[Berapa password
pintu apartemenmu?]


Ya Tuhan, Saehee kaget bukan main ketika pertama membaca pesan dengan modus seperti itu. Ia langsung mengingat kejadian dua bulan yang lalu ketika salah seorang teman sekelasnya tewas ditikam dengan pangkal cerita semacam ini.

Tiba-tiba tubuhnya terasa panas dan dingin secara bersamaan. Sedikit keringat juga sudah bereksresi di sekitar pelipisnya. Ia hanya bisa berharap bahwa tidak ada orang yang ingin bermacam-macam dengannya saat ini, bukan apa-apa, Hyera juga sudah pergi. Dirinya hanya sendirian dan mengalami teror dengan modus demikian cukup menakutkan juga.

Ting!

Uknown
[Kau masih tidur?]
[Kukira kau sudah bangun
karena melihat temanmu
keluar dari apartemen ini]

Tetapi, rasanya setelah melihat isi pesan kedua, Saehee sedikit berpikir bahwa orang yang saat ini berada di depan pintu apartemennya mungkin sudah mengenalnya.

"Apa mungkin itu Guanlin?" Saehee terlihat berpikir sebelum kemudian mencoba membalas pesan ari orang yang tidak ia ketahui tersebut, "Tapi Guanlin tahu apa passwordnya."

Me
[Dasar penjahat!]
[Pulang ke rumah orang
tuamu sana!]

Uknown
[Teganya :( ]
[Aku bawa 2 porsi Bibimbab
dan 2 Cola.]
[Kau yakin tidak ingin
membukakan pintu atau
memberitahu passwordnya?]

Me
[Tidak perlu!]
[Berikan saja pada
anjing sana.]

Uknown
[Bibimbabnya kupesan
dengan rasa pedas]
[Anjing tidak suka pedas kan]

Me
[Persetan!]

Uknown
[Hei ayo buka pintunya
dasar bodoh]
[Kakiku jadi pegal lama-lama
berdiri]

Me
[Kalau begitu pergi dari sini]
[Atau aku akan menelfon
polisi]

Setelah pesan terakhirnya tidak kunjung dibalas, Saehee akhirnya menghembuskan napas lega. Bersyukur karena mungkin orang yang menerornya sudah meninggalkan apartemennya.

Saehee juga memukul-mukul jidatnya sendiri gemas karena merasa bodoh dengan apa yang menimpanya barusan.

"Dia pikir aku orang bodoh." pun membuat ekspresi angkuh juga sekaligus menpuk dada dengan bangga.

Tetapi tak lama kemudian notifikasi ponselnya kembali terdengar.

Ting!

Uknown
Send a pict

[Aku sudah disini masa
disuruh pulang :( ]

Mata Saehee mendadak serasa ingin keluar. Melotot melihat foto Jeon Jungkook yang sedang berdiri di depan pintu apartemennya. "Tapi siapa yang mengambil gambarnya? Jangan sampai ia membawa pria lain ke sini. Aishh dasar cabul."

Me
[Dasar cabul!]

Uknown
[Ah kau lama sekali,
kalau begitu aku masuk saja]

Me
[Coba saja kalau
kau bisa]

Saehee bingung kenapa Jungkook bisa tahu segalanya mengenari dirinya. Mulai dari sekolah, dan sekarang tempat tinggal. Saehee jadi khawatir jika Jungkook telah memasang cenayang untuk dirinya sehingga pria dewasa itu bisa mengetahui segalanya tentang Saehee.

Tubuh ramping Saehee terseret ketika tungkainya membawa langkah menjauhi ranjang dan keluar dari kamar. Sekonyong-konyongnya perasaan cemas, dirinya masih harus mendapat asupan cairan mineral ketika merasa haus. Alih-alih menahannya hanya akan membuatnya dehidrasi.

Tetapi Saehee begitu kaget ketika sesampainya di ruang tengah ia terperanjat saat seorang pria terlihat sedang bersibuk di dapur. Aroma Bibimbab benar-benar mencuat kala itu. Saehee jadi berpikir jika apartemennya baru saja diterobos menggunakan alat peretas.

"Kukira kau sudah tidak sopan telah meretas password apartemen orang sembarangan, Ajussi." ucap Saehee melipat kedua tangannya di depan dada lalu melanjutkan langkah mendekati pribadi bertubuh jangkung itu.

Jungkook pun membalik badannya kemudian duduk menyipi pada tepian meja dapur. "Aku diizinkan masuk makanya aku masuk." jawabnya santai.

Sedangkan Saehee mulai merotasi bola matanya jengkel, pun meraih kemoceng yang menggantung di dinding sisi kiri tubuhnya berlanjut melempari Jungkook dengan kesal.

"Kapan aku mengijinkanmu, hmm?" bentaknya geram.

"Bukankah kau yang bilang, 'Coba saja jika kau bisa'. Aku bisa berarti aku boleh masuk lah." jawab Jungkook kelewat santai.

Tidak tahu lagi Saehee harus berkata apa pada pria yang tengah menatapnya entah dengan artian apa. Pun memilih untuk membiarkan juga rasanya salah. Bagaimana bisa kau tidak mempermasalahkan tentang seseorang yang sangat asing tiba-tiba tahu password apartemenmu. Bukankah itu sangat mengusik?

"Tapi aku serius, Ahjussi. Bagaimana kau tahu passwordnya?"

"Aku tidak tahu, seseorang membawaku masuk." jawab Jungkook kelewat enteng sembari melanjutkan menata Bibimbab yang ternyata memang ia beli.

Sungguh ya! Saehee jadi semakin kesal mengetahui jawaban yang ia tuntut benar-benar tak sesuai dengan yang ia harapkan. Belum lagi Jungkook malah membawa-bawa orang tambahan, memangnya siapa yang bisa membawa orang asing masuk ke dapam apartemennya?

"Jangan katakan dia yang membukakan pin-" ucap Saehee terputus.

"Iya, aku yang membawanya masuk! Dan aku juga yang mengambil gambarnya tadi" timpal seorang gadis keluar dari kamar mandi samping dapur.

Melihat gadis tersebut sontak membuat Saehee kaget bukan kepalang lagi, "Kau bilang kau ingin pergi menemui Jihoon, Ra?"

Entahlah, Hyera juga bingung harus menceritakannya bagaimana. Yang jelas dirinya jauh lebih terburu-buru sekarang. Setelah mengetahui sesuatu dari pria bernama Jeon Jungkook itu dan memaksanya untuk membawa pria tersebut masuk, dirinya mendadak jadi ingin berak.

"Hyera, katakan sesuatu!"

Hyera tiba-tiba menatap Jungkook dan malah berlalu begitu saja menuju pintu depan dan berniat ingin pergi. "Tuan Jeon Jungkook yang terhormat, aku sudah bisa membawa mobilmu kan?" ujar Hyera ketika berada di ambang pintu.

Lantas Saehee semakin tidak mengerti ketika temannya malah mengabaikannya tiba-tiba. Saehee yakin sudah terjadi sesuatu. "Hey, Hyera. Kenapa tidak bawa mobilku saja, hei bodoh! Dengarkan aku!" bahkan kutipan Saehee sendiri tidak didengar oleh sahabatnya itu dan hanya berlanjut meninggalkan apartemen.

Pun berniat menyusul, pribadi pria yang mengenakan baju dengan motif garis-garis itu berlari terlebih dahulu dan menutup pintu apartemen tersebut, lanjut menarik Saehee untuk kembali ke dapur.

"Temanmu akan baik-baik saja, jangan gegabah begitu." tutur Jungkook setelah tidak sengaja mendudukkan Saehee di atas meja makan.

"Gegabah bagaimana? Kau berbuat apa padanya, hmm?" tanya Saehee lebih meninggikan nada suaranya.

Sedangkan Jungkook berlagak kaget dengan membelalakkan mata kemudian tersenyum jail, "Hey, bicara seperti itu tidak sopan jika lawan bicaramu lebih tua darimu."

"Tapi kenapa dia harus memakai mobilmu bukan mobilku?" tanya Saehee lagi.

"Aku menjanjikan mobil itu untuk dibawa sepuasnya jika dia bisa membawaku masuk ke sini."

Saehee jadi bingung apakah harus lega atau apa. Tapi dirinya masih penasaran mengapa temannya itu terlihat seperti menyembunyikan sesuatu. "Tapi mengapa dia mau menerima tawaranmu?"

Senyum paksa itu tiba-tiba hadir di mulut Jungkook sembari julid matanya sudah tidak tertolongkan, "Haruskah kita membahas temanmu kalau kita sedang berdua begini?" protes Jungkook.

Saehee jadi menyerngit, "Memangnya salah? Dia kan temanku." jawab Saehee begitu polos.

"Aku tahu, tapi aku tidak suka jika kau membahasnya terus-menerus begitu. Sudah kubilang temanmu akan baik-baik saja." Jungkook pun berdecak kemudian menggaruk kepalanya asal, "Jujur saja ya, jika meracau begitu libidoku jadi meningkat tidak jelas, mengerti? Jadi diamlah." lanjutnya kemudian menjauhi Saehee dan menghampiri Bibimbab yang sekarang sudah benar-benar dingin.

"Sekarang ayo sarapan, aku harus menceritakan mengapa aku mendadak ke tempatmu pagi-pagi begini." ucap Jungkook memindahkam dua piring Bibimbab dari meja dapur kw meja makan, dan menuangkan Cola ke dalam gelas.

Saehee yang menurut ikut menduduki kursi dan langsung mengambil sepasang sumpit. Terkadang memang Saehee terlihat tidak tahu malu, Saehee juga tidak paham ia kubur kemana rasa gengsinya terhadap lawan jenis. Selama itu tidak membuatnya merasa terancam atau tidak nyaman, Saehee akan terus melakukan kegiatannya dengan tenang.

"Jadi begini-"

"Tutup mulutmu, Ahjussi. Kalau sedang makan, makan saja dulu." ucap Saehee kelewat tenang sembari meloloskan satu suapan ke dalam mulut dan mengunyahnya perlahan.

Membuat Jungkook teringat kala malam saat pertama mereka bertemu. Aura penuh ketenangan yang sama terlihat begitu saja pada pribadi Saehee sekarang.

Sepertinya memang sikap Saehee amat susah untuk ditebak, begitu penilaian Jungkook. Tetapi Jungkook malah berpikiran untuk membuat Saehee sedikit kesal sekarang. Apakah gadis itu akan marah?

"Bagaimana aku akan makan jika menyuruhku menutup mulut?"

Saehee terlihat tidak acuh dan berlanjut menyuapi Bibimbabnya yang ia pikir memang sedikit enak.

"Ya! Kim Saehee!" panggil Jungkook.

"Kalau begitu tidak usah makan, Ahjussi. Jangan repot begitu."

Jungkook tidak mengerti lagi, bagaimana hanya semudah itu saja Saehee menjawabnya dan malah benar-benar terlihat fokus pada makanannya. Ya, setidaknya Saehee menghargai makanan yang Jungkook beli sih.

Sudi tak sudi, Jungkook memang harus bergegas menyelesaikan acara makannya. Agar apa yang ia tujukan sebenarnya di pagi hari seperti ini bisa tersampaikan pada Saehee. Bukan apa-apa, ini memang adalah hal yang sedikit rumit dan sepertinya akan mengundang sedikit demi sedikit konflik. Padahal jujur saja, mereka baru saling mengenal dan apakah etis jika Jungkook mencoba untuk membawa Saehee pada masalah pribadinya?

Setelah masing-masing porsi Bibimbab mereka habis, baik Jungkook ataupun Saehee sama-sama terperangah bersandar pada sandaran. Kenyangnya luar biasa.

Ini karena Jungkook memesan Bibimbab dengan dominan rasa pedas dan membuat keduanya malah berlomba untuk menghabiskan air hingga menjadi sangat kenyang.

"Kenyang sekali." tutur Saehee menghembuskan napasnya besar.

Sedangkan Jungkook juga terlihat kewalahan dengan sisa-sisa rasa pedas yang begitu menyentak di lidahnya.

"Ayo Ahjussi, katakan apa yang membuatmu datang sepagi ini kesini." pinta Saehee.

Jungkook menghembuskan napasnya kelewat besar sebelum menjawab dengan pasti, "Aku ingin mengajakmu menemui Papaku nanti."

"A-apa!!? Untuk apa? Apa aku ada masalah di sekolah? Apa orang tuamu mau mengeluarkanku dari sekolah?"

"Bukan, aku hanya ingin memperkenalkanmu sebagai calon istriku. Itu saja."




"Apa kau gila?!"

🍁


__________________

To be Continue...

"Yukk nika sama om!"

-juki sudaki.

Continue Reading

You'll Also Like

74.8K 3.3K 19
Grosvenor Square, 1813 Dearest reader, the time has come to place our bets for the upcoming social season. Consider the household of the Baron Feathe...
1.1M 20K 44
What if Aaron Warner's sunshine daughter fell for Kenji Kishimoto's grumpy son? - This fanfic takes place almost 20 years after Believe me. Aaron and...
209K 4.3K 47
"You brush past me in the hallway And you don't think I can see ya, do ya? I've been watchin' you for ages And I spend my time tryin' not to feel it"...
170K 17.7K 23
"๐™๐™ค๐™ช๐™˜๐™ ๐™ฎ๐™ค๐™ช๐™ง๐™จ๐™š๐™ก๐™›, ๐™œ๐™ž๐™ง๐™ก. ๐™„ ๐™ฌ๐™–๐™ฃ๐™ฃ๐™– ๐™จ๐™š๐™š ๐™ž๐™ฉ" Mr Jeon's word lingered on my skin and ignited me. The feeling that comes when yo...