Imam Dalam Tahajud (Completed)

Por Miyumyy012

17K 987 27

Rank 2 #tahajud Sejauh apapun kaki melangkah, sejauh apapun kita menemukan orang baru, Allah pasti akan mempe... Más

pengenalan (revision)
1.) Kesal (revision)
2.) Kasar (revision)
3.) Berbohong (revision)
4.) Gangster (revision)
5.) Pindah? (revision)
6.) Mimpi? (revision)
8.) Mellow (revision)
9.) Pengakuan (revision)
10.) Kehilangan (revision)
11.) Pemakaman (revision)
12.) Sekolah Baru (revision)
13.) Bertemu (revision)
14.) Asrama Putra (revision)
15.) Hukuman Bersama (revision)
16.) Suara Merdu (revision)
17.) Rindu (revision)
18.) UKS (revision)
19.) Surat Maaf (revision)
20.) Salah Paham (revision)
21.) Dia Zeyn? (revision)
22.) Makam (revision)
23.) Fikri atau Azam (revision)
24.) Batu Kecil
25.) Surat Misterius (revision)
26.) Pondok Lagi (revision)
27.) Kampus & Dosen Baru (revision)
28.) Siapa Pria itu? (revision)
29.) Fakta Sebenarnya (revision)
30.) Zeyn Hadir (revision)
Info IDT
31.) Terima & Hadir
32.) Zawjati
33). Trauma
34.) Pengakuan Dion
35.) Kampus
36.) Cinta yang tepat
37.) Zawji
38.) Fitnah
39.) Salah Paham
40.) Pasangan Kalung
41.) Akhir Cerita

7.) Kabar baik & buruk (revision)

364 20 0
Por Miyumyy012

Sudah satu minggu Misya menjalin hubungan dengan Dion. Sekolah gentar melihat kedekatan antar keduanya.

Bahkan banyak anak-anak yang tak menyangka Misya berhasil merobohkan tembok besar yang dimiliki Dion, sulit dipercaya jika dulu Misya yang selalu mencari Dion kini Dion yang selalu ingin berada di dekat Misya.

Bahkan tak jarang keduanya berpelukan mesra di depan umum, membuat semua anak-anak yakin dan percaya kalau memang keduanya sudah menjalani hubungan.

Saat ini Misya sedang duduk di tengah-tengah rooftop, awalnya ia selalu ragu ke rooftop karena phobia ketinggian, tapi belakangan ini Dion selalu membiasakan dirinya.

Belakangan ini ia sering ke rooftop hanya untuk bertemu dengan Dion. Meski sudah resmi pacaran, Misya masih membatasi hubungannya dengan Dion. Yang berani ia lakukan hanya memeluk dan dipeluk.

Tapi ironisnya penampilan Misya semakin minim, semenjak ia pacaran dengan Dion, ia selalu ingin terlihat cantik dan seksi agar Dion tidak berpaling lagi padanya.

Memang salah, tapi Misya akan berusaha akan melakukan hal yang menarik perhatian Dion agar tak kehilangan sosok yang selama ini ia kejar.

Dalam satu minggu ini ia sangat senang karena bisa menjadi kekasih Dion, tapi ia juga sedih mengingat Zeyn masih terbaring  di rumah sakit, sudah 3 minggu lebih Zeyn tertidur.

"Aku mencarimu di kelas, kenapa kau disini? Apa kau tidak membaca pesanku?"tanya Dion yang baru datang dan berhasil memecah lamunan Misya.

"Hah a..apa, kamu bilang apa?"tanya Misya melongo terkejut melihat kedatangan Dion.

Dion menghembuskan nafasnya pelan lalu ikut duduk di samping Misya.

"Kenapa kau disini? Bukannya aku sudah mengirim pesan di wa, kalau kita ke ruang musik hari ini dan makan disana, tapi aku menunggumu kau tidak juga datang jadi aku mencari mu di kelas, tapi tidak ada, tau-taunya kau disini."

Misya tersenyum mendengar kalimat panjang dari Dion. Misya memeluk Dion dari sampingnya.

Dengarkan? Mencari Misya? Dulu apa Dion mencari Misya? Tidak!!

Bahkan untuk menatap Misya saja tidak, tapi kini? Memang benar yah kalau Allah itu maha membolak-balikan hati manusia, pikir Misya.

"Maaf, ponselku low, ya udah kita kesana yuk."Misya melepaskan pelukannya dan berniat berdiri, tapi Dion menahan tangannya.

"Tidak usah, sebaiknya kita makan disini saja."

Misya mengangguk patuh.

           **

Pulang sekolah Misya pergi ke kelas Dion.

"Yang... mau ikut aku jenguk Zeyn ga?"tanyanya manja.

Dion yang baru saja mengemasi alat tulisnya pun menatap Misya yang kini duduk di bangku sampingnya.

"Ngga, aku--"

"Ayo dong, aku mohon kali ini aja. Lagian kenapa sih kamu ga pernah mau jenguk Zeyn? Dia sahabat aku loh." Rengeknya manja.

Dion menghela napasnya kasar, lalu mengangguk pasrah berhasil membuat wajah Misya berbinar. Lagi pula, Zeyn juga belum sadarkan diri.

"I love you more..."ujar Misya kekanakan, Dion hanya mengacak rambut Misya lembut.

"Ya udah yuk berangkat." Dion menarik tangan Misya dan menggenggamnya berjalan keluar. Misya tersenyum menatap tangan Dion yang menggenggam lembut tangannya.

"Kau belum membalas ucapan cintaku." Misya pura-pura marah, sementara Dion terkekeh kecil. Tanpa permisi Dion langsung mengecup pucuk kepala Misya.

"Ini cukupkan?"tanyanya menggoda, mendapatkan perlakukan seperti itu Misya melototkan matanya tak percaya. Ini kali pertamanya, mendapatkan kecupan meski hanya di pucuk kepalanya.

"Kau--"

"Kenapa? Kau masih belum puas? Mau di pipi atau di bib--"

"Yang jangan ngomong gitu, aku geli ih." Misya menarik tangannya. Melihat reaksi Misya Dion tertawa terbahak-bahak membuat Misya berhenti melangkah.

"Eum, pacarku tidak mau dicium hemm?"Dion merangkul pundak Misya, namun ditepis.

"Aishh, kau semakin membuatku penasaran." Dion berdiri tegap dihadapan Misya, matanya menatap Misya begitu lekat, sementara Misya memalingkan wajahnya.

"Bukannya dulu kau selalu mengejar ku hemm? Dan ini gaya pacaranku, kau harus--"

"Aku tidak mau!"sela Misya tegas.

"Aku tahu kau selalu melakukan hal seperti ini pada pacarmu yang sebelumnya, tapi tidak denganku. Tidak semudah itu!"

"Jika kau mau, nikahi aku."

Dion tersenyum lebar mendengar itu, lalu mensejahterakan tingginya, Misya menatap Dion yang menatapnya dengan tatapan lekat.

"Kau mau menikah sekarang hem?"

Misya mundur selangkah, tak ia sangka, ia malah terjebak dengan Dion. Kedua Pipin sudah memanas.

"Aishh, sudahlah." Misya berjalan meninggalkan Dion dengan langkah panjang, dengan sigap Dion menyusulnya dan menarik tangan Misya untuk melingkar di pinggangnya.

"Ayangku lagi ngambek Hem.. iya-iya aku minta maaf. Lulus sekolah aku langsung datang ke rumah kamu, biar kita bisa menikah."

"Ishh Dion!!"Misya memberenggut kesal, tapi meski begitu ia tidak bisa menahan perasaan senangnya.

Ntah Dion serius atau tidak dengan perkataannya barusan, Misya hanya berharap semoga itu bisa terjadi.

.
.

Sampai di rumah sakit, mereka berdua berjalan ke ruangan Zeyn di rawat.
"Ah dia di rawat disini?"tanya Dion. Misya mengangguk kecil.

Misya dan Dion berhenti di depan pintu yang tertutup. Dengan pelan Misya membuka dan mendorong pintu masuk.

"Assalamu'alaikum." Salamnya.

Misya melihat ibu Zeyn tengah tertidur di sofa dengan wajah yang sangat kelelahan. Misya tersenyum haru, lalu bergerak mendekati ibu Zeyn.

Wanita tangguh, yang sudah menyandang singel parents. Ayah Zeyn sudah lama meninggal sekitar 7 tahun yang lalu. Belakangan ini ibu Zeyn jarang ke butiknya karena mengurus Zeyn yang masih sakit.

"Tante."

Mendengar itu ibu Zeyn bangun dan duduk. "Eh Misya, maaf Tante ketiduran." Ibu Zeyn tersenyum lelah.

Misya hendak memperkenalkan Dion tapi ternyata cowok itu tak masuk.

"Mm Tan... Misya permisi sebentar. Ada yang ingin jenguk Zeyn, sepertinya dia masih di luar." Misya melirik ke arah pintu luar.

"Kenapa ga masuk sekalian?"

Misya menggeleng tidak tahu.

"Ya sudah panggil dia masuk."

Misya berjalan keluar, di sana ia melihat Dion yang tengah berdiri bersandar di tembok dengan mata yang terpejam.

"Yang, kenapa masi disini? Yuk masuk." Ajak Misya dan menarik tangan Dion. Dion tersenyum kecil, dengan pelan ia melepaskan tangan Misya.

"Emm sepertinya aku pulang dulu."Tolaknya halus.

"Ngga, kamu kan udah sampe sini, masa pulang gitu aja."Tolak Misya.

Tanpa izin ia menarik Dion masuk. Saat masuk, Dion menatap Zeyn yang terbujur lemah di atas brankar. Terlihat jelas wajah pucat dan penuh memar, tangan kiri yang diinfus dan alat bantu pernafasan masih melekat di wajahnya serta perban di kepalanya terbungkus rapi.

Dion mengalihkan menatap Ibu Zeyn yang sedang memerhatikan anaknya. Dion merasa seperti sangat brengsek saat ini juga

"Dia siapa?"tanya ibu Zeyn saat sadar Dion sudah masuk.

"Tante, ini Dion teman Misya."Ucap Misya tak berani jujur. Misya menarik tangan Dion untuk bersalaman dengan ibu Zeyn.

"Dion, Tante."

"Ibunya Zeyn."

"Makasi yah nak kamu mau jenguk Zeyn,"ujarnya pilu, yang dibalas anggukan kikuk oleh Dion.

Dion menatap wajah lelah wanita paruh baya yang berada di depannya, kantung mata tercetak jelas menandakan wanita itu kurang tidur.

"Oh ya Tan, gimana dengan Zeyn? Apa dokter--"

"Belum nak, Zeyn seperti biasa belum ada perkembangan." Sela ibu Zeyn, Misya tersenyum masam dan bergerak mendekati ranjang Zeyn.

"Zeyn,"Misya menelan ludahnya, "bangun yah, aku mau cerita banyak sama kamu, ya meski sudah aku cerita belakangan ini, tapi itu dalam keadaan tidak sadar, aku mau kau bangun dan mendengar ceritaku langsung."Misya duduk di samping ranjang rumah sakit dengan memandang wajah Zeyn dalam.

Dion mengepalkan tangannya, ntah kenapa ia seperti tidak sanggup berada di ruangan ini.

"Zeyn bangun, Dion datang mau jenguk kamu."Misya menitikkan air matanya tak tahan, tangannya menggenggam tangan Zeyn lembut.

Dion mendekati Misya dan mengusap-ngusap punggung Misya lembut.

"Dia akan sembuh,"Dion menelan ludah. Jika Zeyn sembuh maka akan dipastikan hubungannya akan rusak. Misya akan membencinya, yah itu pasti.

Misya mengangguk kecil dan menyeka air matanya kasar.

"Zeyn?"Misya menatap tangan yang digenggamnya. Misya sangat jelas tadi merasakan jari Zeyn bergerak.

"Zeyn kamu sadar?"tanyanya bergetar.

Ibu Zeyn mendekatinya, sementara Dion mundur selangkah dan menatap mata Zeyn yang masih memejamkan mata.

"Misya, Nak?"tanya ibu Zeyn, Misya menatap ibu Zeyn dengan wajah yang sudah dibanjiri air mata.

"Dokter.... Dokter..."Misya berlari keluar kamar memanggil dokter, ia lupa dengan adanya tombol darurat di samping Zeyn. Ia berlari mencari dokter dan air matanya  terus mengalir karena sangat bahagia.

Saat itu pula Dokter datang dan mereka ke ruangan Zeyn, sementara dokter dan suster mengurus Zeyn, mereka semua disuruh menunggu di luar.

Dion menatap Misya yang menangis sambil tersenyum. Sebahagia itukah Misya? Sampai tak bisa menahan air matanya?

"Tante Zeyn udah bangun, Zeyn bangun dari komanya. "Misya memeluk ibu Zeyn terharu.

"Hikss.. Zeyn akhirnya bangun."Isaknya parau.

Dion tersenyum masam, Misya terlalu sibuk dengan bangunnya Zeyn sampai tak menoleh sedikitpun padanya.

Dion memutuskan untuk pulang saja, ia berbalik dan berjalan pergi.

"Dion?"panggil Misya dengan suara yang mulai serak.

Dion menghentikan langkahnya tanpa berbalik.

Bughh.

Dion menunduk saat melihat tangan melingkar memeluknya dari belakang. Dion memejamkan matanya sejenak, andai Misya tahu siapa penyebab Zeyn seperti itu, tak mungkin Misya mau memeluknya sekarang.

"Zeyn sadar hiks..."ucap Misya parau, Dion melepaskan pelukan Misya dan berbalik lalu memeluk Misya lembut.

Ibu Zeyn hanya melihat pemandangan itu tanpa bisa berkata-kata.

"Kau sudah senang kan?"tanya Dion pelan, Misya mengangguk kecil dengan isakan kecilnya.

Dion melepaskan pelukannya lalu menyeka air mata yang membanjiri wajah kekasihnya. Dion sedikit menunduk menyetarakan tingginya.

"Jangan menangis, kau jelek seperti itu." Godanya dan mendapatkan pukulan kesal. Dion terkekeh kecil lalu mengusap kepala Misya lembut. Ia kembali berdiri tegak, membuat Misya harus mendongak.

"Ada baiknya, aku pulang sekarang, Mis."

"Ngga boleh, kamu harus ketemu sama Zeyn, aku mau jelasin ke Zeyn semuanya."Ujar Misya dan menggenggam erat tangan Dion.

Dion tersenyum kecut lalu menatap Misya dalam.

Ceklek.

Pintu ruangan terbuka dan menampilkan satu dokter dan satu suster. Setelah menjelaskan keadaan Zeyn, dokter itu pergi.

Ibu Zeyn masuk lebih dulu.

"Ayo Yang." Misya menarik tangan Dion masuk.

Melihat Zeyn yang sudah membuka mata, Misya melepaskan tangan Dion dan berjalan cepat mendekati Zeyn.

"Zeyn aku rindu..."Misya memeluk Zeyn penuh haru.

"Hikss kau kejam, kenapa kau seperti ini sih?"kesalnya lalu melepas pelukannya.

Zeyn menatap Misya dengan senyuman yang masih sangat kaku.

"Zeyn sayang?"Zeyn kembali mendapatkan pelukan dari sang Ibu.

"Dion kamu ga mau ucapin selamat untuk Zeyn?"tanya Misya.

Mendengar nama itu, Zeyn langsung menatap Misya dan cowok yang tidak jauh dari Misya, Zeyn menatap Dion tak percaya. Tangannya yang masih lemah terkepal.

Dion?

"Zeyn, selamat semoga kau lekas sembuh."Ucap Dion, saat Ibu Zeyn sudah melepas pelukannya dengan sang anak.

Zeyn tidak membalas apapun, ia hanya menatap ke arah Dion dengan datar, tidak perlu munafik kan?

Apa yang Dion lakukan di sini?
Kenapa Misya dan Dion terlihat sangat dekat? Apa Zeyn ketinggalan sesuatu?

"Misya, Tante titip Zeyn dulu. Mau beliin kalian jajan."Ucap ibu Zeyn, Misya mengangguk kecil. Saat ibu Zeyn benar-benar pergi, Misya menatap Zeyn lekat.

"Zeyn aku mau cerita ke kamu, kalau sebenarnya aku dan Dion udah pacaran seminggu yang lalu."Ucap Misya dengan senyuman lebar di wajahnya.

Zeyn menatap Misya tak percaya, sahabatnya berpacaran dengan ketua gangster? Apa Misya tidak tahu kalau yang mencelakakan dirinya seperti ini adalah Dion?

Ingin sekali rasanya Zeyn berbicara, tapi ia belum bisa menggerakkan bibirnya yang masih terasa lemas.

"Aku sangat bahagia bersamanya."Ujar Misya sambil memeluk lengan Dion yang berdiri di sampingnya.

Zeyn menatap Dion yang juga menatapnya. Zeyn menatap tajam dan marah pada Dion, ia ingin sekali membunuh cowok itu, tapi Misya sangat mencintai cowok itu.

Ya Tuhan.

"Aku ingin bercerita banyak padamu Zeyn, jadi kau harus mendengarkanku."Misya melepaskan pelukannya pada Dion.

"Zeyn sepertinya aku akan pulang."Ucap Dion, mendengar itu Zeyn hanya diam.

"Yang, kok cepet banget--"

"Bunda sudah menelponku sejak tadi,"ucap Dion bohong.

"Ohh ya udah hati-hati yah."Misya berdiri dan memeluk Dion lama. Zeyn tersenyum miris melihat pemandangan itu.

Saat Dion sudah pergi, Misya kembali duduk dan menggenggam tangan Zeyn lembut.

"Aku senang kau sudah bangun."

"Heff, sebenarnya aku kesal padamu, tapi karena kau sudah bangun tidak jadi deh."Ucap Misya membuat Zeyn tersenyum kecil.

Zeyn mangangkat tangannya yang masi kaku, ingin mengusap rambut Misya. Misya mendekatkan kepalanya dan membiarkan Zeyn mengusap kepalanya pelan.

"Aku merindukan mu Zeyn, sangat.. sangat rindu."

Zeyn mengangguk pelan dan tersenyum lega. Misya tampak baik-baik saja, dan itu membuat ia merasa bahwa Misya bisa hidup tanpanya.

Tiba-tiba ponsel Misya bergetar, Misya merogoh ponselnya cepat.

"Kak Ali?"gumamnya.

"Halo Assalamu'alaikum, Kak?"

"Wa'alaikumussalam, Dek, kamu ke sini ke rumah sakit tempat kakak tugas, tadi Umi pingsan dan dibawa kemari."

"Innalillah, kak Ali ga bohong kan?"Misya berdiri tak tenang.

"Astagfirullah, ngga  mungkin aku bercanda, Dek. Ya udah kamu kesini yah, temanin Abi jagain Umi."

"I..iya kak, kalo gitu Misya matiin ya kak Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam."

Tutt.

Sambungan telpon terputus. Misya menatap Zeyn sejenak.

"Zeyn umiku masuk rumah sakit, aku harus ke sana."Ucapnya dengan air mata yang sudah mengalir.

Zeyn memegang tangan Misya pelan.

"Ha..ti-ha..ti, ma..af ga bisa i..kut."Ucap Zeyn terbata-bata, Misya tersenyum haru lalu memeluk Zeyn lembut.

"Aku menyayangimu Zeyn, aku pergi Assalamu'alaikum.

           ~~

Sampai di rumah sakit tempat kak Ali bertugas. Dengan pakaian syar'i Misya stengah berlari.

Ia menggunakan gamis berwarna pink redup dan jilbab segitiga berwarna senada.

Sampai di kamar rawat umi Fatimah, ia langsung berhambur di pelukan sang umi.

"Umi kenapa begini sih? Kenapa Umi tiba-tiba pingsan?"tanyanya sambil menangis di pelukan uminya.

"Sttt, kata dokter Umi hanya kecapean sayang. Itu aja kok."Jawab uminya lembut.

"Tapi Mi, Misya takut Umi kenapa-napa."

Abi Al mendekati putrinya.

"Misya, umi mu tidak apa-apa, Nak. Oh yah apa kakakmu yang menghubungimu?"tanya Abi Al, Misya mengangguk dan menyeka air matanya pelan.

"Iya, Bi."

"Terus gimana perasan umi saat ini?"tanya Misya lagi.

"Kata dokter sebentar Umi bisa pulang kok."Jawab Umi Fatimah pelan.

"Sungguh, Mi? Aku senang banget."Misya kembali memeluk sang umi dengan senyuman di wajahnya yang berseri-seri itu.

Hari ini ia dikejutkan dua hal, satu Zeyn yang akhirnya bangun setelah koma hampir satu bulan dan kedua uminya masuk rumah sakit.

                   **

Seguir leyendo

También te gustarán

192K 7.8K 46
[SEBAGIAN PART TELAH DIHAPUS] #Highrank 1 in Aisyah - 3 September 2020 #Highrank 1 in Amanah-5Juni 2019 #Rank 8 in Allah-27 April 2020 PLAGIAT SILAH...
68.9K 3.6K 42
SEBAGIAN PART DIHAPUS UNTUK KEPENTINGAN PENERBIT "Kalau seandainya kita tidak berjodoh, apa kamu masih mau nunggu aku?" "Aku akan menunggu mu jika...
521K 4.1K 9
PINDAH KE DREAME [Teenfiction-Spiritual-Romance] Tidak disangka, pertemuannya dengan seorang guru tampan pada hari pertama sekolah membuat hidup Zahr...
334K 14.8K 49
ROMANCE || SPIRITUAL Cerita ini- tentang dua orang insan yang berbeda disatukan dalam ikatan suci pernikahan. Amierra Hanun Fairuz (18) Afran Xavier...