Jangan Datang Lagi, Cinta!

By Ratu_Molly

13.7K 2.6K 2.9K

FOLLOW SEBELUM MEMBACA Theo Dirgantara. Kehilangan cinta pertamanya, perempuan yang dulu memberinya sebuah di... More

baru?
01
02
03
04
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19

05

823 199 188
By Ratu_Molly

R I N D U   K E M B A L I

Pembaca yang baik, jangan lupa di Vote, komen, dan share agar teman-teman kalian ikut baca cerita ini❤

💌💌💌

"Masuk? Enggak? Masuk? Enggak?"

Seperti biasanya, sekarang Gebby sudah berada di depan kelas bertuliskan XII Ips1. Gebby mengembuskan napasnya. Di atas lantai keramik polos berwarna putih gadis itu terus mondar-mandir, bingung antara masuk atau tidak.

Rasanya sangat sulit menerima semuanya. Setelah kejadian kemarin saat Theo memintanya untuk tidak muncul lagi di hadapannya, kemudian pergi begitu saja tanpa melihat mata Gebby yang memerah membuat keberanian Gebby menghilang.

Jujur, rasanya Gebby ingin pergi seperti kata Theo. Namun, ia sudah melangkah terlalu jauh. Hampir tiga tahun Gebby  mendekati Theo. Walaupun tak acuh, tapi Gebby yakin suatu saat nanti Theo akan luluh.

"Iiih, Chika bantuin aku dong!" Chika mengedikan bahu. Jari-jari lentiknya bergerak lincah di atas ponselnya sambil tersenyum geli, tak menghiraukan Gebby yang sedari tadi merengek meminta bantuan.

"Ayolah Chik, mana yang katanya sahabat?" 

"Ge, lo kan tau gue benci banget sama Theo. Sok ganteng!" ketus chika, "lagian buat apa sih lo kasih dia makanan tiap hari, sedangkan buat lo makan aja harus kerja dulu."

"Kali ini aja. aku janji deh, ini yang terakhir aku kasih Theo sarapan."

"Setiap lo minta bantuan gue juga bilangnya ini yang terakhir," jawab Chika malas.

"Beneran ini yang terakhir."

"Oke, ini yang terakhir. Besok-besok gak ada yang namanya sarapan buat Theo!"

"Iya, besok aku kasih dia makan siang."

Chika melotot mendengar jawaban Gebby. "Masuk aja lo sendiri!"

"Iya, iya, bawel."

Mereka berdua berjalan berdampingan. Berbanding terbalik dengan Chika yang melangkah santai, perempuan di sampingnya kini terlihat cemas, memikirkan perkataan pedas apa lagi yang akan dilontarkan Theo kali ini.

Dengan sedikit ragu Gebby tetap mengikuti langkah Chika, mendekati bangku yang terlihat kosong. Gebby menghela napas lega, beruntunglah dirinya karena ternyata hanya ada beberapa murid saja di dalam kelas Theo.

"Cepat taruh kalau lo gak mau ketahuan." Gebby mengangguk, menaruh kotak berwarna kuning itu di atas meja Theo.

"Ngapain lo di situ?"

Deg.

Tuh, kan. Sudah ia duga pasti nasib sial akan kembali muncul. Suara yang sangat familiar itu menggema di ruang kelas. Gebby membalikan tubuhnya menghadap ke sumber suara, menatap wajah datar Theo sekilas lalu kembali menunduk.

"A-aku cuma mau kasih makanan," ujar Gebby gugup.

"Buang aja! Gue gak suka makanan dari orang asing!" ketus Theo

Tidak terima sahabatnya diperlakukan seperti itu, Chika langsung menyahut tidak kalah pedas. "HEH. KALAU LO GAK SUKA MAKANAN DARI GEBBY JANGAN SEENAKNYA LO NYURUH DIA BUANG! LO GAK TAU, KAN, GIMANA PERJUANGAN DIA BUAT NGASIH LO MAKANAN TIAP HARI?! PIKIR PAKE OTAK! TUNJUKIN KALAU LO EMANG PINTER!"

"Turunin tangan lo!"

Kemarahan Theo meledak saat perempuan di depannya ini tetap melayangkan jari telunjuk ke arahnya. Theo melangkah maju mendekati Chika, tatapan keduanya sama-sama tidak kalah tajam.

Gebby meringis memperhatikan Chika yang tetap menantang Theo tanpa rasa takut. Berbeda dengannya yang hanya bisa menunduk, menggigit bibir dalamnya. Bahkan keringat saja tidak berhenti jatuh di pelipisnya.

"Aaaww."

Arsen yang melihat Theo mencengkram tangan Chika langsung berusaha memisahkan keduanya. "Lepas Yo, dia cewek."

"Karena dia cewek makanya cuma dapat ginian, kalau dia cowok udah abis dia sama gue!" ujar Theo masih belum melepaskan cengkraman tangannya.

Sementara Arsen memisahkan Theo dan Chika. Yoan berinisiatif menenangkan Gebby yang sudah menangis, merasa bersalah karena dirinya penyebab keributan yang terjadi.

Andai bisa memutar waktu, rasanya Gebby ingin kembali ke masa lalu. Di mana ia belum mengerti arti cinta, belum mengetahui rasanya sakit, saat ia belum bertemu dengan Theo.

"Bodoh, bodoh, bodoh!"

Gebby memukul kepalanya, merutuki kebodohannya telah merengek seperti anak kecil agar Chika membantunya.

Tapi, Gebby lupa kalau Chika tidak akan tinggal diam jika sahabatnya dibentak, dicaci, ataupun dihina.

"Berhenti salahin diri lo Ge. Lo gak salah." Yoan mengusap pundak Gebby lembut.

"A-aku salah Yan, seharusnya aku biarin Chika nunggu di luar."

Tak tahan melihat air mata yang sudah membanjiri wajah perempuan di sampingnya, Yoan langsung memeluk Gebby erat.

"Yan, apa aku salah karena suka sama Theo?" tanya Gebby dengan suara rendah tapi masih bisa terdengar jelas di telinga Yoan.

"Lo gak salah Ge," ujar Yoan mencoba menenangkan Gebby.

"Gue kasih saran ke lo, mending lo move on aja dari Theo. Gue yakin kok, di luar sana banyak yang sayang sama lo, Ge. Lo itu beda, lo cantik, baik, pinter. Lo berhak bahagia. Apa mau sama gue aja? Gue jamin kalau lo pacaran sama gue, gue bakal tobat jadi playboy."

Tersadar dengan apa yang terjadi, Gebby langsung memukul dada bidang Yoan.
"Ih, Yoan modus."

Yoan terkekeh, "ALHAMDULILLAH REJEKI ANAK SOLEH."

Gebby beralih menatap mereka bertiga yang juga menatap Gebby tak percaya. Baru kali ini mereka melihat Gebby berpelukan dengan seorang cowok. Apalagi, cowok itu adalah Yoan Andrea.

"Cih, Murahan!" cerca Theo menatap Gebby sinis.

Gebby memaksakan senyumnya, sudah biasa rasanya ia mendengar perkataan pedas cowok itu.

Gebby melangkah menghampiri Chika yang sedang mengelus tangannya yang memerah. "Ayo Chik. Aku gak papa kok."

"Yo, kamu gak suka, kan, makanan dari aku? Aku minta maaf, ya? Karena udah ngeganggu kamu tiap hari, udah buat kamu marah juga tiap hari. Aku janji mulai hari ini aku gak akan ganggu kamu lagi."

Gebby tersenyum lembut namun rapuh, matanya memancarkan kekecewaan, bibirnya bergetar disetiap kata.

"Makasih udah biarin aku suka sama kamu selama ini. Aku minta maaf. sekarang, gak ada alasan lagi untuk aku tetap ngejar kamu, Yo." Setelah berkata seperti itu Gebby menarik tangan Chika menjauh dari ketiganya.

"Makasih sarannya Yan." Yoan tersenyum sebagai balasan.

"Satu lagi. Itu makanan terakhir dari Gebby, kalau lo gak suka buang aja kaya biasanya. Tapi, kalau lo masih punya otak seenggaknya lo mikir gimana Gebby rela gak makan demi kasih lo sarapan," jelas Chika kemudian menyusul Gebby yang sudah berada di luar kelas.

Theo mengernyit. "Gak makan demi ngasih gue? Dia nya aja yang bodoh!"

"Emang gak punya otak kawan lo, bro."
Yoan berdecih sedangkan Arsen geleng kepala melihat sikap sahabatnya.

💌💌💌

Theo membuka perlahan kelopak matanya, pandangannya menerawang langit-langit kamarnya. Sesaat perkataan seseorang terlintas, mengusik pikirannya.

"Walaupun gue tau siapa cewek yang ngasih diary itu, gue gak akan bisa kasih tau siapa namanya, Yo. Karna gue udah janji sama dia, tapi dengan lo berada di dekat Utari, gue pastiin lo bakal ketemu sama cewek itu."

Theo terus memutar otaknya, memikirkan apa maksud perkataan Devano. Berada di dekat Utari akan membawa dirinya kepada gadis yang dulu membuatnya tersenyum? Cih, bahkan sampai sekarang ia belum juga bertemu dengan gadis itu.

Ia beranjak dari kasurnya, perlahan tapi pasti Theo membuka laci yang ada di sudut ruangan. Theo tersenyum kecut menatap benda yang selalu ia simpan. Ia meraih diary berwarna jingga yang sepertinya didesain secara khusus oleh sang pemilik, mengingat terdapat logo yang sangat asing di bagian bawahnya.

Theo tersentak ketika ponselnya berdering, menandakan seseorang menelponnya. Siapa yang menelponnya malam-malam seperti ini? Dasar pengganggu! Awas saja kalau ternyata Yoan atau Arsen yang mengganggunya.

Tanpa melihat display si penelepon Theo langsung memencet tombol hijau. Baru saja ia ingin memarahi sahabatnya karena telah mengganggu dirinya, suara seseorang sudah terlebih dulu membuat Theo bungkam.

"Buka pintu!"

Theo mengerutkan keningnya saat menyadari bahwa jelas ini bukan suara Yoan maupun Arsen.

Theo hanya diam namun ia tetap membuka pintu kamarnya.

"Kita ketemu lagi, sayang?"

💌💌💌

T
B
C

Salam sayang,
Molly❤

Continue Reading

You'll Also Like

6.3M 270K 58
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
5M 268K 60
Dia, gadis culun yang dibully oleh salah satu teman seangkatannya sampai hamil karena sebuah taruhan. Keluarganya yang tahu pun langsung mengusirnya...
906K 65.6K 36
Aneta Almeera. Seorang penulis novel legendaris yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwany...
5.1M 382K 54
❗Part terbaru akan muncul kalau kalian sudah follow ❗ Hazel Auristela, perempuan cantik yang hobi membuat kue. Dia punya impian ingin memiliki toko k...