Y A D O N G

Von Amipansi

233K 4.2K 180

Berada dalam satu rumah yang sama dengan pria kelewat mesum semestinya sudah menjadi alasan yang cukup releva... Mehr

PROLOGUE
๐Ÿ’ Part. 1
๐Ÿ’ Part. 2
๐Ÿ’ Part. 3
๐Ÿ’ Part. 5
๐Ÿ’ Part. 6
๐Ÿ’ Part. 7
๐Ÿ’ Part. 8
๐Ÿ’ Part. 9
๐Ÿ’ Part. 10
๐Ÿ’ Part. 11
๐Ÿ’ Part. 12
๐Ÿ’ Part. 13
๐Ÿ’ Part. 14
๐Ÿ’ Part.15

๐Ÿ’ Part. 4

12K 286 12
Von Amipansi

AGAIN

He is Ruin Our Second Kiss

🍁

Saehee baru menyadari ketika tatapan penuh kebencian itu tiba-tiba disorotkan para siswi padanya. Terkecuali Hyera tentunya. Sejak dirinya dihampiri oleh seorang pria yang membuat Saehee bingung apakah menganggap pertemuan kali keduanya dengan Ahjussi yang membuatnya melakukan ciuman pertama adalah sebuah keberuntungan ataukah sebuah kesialan.

Semata-mata hanya karena pria yang Saehee dengar disebut oleh siswi-siswi selain dirinya dengan sebutan 'Jungkook Oppa' itu tanpa diminta hadir di dalam lingkup sekolahnya.

Semua mata siswi tertuju pada Saehee yang saat ini digandeng oleh pemilik nama Jungkook itu ke dalam mobilnya. Bahkan Hyera saja melongo karena ini masih jam pelajaran dan Saehee begitu menurut dengan polosnya ketika tangan putih maskulin itu menariknya sepihak.

"Apakah tahta bisa membuat kita melakukan apa saja?" suara seorang lelaki tiba-tiba saja menyeruak di telinga kanan Hyera. Membuat gadis yang baru menginjak usia 18 tahun itu tercingangah lantas langsung memukul kepala lelaki yang baru saja membuatnya terkejut.

"Yaampun, sayang. Aku tidak tahu kenapa kau suka sekali memukul kepalaku." begitulah celetuk Park Jihoon ketika rasa keram itu hampir menjalar ke telinganya.

"Aku juga bingung kenapa kau suka sekali mengagetkanku di saat seperti ini."

Jihoon hanya menggidik kedua bahunya kemudian menggandeng Hyera berjalan seperti biasanya jika mereka tengah berjalan berdua.

"Menurutmu apa Saehee mengetahui siapa yang tengah menggandengnya itu?" tanya Jihoon ketika Hyera masih saja terlihat tidak habis pikir dengan apa yang ia lihat.

"A-aku tidak tahu, kalau saja dia tahu mungkin dia dengan segan akan menolak digandeng. Ya Tuhan, aku tidak mengerti mengapa mereka bisa berciuman semalam." ujar Hyera meremat rambutnya, namun di sisi lain hal lain juga tak sengaja menyampir di pikirannya ketika pertama kali melihat pria dewasa yang saat ini bersama Saehee.

"Maksudmu?"

"Jika saja Saehee tahu siapa itu Jeon Jungkook, mungkin Saehee tidak akan melakukannya."

"Hyera, apa maksudmu?"

"Kau jangan beritahu Guanlin mengenai ini, ya." Hyera memberi isyarat dengan meletakkan jari telunjuknya di depan bibir kemudian diikuti anggukan antusias oleh kekasihnya, "Semalam, Saehee baru saja berciuman dengan CEO perusahaan yang menaungi SMA Guk ini."

🍁

"Hey Ahjussi. Bisa kau antar aku kembali ke sekolah? Jam pelajaranku belum berakhir dan aku sudah berkeliaran di luar sekolah seperti ini."

Percuma saja rasanya Saehee mengoceh karena Jungkook terlihat tidak mendengarkan dan hanya terfokus pada situasi jalanan.

Saehee masih tidak mengerti apa alasan tepat Jungkook sengaja pergi ke sekolahnya hanya untuk bertemu dengan dirinya. Hingga sekarang dengan seenaknya menculik Saehee. Ya, walaupun Saehee sendiri juga menurut saja sebetulnya.

Saehee jadi berpikir, melihat wajah serius pria yang dipanggil Jungkook ini, mungkin ada suatu hal serius yang membuatnya harus melakukan tindakan ini. Secara logis saja, ia sampai mendatangi sekolahnya. Lagi pula dari mana ia tahu bahwa Saehee bersekolah di SMA Guk? Jadi, kalau bukan karena hal serius, mana mungkin Jungkook sengaja mendatanginya ke sekolah.

Dengan tidak paham kemana kiranya pria bersurai coklat ini hendak bertujuan, membuat titik penasaran Saehee melunjak dan menerobos ubun-ubun ketika pria di sebelahnya mendadak memarkirkan mobil di depan kedai penekuk yang sekalian menjual es krim.

Sebenarnya pun kedai ini lebih boleh disebut sebagai kedai es krim ketimbang kedai penekuk, karena para pembeli lebih dominan ingin membeli es krim dibanding penekuknya. Tetapi tujuan Jungkook mengajak Saehee ke tempat itu bukanlah untuk melakukan survey lebih banyak mana pelanggan yang membeli di antara kedua produk kedai tersebut.

"Ajussi, untuk apa kita kesini?" pertanyaan bodoh itu tiba-tiba saja terlontar ketika tangannya lagi-lagi ditarik untuk segera masuk ke dalam kedai itu.

Jungkook pun menghentikan langkahnya ketika baru memasuki pintu kedai, dengan sedencing bunyi lonceng yang menyeruak ketika pintu kedainya dibuka, "Aku pikir kau gadis yang berbeda dengan gadis yang aku temui di rumah pelacuran semalam."

Mendadak Saehee melongo dibuatnya, "Bisa kau kecilkan suaramu?"

"Yasudah, jadi kau diam saja dan menurutlah." ucap Jungkook sebelum membawa dirinya dan pribadi Saehee untuk masuk lebih jauh guna mencari tempat kosonh yang sekiranya cocok untuk mereka berdua.

Tak lupa dengan small paperbag yang Jungkook bawa ia letakkan di tengah-tengah meja ketika pinggul keduanya baru saja mendarat di atas kursi kayu dengan ukiran Mesir kuno pada sandarannya.

"Ahjussi, kau ing-"

"Sstt! Bisa kau tahan pertanyaanmu sebentar?" perintah Jungkook, lalu mengangkat sebelah tangannya kepada seorang pelayan, "Berikan kami dua menu pokoknya di sini."

"Ahjussi, aku tidak ingin makan es krim."

"Kau tidak akan makan es krim, tapi penekuk."

"Aku juga tidak ingin makan penekuk, Ahjussi!"

"Kenapa tidak mencoba menggabungkan keduanya?"

Saehee menghela napasnya kelewat panjang. Tidak mengerti dengan situasi dimana dirinya malah merasa terjebak dengan pria sesat seperti pria yang saat ini duduk di depannya.

Gadis 19 tahun itu juga bingung, apakah pria idiot ini adalah pria yang sama yang membuatnya kehilangan ciuman pertama? Rasa-rasanya tingkah pria yang semalam dengan pria yang ini berbeda 180°.

"Ahjussi," Saehee pun sedikit menghirup oksigen dengan tenang lalu kembali berbicara, "Ada apa gerangan hingga kau membawaku ke kedai penipuan ini?"

Mendadak tawa Jungkook lepas begitu saja ketika mendengar nama kedai yang yang baru saja Saehee lontarkan. "Kedai apa? Penipuan?"

Saehee mulai merotasi bola matanya jengkel, "Iya penipuan, kau tidak berpikir? Seharusnya orang berniat membeli penekuk kesini karena nama kedainya saja adalah kedai penekuk, tetapi kenapa tiba-tiba saat keluar mereka malah menjilati es krim? Bukankah itu tindakan penipuan?"

Jungkook jadi berpikir, tidakkah sifat mereka hampir saja sama? Jelas terlihat berbeda dibanding dengan sifatnya semalam, Saehee masih persis seperti wanita normal yang menyimpan teka-teki menarik malam itu. Tetapi rasanya sekarang, sifat mereka mulai mengalami perubahan sebesar 180° masing-masing.

"Apa namamu Kim Saehee?" setelah melepaskan cukup tawa, Jungkook kembali bertutur sembari wajah seriusnya mulai muncul kembali.

Saehee merasa mentalnya menegang begitu saja, khawatir dengan beribu pertanyaan yang saat ini bercokol dalam benaknya. "Ke-kenapa kau tahu namaku?"

"Kalau aku bertanya kau pikir aku tahu?" ketus Jungkook menghembuskan napasnya jengah.

"Ya Tuhan, maksudku, kenapa kau bisa bertanya jika namaku Kim Saehee?"

"Aku melihatnya di name tag mu..." lagi-lagi Jungkook tertawa, menertawakan betapa bodohnya lelucon yang ingin ia buat, dan berakhir dengan wajah Saehee yang kepalang kesal.

Saehee mengatup kedua belah bibirnya seraya merapalkan sumpah serapah di dalam hati, "Jika sudah melihatnya kenapa masih bertanya? Aku tidak habis pikir dengan penampilan kerennya, ternyata dia tidak lebih pintar dariku." begitu imbuh batinnya.

Sedangkan Jungkook segera menghentikan tawa tidak jelasnya kala melihat wajah merah Saehee, "Aku hanya bercanda."

Jemari Jungkook berpindah pada paper bag yang ia taruh di atas meja setelah sebelumnya menggenggam ponsel miliknya. Ia berpikir bahwa mengembalikan barang pribadi milik Saehee tidak bisa dicampuri dengan candaan. Yasudahlah. Tetapi Jungkook juga berpikir bahwa Saehee sama sekali tidak menyadari jika dompetnya tidak ada padanya.

"Aku hanya ingin mengembalikan ini." tutur Jungkook mengeluarkan dompet hitam dari paper bag.

Mendadak Saehee tercingangah ketika benda yang ia kenal tiba-tiba berada di tangan pria aneh di hadapannya.

"Kau merampoknya semalam?" tanya Saehee spontan.

"Kau gila, ya? Apa kau merasa aku melakukan pemaksaan terhadapmu? Apa aku menyakitimu?"

Saehee hanya tidak habis pikir saja mengapa dompetnya bisa berada pada Jungkook. "Lalu darimana kau mendapatkannya?"

"Kau meninggalkannya di dashboard mobilku. Aku hanya merampok ciumanmu saat itu, tidak yang lain." jawab Jungkook berlanjut meremat paper bag yang ia pegang lalu membuangnya asal.

"...kau tahu? Semalam rasanya aku bersemangat sekali saat melihatmu. Tapi entah mengapa sekarang rasanya aku sudah tidak berselera."

Jungkook menyandarkan punggungnya sejenak lalu mengetuk menja dengan jemari. Terlalu muak menunggu apa yang seharusnya ia cicipi saat ini. Ia menatap raut Saehee yang masih terlihat kebingungan entah karena apa.

Mungkin saja pengenaan Jungkook dengan sikap kelewat recehnya tidak membuat Saehee tertarik. Tetapi apa pedulinya, bahkan masih banyak wanita yang mengagumi sifat semacam itu darinya. Tak terkecuali seseorang yang mungkin sempat Jungkook lupakan. Mungkin saja ini efek dirinya yang terlalu bersemangat ingin menemui gadis yang berada di hadapannya ini.

"Ahjuss-"

"Apa?"

Saehee mendadak kaget ketika suara kelewat datar Jungkook malah berakhir menakutkan. "A-apa boleh aku-"

"Ya, nanti di mobil."

"Apanya yang di mobil?

"Kau ingin memintaku menciummu lagi? Tenang saja, aku bisa diandalkan untuk urusan itu." jawab Jungkook kelewat santai.

Saehee bingung harus menanggapi Jungkook seperti apa karena pada kenyataannya keadaan sekarang benar-benar berbeda hampir 360°. Jika boleh Saehee akui, dirinya memang sedikit merasa tertarik ketika subuh tadi mereka melakukan hampir 10% hal intim. Tetapi sekarang hanya terlihat jika mereka adalah sepasang kakak beradik yang tidak pernah akur sama sekali. Bukan karena pertengkaran, melainkan sifat keduanya seolah tidak saling mengenal.

Tunggu dulu, mereka memang tidak saling mengenal kan?

"Aku bingung kenapa hal semalam bisa terjadi." mulai Saehee sembari menunduk memerhatikan kuku jarinya. Terlihat sedang berpikir, namun juga terlihat segan di waktu yang sama.

Atensi Jungkook tiba-tiba beralih pada ucapan Saehee barusan. "Kau menyesalinya?" tanya Jungkook.

Entah mengapa dengan amat spontan Saehee menggeleng antusias seolah hal yang Jungkook tanyakan adalah salah besar. "Tentu saja tidak. Mak-maksudku, aku,"

Mendadak senyum jail Jungkook mulai mengembang seraya ia mendekatkan wajahnya pada wajah Saehee yang berposisi sekitar 60 sentimenter dari wajahnya. "Ayo mengaku, kau memikirkanku kan?"

Matilah sudah, memang terkaan Jungkook sepenuhnya benar. Belum lagi ekspresi wajah Jungkook dengan senyum memperlihatkan deretan gigi kelewat rapi itu membuat Saehee merasa tertembak sesuatu di bagian jantung.

"Jangan terlalu percaya diri, Ahjussi. Aku hanya bersyukur karena-"

"Karena apa?" senyum Jungkook kian melebar ketika rona merah di wajah Saehee semakin jelas terlihat. "Apa mau melakukannya lagi?" tanya Jungkook bernada mengajak.

Pun saliva Saehee mengerat turun dari kerongkongan, menatap Jungkook seperti penuh harap bahwa Jungkook tidak sedang bermain-main menawarkannya.

Jungkook menaikkan sebelah alisnya pertanda ingin memastikan, hanya saja hal tersebut malah membuat Saehee panik setengah mati. Saehee enggan untuk menolak dan terlalu malu untuk mengiyakan. Jujur saja Jungkook tiba-tiba semakin menarik, walau secara tidak sadar Saehee hanya memanggil Jungkook dengan sebutan Ajussi.

"Apa yang aku dapatkan?" tanya Saehee menyibak rasa paniknya.

"Kau bisa dapatkan semua kekayaanku."

Mata Saehee pun melotot bukan main, bukan kaget dengan imbalan yang Jungkook katakan, malahan ia tidak mengerti sama sekali.

"Ah rupanya kau tidak paham, ya. Aku baru ingat kalau kau masih bocah SMA. Yasudah kalau begitu lupakan saja."

Sial

Apa itu? Hanya begitu saja? Saehee menelan salivanya tidak percaya, apa ciumannya tidak jadi? Ya Tuhan, sepertinya Saehee merasa ketagihan, hingga rasa sakit dipermainkan sangat terasa di jantungnya. Tapi tetap saja, ia tidak mengerti dan dirinya tidak ingin terlihat seperti jalang dengan mengharap satu ciuman dari orang tidak jelas.

"Yasudah kalau begitu antar aku kembali ke sekolah."

Entahlah, entah Jungkook mendengarnya atau tidak. Tetapi kedengarannya suara Saehee bergetar begitu saja. Dirinya tidak mengerti sepertinya siang ini ia merasa sedikit posesif. Kenapa hanya karena tawaran ciuman dari Ahjussi yang tidak ia kenal itu batal ia jadi hampir menangis.

"Iya, akan aku antar. Jangan sedih begitu." ucap Jungkook lalu berdiri dari kursinya. Sedangkan pelayan pengantar pesanan baru saja datang.

"Loh, Tuan pesanannya?"

Jungkook tertawa ringan, "Begini ya, kalau kau belum juga dipecat mulai besok, kupastikan kedai ini tutup." lalu Jungkook menarik Saehee menjauh.

🍁

"Bukankah perkataanmu kasar sekali?"

Saehee melahap es krimnya kelewat terlihat menggemaskan. Sampai Jungkook jadi kegemasan sendiri ketika Saehee menjilati es krim yang menempel di sudut bibirnya.

Pandangan Jungkook tak pernah luput sejak Saehee meracau tidak jelas saat ingin membeli es krim beberapa menit lalu.

"Kau tuli ya Ahjussi! Kubilang yang rasa black current. Bukan yang itu."

"Ahjussi! Jangan terlalu banyak topingnya."

Sungguhpun saat Jungkook mengatakan jika ia sudah tidak berselera, ternyata ia salah besar ketika kenyataannya sekarang ia menjadi kelewat gemas pada sosok gadis bertubuh ramping ini.

Duduk di dalam mobil dengan tumpahan AC sambil menjilati es krim mungkin salah satu pilihan terbaik untuk bersantai di siang hari. Hanya saja ketika lalapan dingin itu sudah habis dilahap, Saehee merasa gerah di pikirannya. Khawatir jika tiba-tiba saat sampai di sekolah ia dilempar ke kolam ikan di depan ruang guru karena ketahuan berpergian di jam pelajaran bersama pria dewasa.

"Kenapa mukamu begitu?" tanya Jungkook ketika melahap padanan terakhir es krimnya.

"Kau yakin aku tidak akan bermasalah sesampainya di sekolah?"

Jungkook terkekeh, "Jadi kau sungguh tidak mengenaliku?"

Saehee pun menggeleng dan menukikkan kedua alisnya meminta penjelasan.

"Sepertinya kau harus banyak membaca buku sejarah terbaru tentang sekolahmu itu. Kau akan terkejud ketika mengetahui namaku tertulis di sana, atau paling tidak kau bisa bertanya pada temanmu yang mungkin tahu siapa aku."

"Baiklah, akan kulakukan."

Jungkook tiba-tiba menghembuskan napasnya besar, lalu menatap sejenak pada perawakan Saehee, "Kau tahu, sejenak kukira kau adalah gadis muda yang dewasa. Bagaimana bisa kau melakukan sandiwara itu semalam?" tanya Jungkook membuat Saehee kehilangan kata-kata.

Karena pada dasarnya ia hanya mengerjai Jungkook kan? "Aku tidak tahu, hanya terjadi begitu saja." jawab Saehee menunduk.

Tetapi kali ini Jungkook berubah serius dengan deru napas yang semakin tidak karuan, "Apa sekarang kau juga sedang bersandiwara?"

Spontan Saehee menggeleng antusias, "Hari ini memang sikapku yang sebenarnya. Aku hanya gadis kekanakan biasa." jawabnya tertunduk.

Jungkook mendadak mematikan AC mobil dan menatap Saehee lebih dalam lagi hingga Saehee balik menatapnya malu-malu.

"Lalu apa boleh aku melakukannya lagi?" tanya Jungkook merenggangkan dasi biru tua yang melilit lehernya hampir setengah hari lamanya.

Saehee tidak paham betul mengenai apa yang Jungkook maksudkan, tetapi ia merasa hal tersebut berkaitan dengan hal yang Saehee inginkan sedari tadi. Gadis itu pun menatap pria di sampingnya sejenak, "Lakukanlah." tutur Saehee tak sengaja menggigit bibirnya bagian dalam.

Jungkook pun mulai mengikis jarak di antara mereka hingga menciptakan rasa panas ketika napas Jungkook mulai mendarat di permukaan pipi Saehee. Tak ada rasa keberatan, Saehee pun juga mulai menghadap pada Jungkook dan menutup matanya perlahan.

Kau tahu, rok sekolah yang Saehee kenakan juga sudah basar karena ia remat dengan tangannya yang mulai berkeringat. Seperti ada sengatan listrik yang menjalar ketika rasa tubuhnya mendadak tidak karuan hingga benda kenyal dan tipis itu mengatup bibirnya secara perlahan namun pasti.

Debaran jantung keduanya memang bukan main lagi kali ini, terlepas dari baru berapa lama mereka bertemu atau apa hubungan mereka, rasanya seperti pagutan kelewat meyakinkan ketika lumatan-lumatan dengan decakan saliva itu semakin membuat keduanya hanyut. Belum lagi sebelah tangan Jungkook juga menyelinap pada rahang Saehee dan mencengkramnya seolah tidak boleh lepas.

Saehee juga bingung kenapa hal ini terjadi lagi padanya dan segenap mulai melupakan siapa kekasihnya. Begitupun dengan Jungkook.

Tetapi persetan dengan pasangan masing-masing, yang jelas ini adalah kenikmatan yang tidak akan pernah Saehee lupakan, mengecap birai seseorang yang bahkan tak ia ketahui namanya. Namun, hal tersebut menjadi daya tarik tersendiri bagi Saehee karena ia dituntut untuk merasakan penasaran luar biasa.

Ciuman mereka mulai basah seiring decakan terlampau jelas itu mengudara mendominasi bunyi di dalam mobil. Berlomba-lomba dengan suara napas yang sama-sama berebut mengais oksigen. Tidak tanggung-tanggung Saehee mulai mengalungkan tangannya pada leher berkeringat milik Jungkook dan mengikuti permainan dengan baik. Hingga tautan mereka pun terlepas dan membuat birai keduanya membengkak dengan warna matang.

"Aku tidak tahu mengapa kau lama-lama membuatku candu." ucap Jungkook di sela napasnya yang tersengal. Sembari menyibak rambut Saehee ke belakang telinga yang kini terlihat berantakan.

Saehee juga terlihat lebih malu dan memilih untuk menunduk, "Berhentilah membuatku seperti ini, Ahjussi. Tidak baik menarik ulur hati gadis sepertiku."

Jungkook mendadak menyerngit, "Manarik ulur?"

"Kau bilang tadi kau sudah tidak berselera."

Jungkook pun terkekeh, "Lalu apa artinya kau marah jika aku sudah tidak berselera?" imbuh Jungkook mulai menjauhkan tubuhnya untuk bersandar pada sandaran jok mobil.

"Kau menyukaiku Kim Saehee. Dan jangan mengelak untuk itu."

🍁

__________________

To be Continue...

Weiterlesen

Das wird dir gefallen

80.6K 1.8K 33
!Uploads daily! Max starts his first year at college. Everything goes well for him and his friends PJ and Bobby until he meets Bradley Uppercrust the...
216K 4.5K 47
"You brush past me in the hallway And you don't think I can see ya, do ya? I've been watchin' you for ages And I spend my time tryin' not to feel it"...
185K 18.8K 24
"๐™๐™ค๐™ช๐™˜๐™ ๐™ฎ๐™ค๐™ช๐™ง๐™จ๐™š๐™ก๐™›, ๐™œ๐™ž๐™ง๐™ก. ๐™„ ๐™ฌ๐™–๐™ฃ๐™ฃ๐™– ๐™จ๐™š๐™š ๐™ž๐™ฉ" Mr Jeon's word lingered on my skin and ignited me. The feeling that comes when yo...
79.3K 3.5K 20
Grosvenor Square, 1813 Dearest reader, the time has come to place our bets for the upcoming social season. Consider the household of the Baron Feathe...