CLAIR [Sudah Terbit]

By AryNilandari

181K 34K 9.6K

Seorang gadis clairtangent. Sesosok kenangan yang dihidupkan. Seorang pemuda yang luput dari kematian. Dan se... More

Dear All
Prelude
Chapter 1
Chapter 2
Soundtrack CLAIR
Chapter 3
Chapter 4
Interlude: Struk Cozy Corner
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Interlude: Potongan Tali Sepatu
Chapter 8
Trivia CLAIR
Chapter 9
Chapter 10 (a)
Chapter 10 (b)
Interlude: Robekan Agenda 1 Januari
Chapter 11 (a)
Chapter 11 (b)
Chapter 12 (a)
Chapter 12 (b)
Chapter 13 (a)
Chapter 13 (b)
Interlude: Dua Helai Bulu Angsa (a)
Interlude: Dua Helai Bulu Angsa (b)
Good News, Clairmates!
Chapter 14 (a)
Chapter 14 (b)
Tebak Plot CLAIR Berhadiah
Chapter 15 (a)
Chapter 15 (b)
Chapter 16 (a)
Chapter 16 (b)
Chapter 17 (a)
Chapter 17 (b)
Chapter 17 (c)
Chapter 18 (a)
Chapter 18 (b)
Chapter 18 (c)
Chapter 19 (b)
Chapter 19 (c)
Chapter 20 (a)
Chapter 20 (b)
Chapter 21 (a)
Chapter 21 (b)
Chapter 22 (a)
Chapter 22 (b)
Chapter 23 (a)
Chapter 23 (b)
Pengumuman Pemenang Tebak Plot Clair
To Conclude with a Promise
Random Notes Jelang Terbit
TETRALOGI CLAIR
Mari Mengulang bersama Rhea
19.09.19

Chapter 19 (a)

2K 566 76
By AryNilandari

Saat membaca suratnya, aku yakin, ia akan mengikuti prosedur yang berlaku. Mengambil kembali semua barang bukti kasus Aidan, dibantu teman lama Bunda Dhias dari kepolisian. Pembobolan tidak terpikirkan sedikit pun. Mustahil mencuri di kantor polisi yang selalu dipenuhi polisi 24/7! Kalau pembobolan terjadi juga, bukan Aidan-Shai pelakunya.

Jadi, jangan buang waktu memikirkannya. Aku menyalin instruksi ke kertas lain. Dini hari tadi, ia pasti terburu-buru sehingga menuliskannya pada kertas yang sama dengan pesan pribadi untukku. Kalau dibaca Kei dan River, identitasnya bakal jadi pembicaraan, dan sulit bagiku mengelak.

Setelah salinan beres, aku masuk ke apartemen Aidan. Tertegun untuk beberapa saat. Home is where the heart is. Ia benar. Rasanya seperti tinggal di sini. Faktanya, baru tiga kali ini aku berkunjung, sejak melihat Kei dan River berdemo di kantor polisi lima hari lalu.

"Rhea!" Kei melambaikan tangan dari meja makan yang disulap sebagai pusat operasi. Map, kertas, alat tulis, printer, dan dua laptop. Satu milik Kei, satu lagi Shai. "Kamu bawa kuncinya?"

Aku mengangguk. Menyerahkan perangkat dan kertas instruksi.

Tanpa membuang waktu, Kei menancapkan kunci pada slotnya. Laptop Shai seketika menyala dan meminta password. Pengamanan lapis pertama. Kei mengetik, blueSKY1510. "Persis seperti yang kamu lihat dalam kenangan, Rhe. Laptop ini milik kembaran Aidan, Sky Lee."

"Bagaimana kamu mendapatkan kuncinya?" tanya River.

Aku sudah siap dengan jawaban minimalis tanpa kebohongan. "Diselipkan si hoodie hitam ke tanganku selagi aku tidur."

River menjadi antusias. "Kamu lihat mukanya? Bicara dengannya?"

"Dia menolongku lepas dari Stella." Dengan singkat kuceritakan apa yang terjadi di hotel semalam. Versi yang sudah diedit, memimalisir peran Aidan-Shai. "Dia antar aku pulang, sepertinya aku dalam keadaan korslet, dan waktu aku bangun, kunci itu ada ditanganku."

"Ah, jadi kamu enggak tahu dia Aidan atau kembarannya?" River tidak menyembunyikan kekecewaan.

"Seperti biasa, dia memakai sarung tangan, menyembunyikan wajah, dan enggak pernah lama-lama memegang objek. Aku sendiri terlalu emosional, enggak menyentuh kulitnya."

Kei mengangguk, menerima jawabanku. Ia memakai headset nirkabel, menghadapi layar laptop Shai. Aku dan River duduk di kanan-kirinya. Tiga pasang mata mengamati layar 14 inci itu. Tampilannya seperti kebanyakan laptop, dengan wallpaper pemandangan langit biru. Tidak ada apa-apa di langit biru itu. Tapi instruksi kedua adalah Go to Langit. Jemari Kei bergerak lincah di atas keyboard, membuka aplikasi pencari, mengetikkan Langit, dan ia menemukannya.

Kei membaca cepat teks yang muncul di layar. "Langit ternyata tempat virtual di Internet yang diciptakan Sky Lee setahun lalu. Ia kecewa dengan kepolisian Singapura yang menurutnya rentan kebocoran. Terbukti dengan jatuhnya beberapa korban eksekusi oleh the Lark bahkan setelah kasus Big David selesai. Sky Lee melepaskan diri dari sistem perlindungan saksi SPF. Hanya satu agen yang masih ia percayai dan diberi akses kontak lewat Langit. Stella Miller. Langit juga bisa diakses oleh Aidan, adik kembarnya. Untuk pengamanan, Sky Lee membatasi pula perangkat untuk membuka Langit. Hanya tiga laptop yang terdaftar. Laptop ini, laptop Aidan, dan laptop Stella Miller." Kei bersiul. "Double tangled octopus! Luar biasa, bukan? Aku enggak menyangka."

"Ada apa di Langit?" tanya River.

"Dokumen, rekaman suara, foto, video, dan chat room. Nanti aku cek satu-satu dan bikin ringkasannya," sahut Kei. "Sekarang aku ikuti dulu instruksi berikutnya. Go to Langit ke-7. Itu chat room khusus Sky Lee dengan Stella Miller. Memerlukan password tersendiri untuk bisa naik ke setiap tingkatan. Pada langit ke-7, Bot Asisten muncul, dan aku harus mengajukan pertanyaan apa saja tanpa kata 5W+1H dalam waktu kurang dari 5 detik. Kalau salah atau terlambat, aku bakal ditendang dan sistem shut down otomatis. Hmm, cerdas! Baik! Aku masuk sekarang."

Jemarinya bergerak lagi di atas keyboard. Layar berubah-ubah saat Kei memasukkan password demi password sesuai instruksi, hingga Bot Asisten pun muncul. Kei mengetikkan pertanyaan pendek dengan cepat, "Am I cute?"

Layar mendadak hitam.

"Apa yang salah? Kamu ditendang?" River panik. "Dia enggak suka pertanyaanmu? Ya ampun, cute kayak gimana lagi yang disuka Bot?"

Dalam situasi lain, aku dan Kei akan tertawa mendengarnya. Sekarang hanya ada cemas. Kei menggeleng-geleng. "Aku sudah ikuti instruksi. Tidak menyebut kata pantangan 5W+1H pada Bot Asisten." Ia menunjuk kertas salinan, suaranya ragu.

Aku terkesiap. Apakah aku keliru menyalin? Bagaimana kalau harusnya bertanya dengan What, Who, When, Where, Why, atau How?

Tapi saat itu, kelip biru muncul di layar. Kei bersorak. Kalimat-kalimat terketik sendiri di kanan bawah. "Hello Sky Lee, welcome back. It's been 20 days 5 hours 20 minutes since your last access. May I help you?"

Sesuai instruksi selanjutnya, Kei meminta berbicara dengan Stella Miller. Dijawab, Stella Miller sedang tidak online, akses terakhirnya 15 hari 2 jam 37 menit lalu.

"Sekarang tanggal 20 Desember, berarti Sky Lee terakhir online di awal bulan, persis waktu kutemukan laptop ini tergeletak di meja belajar Aidan," kata Kei, menggosok-gosok pipi. "Aku mengira ini laptop rusak milik Aidan dan Bunda Dhias melupakannya. Jadi, kusimpan di dalam laci."

"Sky Lee bisa mengambilnya kalau mau, tapi enggak dilakukan. Karena bakal ketahuan kalau dia ke sini." River menjentikkan jemari.

"Sky Lee atau Aidan sendiri." Aku mengingatkan. "Sky Lee bisa menyaru sebagai Aidan dalam kehidupan nyata, berarti Aidan juga bisa menggantikan Sky Lee berbicara dengan Stella Miller. Aidan punya akses ke Langit. Iya kan, Kei?"

Kei hanya memandangku, tidak memberikan respons yang kuharapkan. Aku menepiskan perasaan tidak enak karenanya. "Kita perlu Stella asli sekarang. Bagaimana menyuruh dia online?"

"Setelah Sky Lee menghilang, Stella masih mengakses Langit selama lima hari. Tidak dijawab. Mungkin ia meninggalkan pesan dan petunjuk. Aku coba cari dulu. Kalian berdua menyingkirlah! Aku perlu konsentrasi."

River mengajakku duduk di sofa, siap kalau sewaktu-waktu dibutuhkan, dan bisa mengamati Kei pula. "Kei itu aslinya computer-geek. Mau main basket karena Aidan. Good for him, badannya jadi berkembang juga. Kapan-kapan aku tunjukkan foto dia waktu SMP, kurus kecil, really nerdy."

"I hear you!" seru Kei.

River cekikikan. Mengurangi volume suara. "He's so cute."

Aku tersenyum. Kei berhasil keluar dari bayang-bayang Aidan, dan River benar-benar melihatnya sekarang. Gadis itu duduk memeluk lutut, berbicara padaku tapi sambil terus menghadap ke dapur.

"Di saat Aidan sadar benar jadi rebutan dan bersikap netral pada semua cewek, Kei selalu ada untukku. Hanya untukku. Aku tahu itu sejak lama, tapi malah sibuk menunjukkan pada cewek-cewek, akulah yang spesial bagi Aidan. Kei bahkan membantuku meraih Aidan. Tapi kamu sudah tahu, gimana jawaban Aidan. Semalam, Kei akhirnya bilang, enggak akan mengalah lagi pada Aidan ataupun kenangannya. Ya, Kei confess, tapi minta aku jawab nanti saja, kalau sudah berhasil membersihkan nama Aidan."

"I am happy for you two," kataku, tahu benar, River bisa menjawab Kei sekarang, kalau mau.

River mengangguk. "Jangan khawatir, kalian berdua juga akan baik-baik saja. Dia cerdas, pasti bisa keluar dari masalah."

Kalimat River netral untuk Aidan ataupun Shai. Tapi aku membaca yang tersirat. River sudah condong pada salah satunya. Seperti Kei. Dan itu membuatku tidak nyaman. Aku mengakhiri percakapan. Lebih baik membaca diary Aidan, atau berbicara dengan kenangannya dalam pikiran.

Dua-duanya tidak bisa kulakukan dengan tenang. Kei mulai berisik, berkali-kali menyerukan pujian untuk Sky Lee. Saat River mendekat, ia mengusirnya. "Aku perlu waktu sedikit lagi. Sky Lee, you're amazing. Stella memang meninggalkan pesan. Oleh sistem Langit langsung dienkripsi. Instruksi terakhir bilang, in case of emergency, break the glass. Peringatan umum, pecahkan kaca dalam keadaan darurat. Sama sekali enggak mencurigakan. Sky Lee membuat animasi sederhana untuk screen saver. Ada jendela, aku sudah pecahkan kacanya, and nothing happened ...."

Aku dan River saling pandang. Tidak mengerti sedikit pun apa yang diocehkannya. Kei sibuk lagi dengan keyboard. Wajahnya nyaris menempel di layar.

"Wah, itu jebakan!" Kei tiba-tiba berteriak lagi. Tertawa sendiri. "Aku tahu sekarang! Kaca yang dimaksud berkaitan dengan basket. Keranjang basket profesional biasanya ditanam pada kaca padat. Aku harus lempar kaca itu dengan bola. Yes! I am in! I love you, Sky Lee. Kamu tahu aku pintar! Tapi aku mau berguru sama kamu! Nah, sekarang muncul nama-nama pebasket untuk kunci. Hmm ... aku harus pilih salah satu. Ada favoritku di sini, pebasket legendaris Indonesia, Liem Tjien Siong. Tapi Aidan punya favorit sendiri. Aku harus pilih yang mana?"

"Pilih favoritmu!" Aku begitu yakin. Instruksi itu ditulisnya untuk Kei, bukan tanpa alasan.

"Yakin?" Kei bimbang. "Soalnya kalau salah, aku enggak bakal bisa masuk lagi."

"Ya!" Aku sudah mendekat.

Secara dramatis Kei mengklik pilihannya ... lalu berdiri, mundur, seakan takut sesuatu akan terjadi pada layar ... dan muncul kelip biru itu lagi. Kei melompat sambil memekik. "Tepat! Kamu benar, Rhe! Wah! Sky Lee seperti kenal aku saja. Oh ya ampun, tentu saja, dari Aidan, atau waktu dia berperan sebagai Aidan! Aduh, aku tersanjung."

"Jadi apa hasilnya?" River melongok ke layar. "Nomor ponsel Singapura? Seheboh itu hanya untuk menyembunyikan nomor ponsel?"



------ lanjut part b -----------------

Continue Reading

You'll Also Like

288K 16.7K 26
PART TIDAK LENGKAP! (Terbit di Orinami Publisher) REVISI PENULISAN DAN TANDA BACA DI VERSI CETAK. Jadi maaf bila menemukan banyak kesalahan yang tida...
198K 31.2K 40
Ikuti perjalanan melalui ide ini dalam segala bentuknya saat tiga puluh penulis dari Program Stars Wattpad mengeksplorasi kisah tentang cerita semasa...
26.1K 2.4K 29
Semalam yang membekas di ingatan😋 #POOHPAVEL ONLY OKE💋
405K 58.3K 100
Mau nyinyirin pengguna wattpad, tapi gua juga pengguna wattpad. Hmmm.