PEMBALASAN ANDARA [Moving]

By nadyasiaulia

34.6K 1.1K 493

"Aku bukan orang baik buat kamu." Diputuskan dengan sebuah sms dan dengan alasan superklasik, membuat Andara... More

MUKADIMAH
PROLOG
1. Chill! It's Only Chaos
2. I Didn't Lose
3. The Architect
5. The Wolves
FUN FACT ANDARA
NEW COVER
EPILOG

4. Queen Of Darkness

1.2K 134 69
By nadyasiaulia

"Saya ini Ratu Segala Tega."

Mungkin Andara salah mengiakan tawaran Kin, tetapi tawaran itu tidak akan datang dua kali. Jadi, setelah tertegun beberapa saat, Andara akhirnya mengangguk. "Benar, ya?" tanyanya ke Kin.

Kin mengangguk yakin, membuat sebuah ide dari kepala Andara keluar lagi. Dia mengangkat ponselnya ke arah mereka berdua, mengajak Kin swafoto. Tanpa menolak, Kin bersedia menampilkan berbagai macam ekspresi yang seragam dengannya. Ada ekspresi mencibir, mengerucutkan bibir seperti bebek juga menjulurkan lidah. Andara sampai tergelak melihat hasilnya. "Kin, muka lo mirip kodok Zuma!"

"Weits! Jangan panggil Kin lagi dong."

"Jadi?"

"Beb, gitu."

"Tokai!" Andara terkekeh. Meski mengumpat, dia menyetujui ide gila Kin. "Iya, Bebi. Iya."

Cowok itu seperti bergidik geli mendengar panggilan Andara kepadanya. Padahal dirinya sendiri yang memberi ide.

Hujan mulai mereda, tetapi tawa mereka berdua masih menggema, mengalahkan hujan. Kin dan Andara sibuk bercerita apa saja, mulai dari ternyata sama-sama suka bermain biliar dan boling sampai dengan musisi juga DJ favorit.

"ZoukOut tahun ini dateng nggak lo?" Sebagai salah satu pencinta pesta, Andara tidak melewatkan acara pesta pantai terbesar di Asia selama dua tahun terakhir.

"Bareng?" tawar Kin. Lokasi ZoukOut yang berada di Pulau Sentosa, Singapura bisa dikunjungi dengan memakan waktu sekitar satu jam dari tempat tinggalnya.

"Boleh, boleh. Beliin tiketnya juga nggak papa," ujar Andara yang dibalas dorongan di kepalanya oleh Kin. Andara tertawa senang membayangkan betapa meriahnya pesta dengan tambahan personil baru. Dia sampai lupa kalau hujan sudah berhenti. "Eh, udah reda. Gue kuliah dulu. Thanks, ya, Beb."

Dia melambai ke Kin setelah turun dari mobil, juga tersenyum berseri-seri mengiringi kepergian cowok itu. Dengan pengajuan Kin tapi setidaknya dia tidak perlu repot-repot memikirkan cari pengganti Buana. Ada Kin, teman baiknya yang bersedia menjalankan skenario.

Kin baik banget, deh! Andara bersenandung senang menuju kelas. Sebelum langkah Andara menjauh, sebuah tangan sudah menariknya ke ujung koridor.

"Sengaja ngehindar?" Buana sudah menjulang di samping. Cowok berkemeja kotak-kotak dengan kaus polos di dalamnya itu terlihat memperhatikan sekitar sebelum membawa Andara ke tepi.

Andara melepaskan cekalan Buana sebisanya. "Maaf. Siapa, ya?" tanyanya angkuh.

Buana tersenyum kecil yang lebih mirip cibiran. Kepalanya terangguk-angguk. Gengsi cowok itu terlihat sekali dari caranya menjawab reaksi Andara. "Yakin nggak kenal? Padahal dulu sering bilang cinta."

Bola mata Andara berotasi. Bukan hanya nama hewan berkaki empat yang ingin disebutkannya saat ini, seluruh hewan melata, hewan tidak bertulang belakang dan hewan berkaki banyak pun ingin sekali dilontarkan ke depan muka cowok itu. Akan tetapi, meladeni Buana hanya menghabiskan energi saja. Andara memilih mengabaikan Buana dan pergi, tetapi ini bukan parkiran mal, Buana dengan mudah mengejarnya lagi. Cowok itu bahkan menarik lengannya dengan kasar.

"Luar biasa ya pake acara siram-siram?! Kamu tau aku gimana kan, Ra?!" Tepat setelah ucapan itu, tangan Buana melingkar dan mencekiknya, mendorong tubuh Andara terhimpit dinding.

Andara tidak diam. Hubungannya dengan Buana sudah berakhir jadi dia tidak perlu mengalah seperti dulu, tidak ada yang perlu dijaganya lagi, baik perasaan Buana ataupun perasaannya sendiri. Lehernya terasa tercekat dan sulit sekali bernapas. Andara menekuk lutut dan menendang selangkangan Buana hingga cekikan di lehernya lepas dan cowok itu terpekik ngilu.

"Saya tidak merasa kenal Anda dan tidak ingin kenal dengan Anda," ujarnya tegas. Andara tidak peduli ada beberapa mata yang menoleh ke mereka saat sedang lewat. Malu tidak menghasilkan apa-apa dan tidak ada malu dalam kamus seorang Andara, malu hanya membikin seseorang mati.

Andara sempat menoleh ke sekeliling, meneliti apakah Buana mengikutinya. Aman. Cowok itu memilih menyelamatkan masa depannya yang nyaris hilang karena tendangan Andara.

Cuma ditendang, belum dipotong! Andara terkekeh pelan. Dia masuk ke kelasnya dan meletakkan tas, mengeluarkan tugas yang akan dikumpul nanti.

Rupanya Buana benar-benar tidak tahu malu. Cowok yang baru masuk di kelas itu sengaja mengambil kursi tepat di sampingnya, juga menarik kursi itu merapat ke arahnya. Andara melirik gusar, dia hendak pindah tetapi tangan Buana menahan dan sialnya dosen mulai memasuki ruang kuliah.

Andara menyentak tangan Buana pelan agar tidak kentara oleh yang lain. "Ngapain sih lo?" desisnya.

"Masalah?" Buana seakan tidak peduli. Dengan luwesnya dia mengambil kertas polio Andara dan membacanya.

"Buat sendiri! Nggak usah nyontek, Prof. Taufik pasti baca," ujarnya sambil menarik kembali kertas polio.

"Kamu kalau marah tambah cantik."

Jika dahulu kalimat Buana itu dapat meluluhkan hatinya, tidak untuk kali ini. Andara berdengkus kasar. "Makasih! Lo orang ke seribu enam ratus tiga puluh yang ngomong itu ke gue hari ini."

"Kesatunya siapa?"

Pertanyaan Buana malah menimbulkan ide-ide buruk di benak Andara. Dia mengucap asal sebuah nama sambil tersenyum manis. "Kin."

"Dari awal aku udah menduga, kamu memang ada apa-apa sama si Kin-Kin itu." Lirikan Buana terlihat tidak bersahabat. Cowok itu meremas pena yang dipegangnya.

Andara dapat merasakan kemarahan Buana, kemarahan yang membuatnya semakin senang. "Ada apa-apa, kek. Nggak ada apa-apa, kek. Urusan apa sama lo?" bisiknya agar tidak disadari dosen yang lagi berbicara di depan.

"Sebusuk-busuknya bangkai ditutupin bakalan tercium juga."

Tawa lirih Andara terlepas. Kalimat Buana itu cocoknya untuk perilaku cowok itu sendiri, bukan perilaku dia. Dia tidak ada hubungan apa-apa dengan Kin. Dia tidak pernah bermain api seperti Buana dengan Nina. Ternyata bukan cuma cewek yang suka playing victim, cowok juga.

"Nggak ngaca!" Dia meraih semua buku lalu berpindah ke kursi lain yang kosong. Prof. Taufik sedang mengotak-atik laptop sehingga gerak Andara tidak disadari. Dia tidak bisa menghadapi Buana tanpa strategi, yang ada hanya membuatnya emosi dan berbuat gegabah. Andara perlu konsentrasi dan menyiapkan setiap tameng untuk menampilkan kemilaunya di depan Buana. Mantan yang mencampakkan harus dibuat menyesal, bagaimanapun caranya. Orang yang membuang harus tahu artinya kehilangan. Dunia perlu penyamarataan, dan pembalasan adalah salah satu cara menyamaratakan kehidupan.

Setelah kepindahannya, Andara diam-diam membuka ponsel. Dia mengunggah swafotonya bersama Kin di Instagram, di Snapgram, di status WhatsApp. Dia tidak membuat caption panjang, hanya mengirimkan tanda hati di sana dan mematikan kolom komentar.

Mampus kau, Buana!

***

"Duduk, duduk." Rossa menyambut Andara dengan raut simpati. Mereka bertemu di kantin Fakultas Ekonomi seperti biasa. Cewek itu memang kuliah di sana, dari Rossa jugalah Andara tahu kalau Buana sering berkunjung ke situ. "Gimana ceritanya? Coba cerita. Gue ngasih tau lo bukan mau ngompor-ngomporin, Chu. Aduh, kok kayak gini sih jadinya."

Rossa terlihat panik. Cewek itu meneguk minuman dingin yang ada di meja. "Jadi benar si Buana masih belum move on dari mantannya itu?"

Andara mengambil napas. Dia baru sampai dan baru saja duduk, tetapi sudah diberondong pertanyaan menyelidik khas perghibahan.

"Chu, cerita kali." Rossa menyalakan rokok dan mengamati Andara dalam-dalam. Cewek itu memang memanggil Natha dan Andara dengan panggilan sayang 'Buchu', yang menurut Rossa sih berarti sayang —entah dari bahasa apa.

"Apaan? Ya, gitu. Putus, Cha." Andara mengangkat bahunya.

"Ih, anjrit. Gue jambak juga si Nina itu. Jadi cewek kok kegatelan amat, ya. Dasar pelakor! Otaknya tumpul!" Rossa menarik kemejanya sampai lengan. "Terus, si Kin itu siapa?"

Meski dekat dengan Natha dan Andara, beberapa bulan ini Rossa jarang ikut berkumpul atau dugem. Pacar baru Rossa menguasainya dan anehnya Rossa menuruti saja. Rossa juga tidak ada saat Natha bertemu dengan Kin dan mengenalkan cowok itu kepadanya.

"Temennya si Natha." Andara memajukan badan dan berbisik, "Pura-pura pacaran sama gue."

Rossa tertawa, behelnya sampai terlihat. "Cakeeeep! Gitu, dong. Mati satu tumbuh sejuta, Chu! Cowok berengsek itu cuma pasir-pasir di lautan, tinggalin aja, bagusan cari berlian."

"Mana ada berlian di atas tanah?!" dengkus Andara.

Rossa masih terkekeh. "Makanya, gali terus sampe dapat!"

Rossa, cewek itu adalah salah seorang yang selalu mengajarkan Natha dan Andara kalau cinta bukanlah cinta jika tanpa harta. Dalam hidup seorang cowok, komposisi yang berpengaruh adalah harta, tahta, wanita. Jadi jika cowok hendak mendapatkan wanita, dia harus mengorbankan hartanya dan menjadikan sang wanita bertahta bersama. Lagi-lagi, Andara masih belum mengerti Rossa berguru di gua mana tentang ajaran itu. Pacar baru Rossa adalah seorang hacker  sukses, dan Rossa selalu kebagian enaknya; dapat ponsel terbaru, jalan-jalan berlibur, belanja ke sana kemari. Ya, tapi seenak-enaknya cewek itu, bagi Andara, Rossa tak ubahnya seperti burung dalam sangkar emas. Cewek itu bisa bebas hanya saat kuliah. Kadang-kadang, Rossa pura-pura kuliah supaya bisa bermain dengan Andara dan Natha. Mobil Rossa seperti dipasangi GPS oleh pacarnya, kemana Rossa pergi, cowok itu selalu tahu.

"Sssstttt." Rossa menggerakkan mata, memberi kode. Seorang cewek dengan dua orang temannya terlihat memasuki kantin ini. Rossa memang tidak sekelas dengan Nina. Rossa anak Manajemen, sedangkan Nina anak Akutansi.

Pandangan Rossa dan Andara terpaut, berusaha menyatukan ide yang ada. Dan, seperti mengerti, Andara mencari-cari sesuatu di tasnya. Dia menemukan sebuah kaus yang tersimpan, biasa menjadi cadangan siapa tahu dia tiba-tiba menginap di studio. Kaus ini milik Buana. Cowok itu selalu memberi label tersendiri untuk kaus-kaus kesayangannya. Ada huruf B di leher, representasi nama Buana.

"Eaaaaa..." Rossa menyembunyikan tawanya yang hampir menggema. "Kuy!" ajaknya kepada Andara.

Mereka berdua beranjak dari meja di pojokan, menuju tempat di mana Nina dan gengnya berada. Rossa mengambil kaus di tangan Andara, berjalan beberapa langkah lebih dahulu dan menegur Nina. "Nina, ya?" sapanya ramah.

Nina menaikkan pandangan, menatap penegurnya. Cewek itu mengangguk pelan, masih memperhatikan Rossa. Rossa yang putih dan tinggi seperti model memang selalu menarik perhatian, tidak terkecuali bagi sebagian cewek.

Rossa mulai tersenyum manis. "Ini, gue cuma mau nitip ini." Disodorkannya baju Buana ke arah Nina. "Titip baju ya buat Buana. Bilang sama Buana, 'Baju, celana dan kolor-kolornya juga masih banyak di rumah temen gue. Ambil aja sana daripada dibakar atau dijadiin kain lap.'"

Nina menegang, dua temannya terkesima. Andara mendekat ke arah Rossa. Rossa menoleh dan merangkul Andara. "Lagian temen gue ini udah dapat yang lebih baik dari Buana. Ambil aja ampas itu buat lo!"

Andara tersenyum ketika Rossa menariknya untuk menjauhi Nina. Dia menghentikan langkah Rossa untuk berbicara sebentar ke Nina.

"Nin, cuma mau kasih tau." Andara menempelkan bibirnya ke telinga Nina agar tidak didengar yang lain. "Goyangannya kurang oke."

Tanpa memedulikan Nina yang memucat, Andara melangkah pasti bersama Rossa, menertawai kejailan mereka tadi dan muka Nina yang sesuai prediksi. Deru khas motor Buana terdengar saat Rossa dan Andara di parkiran. Mereka lekas masuk ke mobil baru Rossa dan mobil itu bergerak maju, menipiskan jarak dengan motor Buana.

"Bentar, kita lihat dulu. Kayaknya seru, nih."

Kedipan Rossa dijawab anggukan oleh Andara. Benar saja, tak lama, datang Nina ke arah Buana. Cewek itu melempar kaus tadi ke Buana dan terlihat ngambek. Buana yang tidak terima dilempar Nina terlihat tegang. Mereka tidak menyadari sedang ditontoni dua orang yang sangat berbahagia melihat keributan itu.

"Taruhan, yuk. Pasti ini cewek nangis," ujar Rossa.

"Hilih! Udah pasti, rapuh kayak lidi-lidian pedas gitu," sambar Andara. "Taruhan, Cha. Pasti ditinggalin Buana sebentar lagi."

Rossa terkikik. "Nggak usah taruhan juga gue udah hafal. Sifat laki lo kalo marah emang begitu, kambeng! Lo tadi ngemeng apa sampe muka cewek itu pucat banget kayak dapet strip dua?"

"Lho?! Ya jelas, kan gue medusa! Bisa mematuk dari segala arah." Andara menepuk dadanya. Dia melirik Rossa. "Tadi gue bisikin, 'goyangannya kurang oke'."

"Anjriit!" maki Rossa tidak menyangka Andara akan berkata seperti itu.

"Masih mending, tadi kalo ada kondom, mau gue sisipin di tangan dia terus bilang, 'sisa kondom kami, siapa tau lo perlu'."

"Sadiiiis!" Tawa Rossa meledak. Dia juga menunjuk motor Buana yang berjalan menjauh, meninggalkan Nina di parkiran. Tawa mereka berdua semakin menjadi. "BTW, emang goyangan Buana payah, ya, Chu?"

Kedip-kedip di mata Rossa kembali ingin tahu. Rossa memang selalu terbuka menceritakan bagaimana pengalamannya bersama pasangan-pasangannya, tetapi Andara tidak seperti itu.

"Chu! Elah, udah mantan juga kali, woy!"

"Gue nggak dengar. Gue nggak dengar."

"Buana sukanya gaya apa? Missionaris, doggy style atau spooning?" Rossa memicing, bibirnya tersenyum-senyum.

"Kupu-kupu!" jawab Andara asal.

"Eh, jangan salah lo. Gaya kupu-kupu juga ada! Tangannya di meja, kakinya naik ke atas," sambar Rossa kembali tertawa. Cewek itu menjalankan mobil ke arah gerbang kampus, hendak mengantar Andara pulang.

"Terserah lo. Kadang gaya kupu-kupu, kadang gaya bebas, gaya punggung, gaya kodok."

"Renang itu, bego!"

"Ya, itukan juga berenang. Proses berenangnya sperma menuju indung telur."

Rossa tertawa dan memuntahkan makian lagi, tetapi tak lama muka cewek itu berubah serius. "Eh, Chu. Kawanin gue ke Obgyn, yuk?"

Ajakan Rossa seperti petasan di telinga Andara. "Apa lo bilang?"

"Gue telat seminggu, nih," tambah Rossa pelan, sementara Andara yang bergantian memuntahkan makian.

🔥🔥🔥

Mengerti kan kenapa 18+ cerita ini?

Continue Reading

You'll Also Like

2.8M 41.1K 29
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...
371K 1.9K 15
Warning ⚠️ 18+ gak suka gak usah baca jangan salpak gxg! Mature! Masturbasi! Gak usah report! Awas buat basah dan ketagihan.
2.8M 300K 50
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...
1.8M 87.6K 55
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...