Setahun berlalu. Dia sudah banyak menghafal banyak buku. Dia juga berlatih berbagai keterampilan seperti berkebun, beternak, memasak, dan menjahit. Keterampilan yang tidak membutuhkan fisik yang kuat.
Dalam satu tahun juga uang yang dimiliki nya sudah mencapai 24000 yuan. Di tambah 100.000 uang tahun baru. Kini uangnya cukup untuk membeli sapi, kuda, beberapa burung puyuh, dan sarang lebah. Tapi terlalu sulit untuk membeli semua itu tanpa di ketahui ayah angkatnya. Dia pasti akan mencurigai sesuatu.
Pagi hari Leng Mingzhi memberitahunya mengenai ulang tahun Tuan Tua Leng. Mereka akan berangkat nanti siang.
"Ayah. Seperti apa kakek itu?"
"Dia? Kakek yang keras kepala."
"Mengapa keras kepala?"
"Jika dia sudah memutuskan sesuatu, dia tidak akan menarik keputusannya."
"Ayah terlihat kesal."
"Aku memang cukup kesal dengan sikapnya. Tapi aku tak membencinya."
"Apakah kakek baik?"
"Dia baik. Terutama pada anak anak. Kakakku tidak memiliki anak. Saudara perempuan ku masih belum menikah. Dia menginginkan seorang cucu. Jadi dia mengangkat seorang cucu dari keluarga cabang."
"Mengapa ayah terdengar tidak senang?"
"Tentu saja aku tidak senang. Keluarga cabang sudah sejak dulu menginginkan kekayaan keluarga utama. Dia menggunakan metode seperti ini. Jelas aku tidak senang."
"Apakah ayah khawatir kehilangan harta itu?"
"Tidak. Hanya saja aku tak rela jika mereka yang mendapatkannya."
"....."
"Aku keluar rumah pun karena ini. Untuk mengantisipasi kemungkina terburuk, aku mendirikan perusahaan ku sendiri. Aku bertekad untuk menjadi lebih baik dari ayah ku."
Leng Mingzhi memang keluar dari rumahnya dan memulai usaha sendiri. Dia memiliki banyak teman yang dapat diandalkan. Sekarang perusahaannya setara dengan perusahaan ayahnya.
"Ayah. Apakah kakek akan menyukai ku?"
"Tentu. Aku sudah menceritakan soal dirimu. Dia sangat ingin bertemu dengan mu."
"Aku harap kakek tidak akan kecewa."
"Tidak akan. Kau anak yang baik."
"Kalau begitu aku akan bersiap siap ayah."
Sheng Xuanlu pergi ke kamarnya. Setelah sampai kamar, dia langsung masuk ke ruang. Ini pertama kalinya dia bertemu kakek. Bukankah dia harus menyiapkan hadiah? Tapi apa? Yang aku punya sekarang hanya kumpulan tanaman dan hewan peliharaan. Apakah dia harus membuat sesuatu sekarang? Atau kah dia harus mempertunjukan sesuatu seperti musik? Tapi kalau tiba-tiba meminta ayahnya membelikan guqin, itu terlalu mendadak. Baiklah, aku sudah memutuskan sesuatu.
Pukul sebelas mereka berangkat kerumah kakek. Jarak nya membutuhkan 2 jam dengan mobil. Sheng Xuanlu meminta ayahnya untuk mampir ke toko alat musik terlebih dahulu. Dia ingin membeli seruling. Selain lebih murah, seruling juga lebih ringan di banding guqin. Tubuhnya yang kecil juga menjadi alasannya.
.
Sheng Xuanlu dapat melihat mereka memasuki perumahan elit. Saat mereka masuk, mereka melewati tembok setinggi 3 meter. Mereka memiliki dua lapis gerbang dengan penjagaan ketat. Setelah di periksa, mereka terus melaju ke Ruamh tuan tua Leng. Sheng Xuanlu melihat rumah putih bertingkat 3. sekelilingnya juga memiliki tembok dan pagar yang tinggi. Sheng Xuanlu pikir rumah ini juga memiliki jendela dan pintu anti maling. Rumah ini cukup layak untuk kiamat nanti. Jika saja nanti dia dapat memindahkan rumah ini.
"Tuan kedua Leng. Tuan sudah menunggu anda."
Sheng Xuanlu bersama Leng Mingzhi memasuki rumah besar itu. Mereka di tunggu oleh banyak orang. Kakek, putra pertama dan putri Leng, serta beberapa orang dari keluarga cabang.
"Oh, jadi ini dia cucuku." Ucap Kakek Leng.
"Selamat siang kakek, aku Sheng Xuanlu. Senang bertemu dengan Anda."
"Oh cucu ku sangat tampan. Ayo kalian semua masuk dan duduk."
.
Semua orang duduk di ruang keluarga yang luas. Selain keluarga, ada juga pengacara keluarga Leng. Pikiran Sheng Xuanlu mulai menebak-nebak.
"Seperti yang kalian tahu. Ling Mingzhi mengadopsi seorang anak. Anak ini bernama Sheng Xuanlu. Dia akan aku masukan ke pohon keluarga utama.
"Anak adopsi akan di masukan ke keluarga utama?"
"Ya. Memangnya ada yang salah?"
"Tuan tua Leng. Dari pada memasukan anak orang lain, kenapa tidak dari keluarga cabang saja? Setidaknya mereka memiliki hubungan darah dengan mu."
"Hubungan darah bukanlah hal yang penting. Yang penting Ling Mingzhi yang mengadopsinya. Jadi dia putranya."
"Bukankah Leng Gao juga dari keluarga cabang?"
"Aku memasukannya karena aku menyukai nya. Dia sudah aku anggap cucuku sendiri."
"...."
"Sheng Xuanlu, kemarilah. Kakek akan memperkenalkan mu."
Sheng Xuanlu menurut dan menghampiri kakeknya.
"Ini cucu kakek yang lain. Dia adalah Leng Gao. Kakak sepupu mu."
"Halo kakak, aku Sheng Xuanlu. Senang bertemu dengan kakak." Sheng Xuanlu mengulurkan tangannya.
"Aku juga."
Sheng Xuanlu memperhatikan Leng Gao. Dia empat tahun lebih tua darinya. Dia cukup tinggi untuk anak berumur 14 tahun. Tidak. Dia terlalu tinggi. Sekarang tinggi pasti mencapai 170 cm. Di depannya Sheng Xuanlu terlihat sangat kecil.
"Kakak sangat tinggi..." ucap Sheng Xuanlu spontan.
"Tentu saja . Dan dia masih terus bertambah tinggi." ucap kakek.
"kau juga akan tinggi juga."Ucap Leng Gao.
'Benarkah? Tinggi ku dulu hanya sampai 175 cm.'
"Oh ya. Ini pertama kali kita bertemu. Kakek akan memberikan mu amplop merah." Kakek Leng memberikan amplop. Amplop itu terlihat tipis.
Sheng Xuanlu melihat pada ayahnya. Ketika Leng Mingzhi menganggukan kepala, dia baru bisa mengambil amplop itu.
"Buka lah."
Sheng Xuanlu membuka amplop tersebut. Amplop itu berisi kartu.
"Itu kartu ATM. Kakek membuatkannya untuk mu. Jadi tak perlu menunggu kau dewasa untuk mendapatkannya."
"Terima kasih kakek." Sheng Xuanlu memeluk kakeknya.
'Ini yang aku butuhkan! Setidaknya aku tidak perlu mengeluarkan uang tunai saat membeli sesuatu.'
Sebenarnya Sheng Xuanlu sedikit kesusahan saat harus berbelanja dengan uang banyak. Tidak mungkin kan dia mengeluatkan tumpukan uang tunai?
"Kakek, aku tidak memiliki sesuatu yang bagus. Tapi aku membuatnya dengan sepenuh hati. Aku harap kakek akan menerimanya." Sheng Xuanlu mengeluarkan sesuatu dari tasnya. Itu adalah kantong parfum. Sheng Xuang lu memasukan beberapa ramuan parfum dari ruang dan mengolahnya dengan air suci. Pasfu ini dapat membuat pikiran mu jernih dan merasa nyaman.
"Aku juga membuat nya untuk kakak Gao, paman dan bibi."
Memberi hadiah adalah salah satu cara mendekatkan diri. Setidaknya sekarang, dimana manusia masih memiliki hati nurani. Sangat di sayangkan mereka berubah saat kiamat.
.
Selain mengurusi surat pendaftaran Sheng Xuanlu, pengacara itu di panggil kakek dengan maksud lain. Kakek Leng ingin menuliskan wasiat dari awal.
"Aku harap kalian tidak akan mempertanyakan ku mengenai isi wasiat tersebut."
Pengacara pun langsung menyebutkan surat tersebut.
Pertama adalah pembagian properti. Masing-masing putranya memiliki 30 persen aset. Untuk anak perempuan adalah 25 persen. Untuk keluarga cabang 10 persen. Lima persennya akan di serahkan pada Leng Gao. Dan rumah akan di serahkan pada Sheng Xuan Lu.
Kedua adalah saham. Kakek Leng memiliki 70 persen saham di perusahaan Leng. Masing-masing putranya mendapat 20 persen saham. Putrinya mendapatkan 15 persen saham. 10 persen saham akan di berikan pada Sheng Xuanlu.dan lima persen akan diberikan pada Leng Gao.
Setelah mendengar secara keseluruhan, mereka terkejut. Sheng Xuanlu yang baru bertemu diberikan 10 persen saham. Ini angka yang menakjubkan. Banyak orang yang ingin protes. Banyak pula yang menatapnya iri. Tapi mengingat sifat keras kepalanya, mereka tak punya pilihan lain selain mundur sementara.
Sheng Xuanlu sangat berterima kasih atas pemberiannya. Tapi saham benar-benar kurang berguna beberapa tahun kedepan. Ingin dia memberitahukan ayah dan kakeknya untuk menjual semua sahamnya nanti dan mengumpulkan semua bahan makanan. Jadi semua uang untuk saham tak terbuang percuma. Sheng Xuanlu inginberbuat sesuatu. Tapi bagi orang luar dia masih anak kecil yang tak bisa apa-apa.
"Aku sudah tak tertarik dengan perusahaan lagi. Jadi semua itu milik kalian. Aku akan tinggal di rumah untuk bersantai."
"Apakah ayah yakin?"
"Ya. Kecuali kalian akan menelantarkanku setelah menerima semuanya."
"Tentu saja tidak akan! Aku hanya takut ayah menyesal."
"Tentu tidak. Oh ya Ming'er. Kau dan Lu'er pindah ke rumah ini."
"Ayah."
"Kau ingin meninggalkan ku sendiri di rumah ini? Kakak mu sudah berkeluarga. Adik mu sebentar lagi akan menikah. Lagi pula rumah ini sudah menjadi milik Lu'er, jadi dia sekarang harung tinggal di sini."
"...... Baiklah."
"Kau juga harus cepat menikah."
"..... "