JEDA - Slow Update

Autorstwa AbelJessica

1.7M 54.5K 5.4K

JEDA - JessJessica. Więcej

My most beautiful someone
I'm doing this for me.
What A Lovely Little Mess I've Made
Excuse Me, Which Level Of Hell Is This?
Go Wild For A While.
But, darling, I can play your game too
Maybe I should give up
Aku capek.
InterMezzo
Kalindi Sara Ft. Kasena Sadeli
BUKAN UPDATE
InterMezzo (2)
THE END!
InterMezzo (3)
InterMezzo 4
InterMezzo (5)
InterMezzo (6)
InterMezzo (7)
InterMezzo (8)
InterMezzo (10)
InterMezzo (9)
InterMezzo (11)
InterMezzo (12)
INTERMEZZO (13) : Jeda ft. Raquel
InterMezzo (14)
Eyes On Me!
Gema Masa Lalu
InterMezzo (15)
InterMezzo (16)
InterMezzo (17)
InterMezzo (18)
InterMezzo (19)
InterMezzo (20)

One day? Or day one? You decide, baby.

39K 3.5K 84
Autorstwa AbelJessica

"No matter how busy you are, if you really care, you will always find the time for someone." - Anonymous.
**


Kaivan Manggala : Tau ngga kenapa aku sering manggil kamu anak tuyul?

Kaivan Manggala : Karena kamu memang mirip tuyul :p

          Mungkin ini yang keenam kali dalam waktu setengah jam, namun meski sadar kalau Arun mulai memperhatikan, Indi tetap tak bisa menahan diri untuk kembali menghela napas.

          Sudah setengah jam sejak Kai mengirimkan balasan atas pesannya semalam, namun jangankan merespon, tersenyum pun Indi tak mampu. Pesan yang seharusnya menerbitkan rasa geli itu nyatanya terasa datar, hingga Indi bertanya-tanya, apa yang salah? Apakah karena butuh waktu hampir tiga belas jam sampai Kai membalas pesannya? Atau karena pemuda itu tak menanggapi kata rindunya?

          Indi bukan tak sadar kalau hubungannya dengan Kai jauh dari kata romantis. Berbagi kata sayang dan rindu adalah sesuatu yang jarang mereka lakukan sejak pertama kali menjalin hubungan. Sifat kikuk Indi menyulitkannya untuk bersikap manis apalagi menghujani Kai dengan kata-kata cinta, pun si pemuda yang tak terlalu sering mengutarakan isi hatinya.

Tapi sekaku apapun sifat Indi, tak pernah sekalipun ia mengabaikan saat-saat berharga ketika Kai mencoba menunjukkan kasih sayangnya. Hal yang sama berlaku dengan Kai yang akan menggoda Indi tanpa ampun, tiap kali gadis itu memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaan. Karena itu mendapati Kai mengabaikan dan tak menanggapi kata rindunya, membuat Indi bertanya-tanya, mungkinkah rindunya terlalu membuncah, hingga hatinya gelisah hanya karena Kai memilih untuk tak menggodanya?

           Setelah Indi pikirkan kembali, ia memang tak sering bertemu dengan Kai belakangan ini. Perbedaan tempat menuntut ilmu, ditambah padatnya kegiatan masing-masing, membuat mereka kesulitan menemukan waktu yang tepat untuk berkencan. Berbicara lewat telepon pun mereka jarang, hanya saling mengirim kabar lewat pesan, yang terkadang baru terbalas setelah sekian jam. Dengan pertimbangan itu akhirnya Indi memberanikan diri untuk mengirim pesan tentang keinginannya untuk bertemu dengan Kai.

Kalindi Sara : Malam minggu ke sini Kai?

Kaivan Manggala : Telat, Ndi, aku udah di-booking orang lain.

Kaivan Manggala : Malam jumat gimana?

Kalindi Sara : Memangnya aku setan, diapelin malam jumat?!

Kaivan Manggala : Tuyul kan kamu? :p

Kaivan Manggala : Setan dan tuyul memang gitu, Ndi, pacarannya malam jumat.

Kalindi Sara : Memangnya malam minggu ada acara apa?

Kaivan Manggala : Biasa, dengan anak-anak PA.

Kaivan Manggala : Malam jumat kita jalan.

Kaivan Manggala : Ok?

Kalindi Sara : Yaudah deh.

Kaivan Manggala : Ok, aku kelas, ya.

Kaivan Manggala : Nanti ngobrol lagi.

Kalindi Sara : Ok.

          "Ndi! Indi!"

          Bisikan bernada cempreng itu sukses mengagetkan Indi yang sedang melamun. Celingukan gadis itu menoleh ke arah pintu kamar, hanya untuk menemukan Andrea, yang kini melambai-lambaikan tangan ke arahnya.

          "Kenapa Mbak?"

          "Siapa deh itu?"

          "Yang mana?"

          "Ke sini makanya!!"

          Meskipun dengan raut wajah jengkel, Indi tetap beranjak turun dari kasur, untuk menghampiri Andrea yang sepertinya sudah melupakan pertikaian mereka semalam. Sebagai penghuni kos dengan usia paling banyak, Andrea memang selalu berusaha menempatkan diri menjadi pelindung bagi yang lain. Gadis itu tak pernah keberatan kalau salah satu dari mereka datang untuk sekedar mengadu, meminta nasihat atau bahkan meminjam sedikit uang sampai kiriman datang. Indi menghargai kebaikannya meski tak jarang kesal kalau Andrea sudah memulai hobi tak bergunanya yang menyebalkan itu ; bergosip.

          "Apaan sih Mbak?"

          "Lihat cowok bening yang duduk di depan Arun?" Andrea berbisik dengan mata tertuju pada pemuda yang dimaksudkannya, "Kamu kenal dia siapa?"

          "Temannya Arun kan?"

          "Namanya?"

          "Hah?"

          "Namanya siapa?"

          "How could I know, Mbak?" balas Indi mulai gemas, "Tanya Arun dong."

          "Ganteng ya," tiba-tiba Andrea kasmaran, "Nggak nyangka si tomboy punya kenalan bening gitu."

          Biasanya Indi hanya akan berlalu untuk menanggapi komentar tak penting seperti itu, namun kali ini ia tidak bisa menahan dirinya sendiri untuk berkata, "Kalau temannya Arun, berarti lebih muda daripada Mbak kan?"

          "Ya, terus?" balas Andrea galak, "Memangnya cuma cowok yang boleh punya cewek lebih muda? Kita cewek juga boleh punya pacar berondong kali, Ndi!"

          "Bukannya lebih asik kalau seumuran?" Indi tak sadar sudah mengungkapkan pendapatnya, "Lebih nyambung kalau ngobrol."

          "Kayak kamu dengan Kai?" untuk pertama kalinya Andrea mengalihkan pandangan dari pemuda yang sedari tadi dipelototinya, "Sejak kapan sih kalian?"

          "SMA," balas Indi dengan suara pelan, tiba-tiba merasa kalau ia sudah bicara terlalu banyak.

          "Lama juga ya," komentar Andrea yang disambung dengan kalimat, "Semoga langgeng ya kalian."

          "Makasih, Mbak."

          Andrea tersenyum saja, sepertinya paham kalau Indi tak ingin membahas kehidupan pribadinya. Indi sudah hampir bersyukur untuk sikap peka gadis itu, namun tiba-tiba saja Andrea mencengkeram tangannya sambil berkata, "Ayo kita samperin Arun."

          "Ngapain?!"

          "Minta dikenalin dengan teman-temannya."

          "Gila aja," tolak Indi sambil berusaha menarik tangannya, "Ngapain juga, Mbak?"

          "Yang bening begini rugi kalau sampai dilewatkan," balas Andrea sambil menyeret Indi dengan penuh nafsu, "Setidaknya salaman juga boleh deh."

          "Terima kasih banyak, tapi Mbak aja. Lagipula aku udah punya Kai," balas Indi mulai tersengal karena diseret dengan semena-mena.

          "Kenalan doang boleh kali, Ndi," balas Andrea menolak untuk mendengar protes juniornya itu, "Lagipula, yakin banget ya, kalau Kai nggak pernah kenalan dengan cewek lain di luar sana?"

          Indi hampir tersungkur karena kalimat itu, tapi Andrea tidak menyadari akibat dari ucapannya, karena dengan ceria gadis itu justru melanjutkan nasihatnya, "Kamu itu masih muda, Ndi, baru juga sekali pacaran. Jangan cepat-cepat pasang kacamata kuda, ah, nanti menyesal karena baru sadar kalau ternyata banyak cowok yang lebih ganteng daripada Kai di luar sana."

          Indi sudah tak mendengar ucapan Andrea selanjutnya, karena kepalanya sudah dipusingkan oleh kalimat gadis itu sebelumnya. Lagipula, yakin banget ya, kalau Kai nggak pernah kenalan dengan cewek lain di luar sana?

***

          "Radeva."

          "Andrea."

          "Yang bengong itu Indi," kemudian satu tepukan di bahu, "Ndi? Sadar, Ndi."

          "Hah?"

          "Diajak kenalan malah bengong."

          Menggaruk tengkuk yang tiba-tiba terasa kaku, Indi mengangguk malu pada teman Arun yang masih mengulurkan tangan, "Kalindi. Panggil aja Indi."

          "Kalindi?" pemuda yang mengaku bernama Radeva itu mengangkat alis dengan raut penasaran, "Sungai suci?"

          "Maksudnya?" Andrea tak paham, namun rugi kalau tak menyahuti pemuda ganteng yang membuatnya kasmaran.

          "Arti namaku," Indi menyahuti, "Kalindi artinya sungai suci."

          "Oh ya?" berbeda dengan Andrea yang berbasa-basi, Arun jelas tertarik dengan pengakuan Indi barusan, "Tahu dari mana Dev?"

          "Pembawa kebahagiaan," bukannya menjawab rasa penasaran Arun, Radeva justru melemparkan pandangan teduh pada gadis tomboy itu.

          "Apaan?" Arun tak paham.

          "Radeva," si pemuda tertawa, "Artinya pembawa kebahagiaan."

          "Siapa?"

          "Aku. Namaku."

          "Tanya?"

          "Dih," Andrea melemparkan tatapan jijik pada lelucon jadul Arun.

          Radeva sendiri tak terlihat tersinggung dengan tanggapan judes Arun. Sebaliknya pemuda itu melemparkan senyum maut yang membuat Andrea merona sedangkan Indi salah tingkah. Ia sudah akan angkat bicara untuk mencari alasan agar dapat melarikan diri dari keadaan tidak nyaman itu, namun kalah cepat dengan Radeva yang tiba-tiba saja melemparkan umpan ke tengah-tengah mereka, "Malam minggu ada acara?"

          "Nggak,"

          Indi langsung mengusap wajah begitu Andrea menyahuti pertanyaan yang jelas-jelas ditujukan pada Arun itu. Untung saja Radeva tetap tersenyum ramah ketika melemparkan pancingan berikutnya, "Boleh mungkin ya, sesekali kita ke luar bareng?"

          "Boleh, boleh! Asyik."

          Indi tahu seharusnya ia menyeret Andrea yang sukses merusak pendekatan yang dilakukan si pemuda terhadap Arun, namun terlalu malu bahkan hanya untuk mengangkat kepala. Tapi dasar Radeva pantang menyerah, dengan ramah pemuda itu menawarkan, "Pergi bareng-bareng seru juga kayaknya. Ajak pasangan masing-masing juga boleh."

          "Aku jomb....,"

          Kali ini Indi berhasil menyelamatkan harga diri semua orang dengan membekap Andrea sebelum gadis itu mengatakan hal yang lebih memalukan. Sambil mempererat bekapannya pada sang senior, gadis itu melemparkan penolakan dengan cengiran, "Mungkin lain kali, Dev. Temanku sedang banyak kegiatan belakangan ini. Dia cuma punya waktu luang di malam jumat, dan aku nggak mau membuat kalian ikut-ikutan jadi pasangan horor."

          Radeva jelas-jelas tak mau melewatkan operan itu, karena berikutnya ia langsung berusaha menjebak Arun yang terlihat tidak peduli dengan drama di depannya, "Apa boleh buat, mungkin kali ini memang harus berdua aja dengan Arun."

          "Kalau cuma berdua nggak seru," tolak Arun mentah-mentah, "Malam jumat aja, bareng dengan Kai."

          "Eeeeeh?"

          Bahu Radeva terkulai, namun ia tetap mengangguk, "Ya udah, malam jumat aja kalau gitu."

          "Tapi....,"

          Penolakan yang sudah berada di ujung lidah Indi tertelan kembali karena pandangan memelas yang dilemparkan Radeva padanya. Sepertinya pemuda itu sudah putus asa dalam usahanya untuk menaklukkan Arun, sampai bersedia menerima tawaran apapun, termasuk berkencan di malam jumat. Pemikiran itu membuat Indi tak tega dan akhirnya menganggukkan kepala, "Oke deh kalau gitu."

          Senyum lebar yang dipamerkan Radeva kemudian menghapus sedikit dari rasa kecewa yang sempat mewarnai hati Indi. Kegigihan pemuda itu membuat Indi teringat pada dirinya sendiri, yang tetap berusaha membagi sedikit dari waktu luangnya untuk dihabiskan bersama Kai karena hubungan mereka penting baginya.

          Senyuman Indi pupus ketika tersadar akan pemikirannya sendiri. Sebagai mahasiswa tingkat akhir, Indi paham kalau ia tak punya banyak waktu luang untuk disia-siakan, namun ia selalu berusaha menyempatkan diri untuk menemui Kai. Adalah Kai yang sering kesulitan menyisihkan waktu untuknya. Apakah itu berarti hubungan mereka tak masuk ke dalam urutan prioritas Kai? Karena kalau dirinya dan hubungan mereka penting bagi Kai, pemuda itu juga pasti bisa meluangkan sedikit dari waktunya untuk dibagi dengannya bukan?

          Indi mengembuskan napas kuat-kuat untuk mengusir sesak yang tiba-tiba menghampiri karena pemikiran menyakitkan itu. Diyakinkannya diri kalau Kai benar-benar sedang sibuk dan bukannya mengabaikan hubungan mereka. Pemuda itu bahkan berusaha untuk tetap datang, guna menggantikan kealpaannya di malam minggu, karena itu Indi memilih untuk percaya kalau Kai tidak akan melukainya. Mereka sudah bersama untuk waktu yang sangat lama dan Indi memilih untuk percaya kalau Kai tidak akan menyakitinya.

**

Czytaj Dalej

To Też Polubisz

388 102 8
📌 Episode 1-8 available ✅ Semenjak menolak pernyataan cinta Prasatya delapan tahun yang lalu, Nadira tak bisa melupakan lelaki itu meskipun kini mer...
1.2M 152K 42
Sudah dihapus untuk kepentingan penerbitan. Terima kasih 💛 ** Tulisan ini dilindungi oleh UU RI HAK CIPTA. Berdasarkan ketentuan UNDANG-UNDANG...
558K 55.5K 34
" She's a troubled girl." Dewa " He is a psycho-stalker!!" Nala Dewa, siswa beasiswa kelas tiga SMA Angkasa yang mempunyai segudang prestasi dan sela...
217K 13.7K 20
"Nggak mungkin setiap orang meluangkan waktunya 24/7 untuk seseorang, Andira. Kamu jangan mimpi." Kata-kata itulah yang justru membuat seorang Andira...