faster than a wedding

By andirananda

1.9M 61.5K 1.4K

Nalani Lituhayu, gadis yang baru saja memasuki masa SMA-nya harus kehilangan mimpinya karena hamil di luar ni... More

chapter 1
chapter 2
chapter 3
chapter 4
chapter 5
chapter 6
chapter 7
chapter 8
chapter 9
chapter 10
chapter 11
chapter 12
chapter 14
chapter 15
chapter 16
chapter 17
chapter 18
chapter 19
chapter 20
chapter 21
chapter 22
chapter 23
chapter 24
chapter 25
chapter 26
epilog

chapter 13

65.7K 2K 37
By andirananda

Radina baru saja selesai mandi dan membereskan peralatan sekolahnya. Tidak pakai pikir panjang, Radina langsung ke ruang makan karena perutnya sudah lapar.

“Lah, Nalani mana?” tanya Radina.

Madina langsung over reacting dan menatap Radina dengan mata bling-bling.

“Tadi sih masih tidur, kalo mau bangunin aja sama kamu,” jawab ibu Radina.

“Oh. Nggak usah lah,” kata Radina lalu duduk di hadapan Madina.

Ayah Radina yang sudah siap pergi ke kantor merasa ada yang kurang di meja makan. “Nalani mana?” tanyanya begitu ia menyadari kalau Nalani tidak ada di kursi yang biasa ia duduki.

“Belum bangun,” jawab ibu Radina.

“Tumben sekali,” kata ayah Radina, lalu memandang Radina.

“Apa, Pa?” tanya Radina.

“Coba liat ke kamarnya,” jawab ayahnya.

“Yeee kan lagi tidur.”

“Orang seperti Nalani itu nggak bisa bangun siang, dia lebih suka tidur siang tapi paginya bangun.”

“Siapa tau lagi bangun siang sekarang.”

“Nggak, Rad. Kalau Nalani belum bangun itu tandanya dia sakit.”

“Kalau nggak?”

“Papa bakalan ngasih uang jajan kamu dua kali lipat.”

Radina langsung berlari ke kamar Nalani karena semangat akan mendapat uang jajan dua kali lipat. Ia langsung membuka pintu kamar Nalani dan menemukan Nalani masih tertidur.

“Nal...” panggil Radina.

Nalani tidak menyahut, ia masih tertidur. Radina mendekatinya dan mengecek suhu tubuhnya.

“Anjir, panas!” seru Radina dan memegangi tangan kanannya yang digunakan untuk memegangi kening Nalani.

Radina memegangi leher dan lengan Nalani, semuanya panas. “Lo sakit lagi, Nal?” keluhnya.

Nalani menggigil dan Radina menghembuskan napas dengan berat. Sepertinya membawa ia ke tempat skating adalah kesalahan yang sangat fatal, terlebih Nalani juga suka mandi malam-malam.

***

Radina sudah benar-benar lelah hari ini, tadi di sekolah tenaganya terkuras karena tiga ulangan berturut-turut, ketiganya mendadak, dan tidak ada contekan sama sekali. Belum lagi stres di jalan setelah pulang dari rumah sakit yang macetnya ampun-ampunan.

Begitu tiba di rumah, Radina langsung ingin mandi dan tidur tapi ia melihat Nalani sedang tertidur di pangkuan ibunya ketika Radina berjalan menuju ke tangga.

“Lah, gak tidur di kamar?” tanya Radina.

“Ini juga baru tidur,” jawab ibunya.

“Haaah?”

“Kata Bi Muas kerjaannya muterin rumah. Udah tau badan panas, takut tidur katanya. Belom lama Mama dateng terus Mama tanya, tapi jawabannya ngelantur dan dia cuma bilang ibu terus yo wes Mama suruh tidur di pangkuan Mama aja dan hasilnya dia tidur.”

Radina mengangguk paham dan segera mandi baru makan malam. Kali ini ia menemukan Nalani sedang dipeluk ibunya.

“Nggak, nggak, cuma mimpi...” kata ibu Radina sambil mengelus punggung Nalani.

“Kenapa lagi?” tanya Radina.

“Sssttt!” ibunya masih berusaha menenangkan Nalani.

Mata Nalani terlihat basah dan wajahnya merah seperti udang rebus. Sepertinya panasnya sudah sangat tinggi sehingga pikirannya terganggu.

“Makan dulu ya, dikit aja,” kata ibu Radina, berusaha membujuk Nalani yang sulit makan.

Radina yang sudah tidak tahan dengan rasa laparnya segera mengambil makanan dan makan dengan lahap. Baru setelah rasa laparnya menghilang, ia datang mendekati ibunya yang masih mengurusi Nalani yang tiba-tiba jadi aneh semenjak kena demam begini.

“Mama makan aja dulu, Nalani biar Radina yang urus,” kata Radina.

“Bener?” tanya ibu Radina.

“Bener,” jawab Radina.

“Lan, makannya sama Radina ya,” kata ibu Radina.

Nalani langsung menggeleng, terlihat sekali ia menolak mentah-mentah ide itu.

“Nal, Mama juga mau makan,” kata Radina.

“Makan aja di sini,” kata Nalani.

Radina dan ibunya langsung terkejut mendengar perkataan Nalani barusan. Ternyata ia bisa juga berkata seperti ini setelah sekian lama yang ia lakukan hanya berkata ‘iya’ atau mengangguk.

“Tapi Lani ikut makan atau nggak Mama tinggal,” kata ibu Radina.

Nalani mengangguk.

Hasilnya, Nalani jadi makan setelah diberi opsi begitu oleh ibu mertuanya. Lama sih ngunyahnya, tapi yang penting makan. Manja sekali dia saat sakit panas, padahal saat hamil ia terbiasa sendirian dan tidak banyak mengeluh.

“Besok kalo masih sakit ke dokter ya,” kata ibu Radina.

“Nggak mau,” kata Nalani

“Kalo sakit terus nanti gak bisa jenguk Adnan loh,” kata Radina.

“Adnan?!” seru Nalani.

“Adnan?” ibu Radina bingung dengan nama itu.

“Mau ke dokter ya? Sekarang aja deh jangan besok. Kalo besok sembuh kan bisa jenguk Adnan,” kata Radina.

Tiba-tiba Nalani mengangguk. Ibu Radina terkejut dibuatnya.

“Adnan siapa?” tanya ibu Radina.

“Si bayi,” jawab Radina.

Ibu Radina mengangguk paham.

***

Keesokan harinya suhu tubuh Nalani sudah turun dan sikapnya berubah drastis dari yang kemarin. Sekarang ia kembali menjadi si pendiam yang penurut lagi. Dokter kemarin bilang kalau ia bisa menyusui meski sedang demam karena kalau tidak justru anaknya akan sakit. Wajahnya langsung berseri-seri mendengar perkataan itu dari dokter dan kini ia sedang menyusui si kecil Adnan. Radina sendirian menemui Dokter Kelly.

“Lusa bayinya sudah bisa dibawa pulang, “ kata Dokter Kelly.

“Bener, Dok?” Radina berusaha memastikan.

“Ya, apa mau ditinggal di sini aja?” tanya Dokter Kelly.

“Jangan dong, Dok...” jawab Radina kepada dokter senior itu.

“Rawatlah baik-baik. Kalau hasil monitoring tetep bagus, besok pagi juga boleh dibawa pulang. Kasian juga kan jauh dari kamu,” kata Dokter Kelly.

“Makasih, Dok,” kata Radina.

 Radina tidak bilang apa-apa pada Nalani mengenai kabar ini. Ia justru memilih bilang pada ibunya saja dan tanpa disangka ayahnya mendengar.

“Papa yang jemput, kamu sekolah aja,” kata ayah Radina.

“Haaaah Papa?!” Radina sendiri merasa ia salah dengar.

“Kenapa? Gak boleh?” tanya ayahnya.

“Emang Papa gak kerja?” Radina balik bertanya.

“Kamu pikir Papa apaan kerja terus? Elektron yang mengitari inti atom?”

Memang susah kalau bicara dengan ayahnya yang tidak suka bercanda bagi Radina, perumpamaan saja pakai elektron dan inti atom.

“Bukan, tapi current asset yang lebih menyerupai fixed asset,” kata ibu Radina.

Radina tidak mengerti dengan perumpamaan ibunya.

“Maksudnya,  Ma?” tanya Radina.

“Masuk aja di kelas Mama waktu Mama ngajar di kampus. Eh, nggak deng, Mama lagi ngajar PPh di kampus,” jawab ibunya.

“Jadi Papa yang jemput Adnan?” tanya Radina lagi, memastikan.

“Papa gak pernah narik perkataan papa,” jawab ayahnya.

*** 

Raut muka Nalani menjadi lebih bahagia ketika ia mendengar kalau anaknya boleh dibawa pulang setelah ditinggal di rumah sakit dalam waktu yang lama. Ia selalu menemani anaknya dengan setia ketika di rumah. Saat makan malam dan semua anggota keluarganya berkumpul, Adnan menjadi perhatian.

“Kecil banget sih,” kata Madina sambil mengelus-elus pipi keponakannya.

“Nanti juga gede,” kata ibu Radina.

“Eh iya, udah dikasih nama?” tanya Madina.

“Udah,” jawab Radina.

“Siapa?”

“Adnan.”

“Adnan apa?”

Radina terdiam. Adnan apa ya? Ia tidak memikirkan hal itu.

“Adnan aja? Kamu hidup di zaman mbahmu dulu?” tanya ayah Radina.

“Adnan apa, Nal?” tanya Radina.

Nalani mengangkat bahunya.

“Adnan Mulawarman, biar kayak Radina Mulawarman gitu?” tanya Madina.

“Nggak, terlalu berat namanya kasian,” jawab ayah Radina.

“Adnan Mulya aja,” ibu Radina memberi saran.

“Lah kasian dong kalo dua kata kan harus pake nama ayahnya di paspor,” celetuk Madina, kepikiran akan hal itu padahal keponakannya saja belum tentu bisa ke luar rumah apalagi ke luar negeri.

“Adnan Nata Mulya. Singkat, nggak bakalan keberatan nama,” kata ayah Radina.

“Mau, Nal?” tanya Radina.

“Terserah,” jawab Nalani.

“Sini Papa gendong,” kata ayah Radina.

Nalani menyerahkan Adnan kepada ayah mertuanya.

“Kalo abis ngerokok, Papa sama Radina gak boleh langsung gendong Adnan. Harus kumur dan ganti baju dulu baru boleh gendong,” kata ibu Radina.

“Ribet amat kali, Ma,” kata Radina.

“Mama gak bakal biarin cucu Mama jadi third hand smoker,” kata ibunya.

Ayah Radina menatap cucunya yang sedang menatapnya. “Eeeh, udah bangun?” tanyanya.

Adnan mengerjap-ngerjapkan matanya.

“Cepat besar ya,” kata ayah Radina.

Adnan mangap-mangap, seperti membalas perkataan kakeknya. Ayah Radina segera mengajak main cucunya dan ia sukses membuat cucunya itu tertawa. Madina dan ibunya juga turut mengerubungi si mungil Adnan.

“AAAA!” Madina menjerit.

Ternyata Adnan muntah dan Madina merasa jijik karenanya, padahal muntahnya hanya sedikit dan tanpa disangka ayah Radina mengelap muntah Adnan dengan tangannya sendiri sampai membuat Nalani kagum.

“Lan, bawa ke kamar aja ya. Kalo ada apa-apa bilang ke Bi Muas,” kata ibu Radina.

Nalani mengangguk dan membawa Adnan ke kamarnya.

***

Radina sedang tertidur lelap sampai akhirnya ia terbangun karena suara tangisan bayi yang tidak begitu keras namun sukses membuatnya terbangun dini hari seperti ini. Radina berusaha tidur lagi tapi tangisan anaknya menganggu sekali sehingga ia membuka connecting door dan menemukan kalau Nalani sedang berusaha menenangkan anaknya dengan menggendongnya.

“Nal, pengen susu kali,” kata Radina dengan mata sipit, saking beratnya membuka mata karena ia sudah mengantuk parah.

“Nggak mau dia,” kata Nalani sambil menepuk-nepuk punggung Adnan.

“Tanya Bi Muas gih.”

“Nggak usah.”

“Tapi aku gak bisa tidur kalo dia nangis gini.”

“Kamu jangan tidur di kamar kalau gitu.”

Radina langsung membuka matanya, ia pikir ia bermimpi tapi ternyata tidak dan Nalani benar-benar menyuruhnya. Radina menggaruk kepalanya.

“Sssttt,” Nalani berusaha menenangkan anaknya.

“Aku aja yang gendong,” kata Radina.

Nalani ragu ketika Radina mengambil alih Adnan. Baru saja Adnan berpindah tangan, Adnan langsung menangis lebih kencang dari sebelumnya.

“Adnan kenapa sih? Maunya apa?” tanya Nalani dengan suara super lembut.

Isakan Adnan mereda begitu diajak bicara oleh ibunya.

“Mau diajak ngomong? Bosen, iya? Ih, masih kecil udah ngerti diajak ngomong. Pinter... Yang sehat ya, cepet gede ya,” kata Nalani.

Adnan tertawa apalagi ketika Nalani memainkan pipinya. Radina sudah tidak bisa tidur karena melihat keakraban istri dan anaknya itu.

“Nal, aku mau gendong lagi,” kata Radina.

Nalani menyerahkan Adnan pada Radina dan membetulkan posisi tangan Radina agar Adnan bisa nyaman berada di gendongannya.

“Haloooo, siapa ini? Adnan ya? Lagi apa?” tanya Radina.

Adnan tertawa.

“Ganteng deh kayak bapaknya,” kata Radina, kelewat narsis.

Nalani mengerutkan keningnya sementara Adnan tertawa-tawa.

“Papa mau bobo, Adnan juga ya,” kata Radina.

Nalani menatap Radina tidak percaya.

“Mama juga mau bobo, makanya Adnan juga bobo. Siapa yang mau ngajak main? Eyang? Eyang juga udah bobo. Papa nyanyi ya,” kata Radina.

Nalani semakin tidak percaya ketika ia mendengar Radina dua kali menyebut kata ‘Papa’ untuk dirinya sendiri. Radina mulai bersenandung, untung suaranya bagus sehingga tidak memekakan telinga pendengarnya. Lama-lama Adnan tertidur di gendongan ayahnya.

Entah mengapa rasa kantuk yang tadi melanda Radina datang lagi ketika melihat Adnan yang tertidur, ia juga merasa lebih tenang. Nalani turut menguap karena ia juga mengantuk.

Radina menidurkan Adnan di dalam boksnya. Tidur Adnan sama sekali tidak terganggu ketika ia sudah tidur di boks. Kini yang ada tinggal kecanggungan Radina.

“Nal,” panggil Radina.

Nalani tidak menyahut, ia sudah tertidur di sofa dekat boks Adnan. Radina mengambil selimut dan menyelimuti Nalani. Ia segera kembali ke kamarnya.

I’m going crazy. Kid, wife...” Radina mengeluh sambil menatap langit-langit kamarnya.

No sex allowed. Udah gila gue,” tambah Radina.

Radina memeluk gulingnya dan merasa dirinya sudah benar-benar gila karena kehadiran Nalani dan anaknya. Selagi melamun tidak jelas, ada pesan + foto dari Surya.

Surya : Man, lo kemana aja? Liat party malem ini dan lo bakal nyesel parah

Radina menatap foto yang dikirim oleh Surya lalu membalasnya.

Radina : Lusa gue pasti dateng ke partynya si Fany.

Surya : Ciyuuuus? Hukuman lo udah beres?

Radina : Not sure but I’ll try

Surya : Good. A man has to do what a man has to do

Radina : As in clubbing?

Surya : And getting drunk and changing girls and having fun with em. Lo gak bosen apa jomblo tiap malem diem di rumah? Udah banyak yang bening nih dan lo juga mulai terlupakan gara-gara pasif

Radina : Kalo gitu siapin buat gue satu. Gue butuh having fun with em nih. Cuma game ya. Cari aja yang sama-sama pengen happy

Surya : Beneran mainan? Oookay

 

Radina merasa kalau dirinya yang sekarang bukanlah dirinya yang sebenarnya, maka dari itu ia memutuskan untuk beraktivitas seperti dia yang dulu. Ia tahu kalau ia sekarang punya istri, tapi ia juga perlu memuaskan dirinya setelah sekian lama terkekang oleh kehadiran Nalani. Persetan dengan status suami-istri yang ia sandang sekarang. Ia hanya butuh bersenang-senang ASAP.

***

halooooo! setelah bermanis-manis ria, Radina justru mangkir dari pernyataannya yang kemaren. lanjutannya gimana yaaa? bingung saya juga. maunya gimana dong?

jangan lupa vote sama comment-nya yaaaa. makasih udah nyempetin baca dan nunggu updatenya =)

thank you banget yang jadi fans *selalu terharu

Continue Reading

You'll Also Like

1.6K 139 15
Cerita usaha ketua gang motor DRAXION arnala sagamartha bumi aksara buat dapetin satu gadis cantik moonie clarisa nathaline Usaha dan niat bumi kali...
1.1M 52.5K 66
Follow ig author: @wp.gulajawa TikTok author :Gula Jawa . Budidayakan vote dan komen Ziva Atau Aziva Shani Zulfan adalah gadis kecil berusia 16 tah...
6.6M 335K 74
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...
3.3M 179K 38
Siapa yang tak mengenal Gideon Leviero. Pengusaha sukses dengan beribu pencapaiannya. Jangan ditanyakan berapa jumlah kekayaannya. Nyatanya banyak pe...