Dimensiku

Galing kay Dina_ofRyni

1.3K 620 241

[UPDATE SESUAI MOOD] Aliff... 'Sejudes itu? Gue akan menyamakan langkah lo, ra. Dan, hati batu lo akan mencai... Higit pa

√ [1 - PROLOG]
√ [2 - Basyup]
√ [3 - Cogan! Coming soon!!}
√ [4 - Bahan Rebutan]
√ [5 - Nenek sihir!]
√ [6 - Terjebak]
√ [7 - Kejutan]
√ {8~Camilla Arum}
#CAST
√ {9~Ungkapan}
√ {10~Penolakan}
√ {11~Kencan}
√ {12~ Malu}
√ {13~ Bertengkar}
√ {15~ Badai}
16√ {Contest Basket}
17√
18√

√ {14~ Benih Rasa yang Menyakitkan}

45 23 11
Galing kay Dina_ofRyni

Ketika rasa yang tertanam kuat, berusaha dilepas dengan pembasmi hama, yang sebenarnya mematikan bukan menghidupkan

~Aliff~

Dua puluh menit telah usai dilewati Anharra dan Alvaro latihan. Kini waktunya istirahat sejenak melepas dahaga.

Anharra dan Alvaro yang sedari tadi menyadari keadaan teman-temannya yang duduk dikursi penonton segera melenggang bebas mendekati dan menyusuri beberapa kursi disana.

"Haii, broo" ucap Aliff dan Rasya menyambut kedatangan Alvaro tidak lupa degan satu tosan tangan ala ketiganya.

Tidak jauh dari ketiga cowok itu...

"Anharraaaa, gimana-gimana capek gak? Nih minun dulu," sambut Reinna pada Anharra yang keringatnya terlihat jelas jatuh dikening gadis itu. Tidak lupa menyodorkan botol berisi air kepada Anharra.

"Yah, lo tau gue keringatan gini, pake ditanya capek atau enggak," jawab Anharra dan menyambar botol itu, segera ia buka penutupnya dan menghabisi air didalam botol itu.

"Buset dah, lo haus ra?"

"Ya, iyalah. Masa enggak," ucap Anharra. "Ehkk, ada Camilla. Kok datang kesini," tanya Anharra yang disertai senyuman ramah karena terpaksa.

"Yah, gue mau liat lo latihan aja sih sama Reinna,"

"Ouh," ucap Anharra singkat mengangguk-anggukan kepalanya.

"Haii, Anharra," ucap Aliff sedikit berteriak mendekati Anharra, Reinna, dan Camilla meninggalakan kedua curut yang duduk tidak jauh dari mereka.

Anharra menatap Aliff sinis. Dan berkata pada Reinna dan Camilla, "Kita pergi kekelas yuk."

"Lho, ra. Mau kemana?" tanya Aliff.

"Ke kelas lah, lo gak denger gue barusan bilang apa,"

"Ehkk ra, disini aja dulu deh yah," putus Reinna sambil memohon pada Anharra.

"Yah udah, lo disini gue pergi," ucap Anharra.

"Ra, bentaran pliss." mohon Reinna sekali lagi.

"Lagian lo mau ngapain sih disini lama-lama? Betah amat lo," ucap Anharra sedikit judes pada sahabat-nya karena tidak bisa dibilangin, sedangkan Camilla sedari tadi hanya melongo melihat keduanya.

"Gapapa sih, hehe," jawab Reinna ngasal sambil menggaruk-garuk tenguknya yang tidak gatal itu.

Karena merasa tak penting lagi. Anharra melenggang meninggalkan kelima temanya itu. Berjalan melewati Reinna, Camilla, Aliff, Rasya, dan juga Alvaro menyusuri kursi tempat dimana orang melihat permainan basket.

Bruukkk...

Tapi, tak disangka Anharra. Nasib begitu sial menghampirinya. Kurang kerjaan sekali, ada orang iseng yang menaruh kaleng berisi batu besar didalamnya, sehingga membuat Anharra menendang kaleng itu dengan kuat hingga tergelincir.

Untung saja, diantara nasib sial, tuhan masih memberikan 
ia satu keberuntungan.

Alvaro melenggang bebas dan cepat menangkap tubuh mungil gadis itu. Tidak salah lagi. Anharra jatuh dalam pelukan Alvaro hingga membuat kelima temanya melongo tanpa arti.

Kaki Anharra masih dalam posisi tergelincirnya. Alvaro memegang kuat tubuh gadis itu cepat hingga tidak sempat menyentuh lantai tempat itu. Dalam kurun waktu beberapa menit, keduanya menyajikan tatapan yang sangat dekat. Wajah mereka sangat dekat, bahkan sangat dekat. Sehingga menghipnotis Rasya dan Reinna yang melihatnya..

Tak disadari keduanya ada orang yang menyajikan tatapan sakit dan ada juga orang yang menyajikan tatapan penuh kemenangan. Mereka adalah orang yang sekarang berdiri didekat mereka.

"Anharraaa.." ucap Aliff sedikit berteriak, membangunkan keduanya dari tatapan yang hanya diketahui Alvaro dan Anharra saja, apa makna dari semua itu. Aliff mengambil paksa tubuh Anharra dari pelukan Alvaro sehingga membuat Alvaro terpaksa melepaskanya.

"Lo gapapa kan?" tanya Aliff pada Anharra dengan rasa khawatir yang tak dibuat-buat. Entah karena khawatir gadisnya terluka, atau karena insiden jatuh dipelukan Alvaro.

"Anharraaa... Lo tuh kalo jalan pake mata coba, atau harus gue ajarin jalan dulu kayak anak kecil?" ucap Reinna memutuskan perkataan Aliff. Perkataan Reinna yang sangat dipahami oleh Anharra adalah lambang ke khawatiran walaupun sangat sadis untuk didengar.

"Hmm, gue gapapa ko," ucap Anharra dan bergegas memperbaiki cara berdirinya. Tapi, tak disangkan gadis itu. Kakinya tergelincir dan keseleo hingga menyulitkannya untuk berjalan.

"Huuffttt," desis Anharra yang gagal dalam memperbaiki cara berdirinya.

"Ra, sini gue bantuin," ucap Aliff mengambil alih dan segera membantu Anharra.

"Lo, gak usah dekat-dekat gue!" ucap Anharra memberi peringatan.

"Ra, lo masih marah sama gue gara-gara tadi malam di caffe?" tanya Aliff dan hanya dibalas cuek oleh Anharra.

"Reinna, bantu gue jalan," ucap Anharra tak menghiraukan pertanyaan Aliff. Reinna memegangi sahabatnya berjalan dengan tatapan ling-lung tak mengerti apa yang barusan dikatakan oleh Aliff pada Anharra. Bergegas ia memegangi Anharra. Sedangkan, Alvaro dan Rasya hanya diam menunggu apa lagi yang akan terjadi selanjutnya dengan keduanya. Sedangkan Camilla, saat ini ia berjalan mengikuti Anharra dan Reinna.

Reinna tak kuat. Menahan segala beban yang ia tampung sekarang. Ia berjalan masih menelusuri kursi penonton.

"Lo berat banget ra," seduh Reinna lelah.

"Apa lo bilang!! Berat gue cuman 57 kg kok," jawab Anharra ngegass karena tak terima dibilang berat atau pun gendut oleh Reinna.

"Beneran deh gue gak kuat."

Aliff dari jauh menatap Anharra yang masih bisa di jangkaunya dengan penuh rasa khawatir. Takut akan kehilangan gadisnya itu.

"Woyy..." ucap Rasya membangunkan Alvaro dan Aliff dari lamunan yang entah itu apa.

"Ayok kekelas," ajak Rasya tanpa basa-basi. Alvaro dan Aliff mengikuti perintah Rasya dan kembali kekelas. Menelusuri kursi penonton yang dilewati oleh Anharra, Reinna dan Camilla yang tidak jauh didepanya,  berjalan lima menit lebih awal dari mereka.

Camilla. Gadis itu hanya melihat Reinna tersiksa kelelahan. Tak membantu sama sekali memegangi Anharra disisi kananya.

Alvaro tak tega, melihat Reinna kesulitan dalam membantu Anharra. Ia juga tak ingin, gadis yang barusan tergelincir itu mesti jatuh untuk kedua kalinya. Bergegas Alvaro lari meninggalkan  Aliff dan Rasya mendekati Anharra.

"Reinna, sini. Biar gue aja yang bantu Anharra," dengan senyuman manisnya, cowok itu menjulurkan bantuan dasyat yang sangat dikagumi setiap wanita.

Anharra terpelongo, kaget dengan tawaran Alvaro.

"Ehh, jangan ro. Gak usah. Gue bisa kok," ucap Anharra.

"Udah deh ra, gak usah sungkan. Lagian gue gak tahan," ucap seduh Reinna mengiyakn tawaran Alvaro.

"Lo minta ditampol seketika yah sampe pingsan, ayok cepat bawa gue  ke kelas," ucap Anharra melotot menatap Reinna.

"Biar gue yang bantu dia Reinna."

Tanpa basa basi Alvaro mengambil alih tubuh Anharra dari Reinna. Segera ia mengangkat tubuh gadis itu dengan pelan. Tidak disangka Anharra, ternyata cowok itu akan membawanya dengan cara di gendong...

"Alvaro, turuni gue!" perintah Anharra dan hanya dibalas dingin oleh Alvaro..

"Ooo my god, kok gue yang baper deh jadinya liatin mereka..." ucap Reinna menatap keduanya pergi meninggalkanya bersama Camilla. Camilla yang mendengar perkataan yang keluar dari mulut Reinna, hanya membalas sinis tanpa disadari gadis itu.

"Haa, sudahlah Rei, kita kekelas sekarang yuk," ajak Camilla.

***

Dengan tatapan memerah, tangan digenggam erat membentuk suatu kepalan yang siap memukul atau meninju lawanya. Aliff murka melihat sahabatnya lancang mengambil gadisnya dihadapanya.

Ipagpatuloy ang Pagbabasa

Magugustuhan mo rin

6.8M 286K 59
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
15.5M 875K 28
- Devinisi jagain jodoh sendiri - "Gue kira jagain bocil biasa, eh ternyata jagain jodoh sendiri. Ternyata gini rasanya jagain jodoh sendiri, seru ju...
792K 11K 25
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
1.5M 105K 45
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...