Bintang dan Kejora

Per ashervalto

26.3K 3.3K 368

Trigger! : ⚠️Death, suicide. Namanya Bintang, lelaki yang akan menceritakan dirinya dengan sang masa lalu. De... Més

Tragedi Surat Salah Kirim
Lelaki Pantang Menyerah
Dia Yang Berada di Samping Rumah
Hukuman Bersama
Pengorbanan Demi Dekat
Budak Cinta
Peramal di Sisi Jalan
Hubungan Yang Terungkap
Keterkuakan Berakhir Kepergian

Mencari dan Kembali

3K 386 65
Per ashervalto

Bintang mengerutkan dahinya kebingungan ketika melihat teman-temannya berlari keluar tanpa mengindahkan panggilan dari Bu Agatha.

Bintang berusaha mengabaikan hal itu, karena saat ini perasaannya sedang kacau pasca putusnya hubungannya dengan Kejora. Padahal ... dirinya baru saja menyukai Kejora. Tapi ia sadar, cinta pasangan sesama jenis tak akan berujung bahagia.

Bisa saja ia bahagia sampai mati, tapi ... apa kabar dengan akhiratnya nanti?

Lamunannya dikejutkan dengan teriakan Nanda yang panik. "Bintang! Kak Kejora, Tang!"

Bintang seketika merasakan firasat tak enak saat mendengar nama mantan yang baru lima belas menitnya disebut. "Kak Kejora k-kenapa?"

"Dia bunuh diri, Tang!"

Dengan cepat Bintang berlari ke lantai terbawah gedung sekolahnya, menuruni tangga dengan gesit tanpa memedulikan keselamatan dirinya yang bisa-bisa terpeleset. Ia terus berlari dengan air mata mengucur deras.

Dengan bibir bergetar, ia terus menyerukan nama Kejora. Orang yang ia cintai beberapa saat terakhir.

Hingga akhirnya ia sampai di depan kerubungan orang yang melingkar, hendak menyaksikan yang terkapar. Dengan kuat, Bintang menerobos sekumpulan manusia tersebut. Menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri, tubuh Kejora yang bersimbah darah bersibobrok dengan indra penglihatannya.

Ia pun menangis dan berteriak ....

"KAK KEJORA!"

Selalu seperti ini. Kejadian ini telah terlewati dua tahun lamanya, namun masih membekas di dalam pikirannya. Bintang sering kali terbangun dengan mimpi ini, seolah terus menghantuinya dengan rasa bersalah.

Ia melirik jam digitalnya dengan terengah. Jam tiga pagi lagi, dirinya bermimpi.

Dan sebagai tambahan, selain memimpikan hal itu, ia selalu terbangun pukul tiga pagi dengan terkejut dan tak jarang sambil terisak pelan.

Bintang merindukan Kejora-nya. Setiap harinya.

Bintang menenggelamkan kepalanya dalam lipatan kakinya, menangis dalam keheningan karena terbayang wajah itu, pun dengan kenangan yang membekas. Cukup lucu karena ia mengenal Kejora dalam waktu sebulan, menyukainya dalam minggu ketiga setelah kenal, dan justru belum melupakan hingga dua tahun lamanya. Pertemuan singkat berakhir penyesalan seumur hidup, begitu pikirnya.

Ia menyesal karena belum mengutarakan cinta secara terucap hingga akhir hayat sang penerima cintanya. Maka dari itu, Bintang selalu berujar setiap sehabisnya terbangun tanpa ada balasan, "Gue cinta sama lo, Kejora."

Pengakuan yang benar-benar terlambat karena Kejora-nya telah pergi ke pangkuan Sang Penguasa. Karena dirinya.

Semakin keras dirinya menangis dalam keremangan kamar apartemennya, sendirian dalam kepedihan.

-

Saat ini Bintang tengah mengendarai mobilnya menuju ke sekolah lamanya, sekolah yang memiliki banyak kenangan di dalamnya. Ia melihat kanan-kiri, mencoba menganalisis perubahan lingkungan menuju sekolahnya.

Sampai matanya menangkap nenek gipsi yang kian menua, di tempat yang sama seperti dua tahun lalu. Madam Hera, peramal di persimpangan dekat sekolah.

"Seandainya dia pergi, coba cari saya. Siapa tahu saya bisa membantu, tapi saya enggak janji. Karena itu nggak bakal mudah."

Kilasan masa lalu itu tiba-tiba mampir di otak Bintang tanpa diundang. Maka tanpa berpikir panjang, Bintang menepikan mobilnya ke dekat stand peramal tersebut.

"Wah, Bintang yang tengah meredup akhirnya datang, ya?" Dengan mata sayu nan tersenyum lebar, Madam Hera menyapa. Ia masih mengingat Bintang di usia senjanya.

Bintang dengan kikuk duduk di hadapan sang peramal. "Hai, Madam."

"Sekarang kamu percaya dengan yang saya katakan dua tahun lalu? Dengan tanggal yang sama pula!"

Benar, 27 November. Hari yang sama saat ia ke peramal tersebut.

Bintang mengangguk, "Ya, saya percaya."

"Dan kamu menyesal, Bintang?"

Yang muda menunduk, kemudian kembali mengangguk. "Sangat."

"Lalu, ada apa kamu kembali ke sini? Bukannya kamu nggak percaya sama ramalan waktu itu?"

"S-saya ... mau minta bantuan. Apa ... Madam bisa mempertemukan saya dan Kejora lagi walaupun cuma sebentar? Ada beberapa hal yang mau saya bilang ke dia."

"Ah, saya ingat waktu itu saya pernah menawarkan bantuan 'kan?" Madam Hera memastikan. "Saya mau mencoba, tapi jangan terlalu berharap. Karena enggak bakal mudah mendatangkan orang yang telah tiada."

Setitik harapan itu muncul. Bintang langsung mengangguk antusias dan menunggu Madam Hera berkutat dengan peramal things-nya.

"Coba pegang tanganku dan pejamkan matamu. Utarakan keinginanmu, baru buka matamu."

Oleh karena itu, Bintang memejamkan matanya patuh. "Aku mau ketemu sama Kejora."

-

Mata Bintang terbuka dengan berat. Pandangannya mengabur saat melihat bayangan cahaya matahari yang tertutup gorden krem kamar apartemennya.

Cuma mimpi, batinnya sambil menghela napasnya pelan. Ia ingat sehabis memimpikan Kejora tadi pagi buta, ia ketiduran karena terlalu lelah menangis.

Dengan langkah gontai, Bintang beranjak dari atas kasurnya. Berjalan menuju kamar mandi, bersiap untuk bekerja.

Sedang asyik bersiap-siap, matanya langsung menatap pantulan wajahnya di depan cermin. Matanya yang bengkak dengan lingkaran hitam di bawah matanya menghiasi wajahnya yang pucat membuat mukanya kian mengacau. Ia seperti orang sakau.

Bintang menggeleng, berusaha cuek dengan penampilannya. Yang penting tubuhnya rapi, muka buluk pun tak apa. Setelah itu, Bintang mengambil kunci mobilnya dan berjalan keluar.

Ia mengunci pintu apartemennya dan bisa ia lihat ada pria berpostur tinggi dan berbahu bidang di depannya sedang mengunci pintu apartemennya sendiri. Bintang berpikir untuk menyapa sang tetangga, mengingat apartemennya adalah lingkungan individualis sehingga jarang ia dapat menyapa tetangganya.

"Ha—" Napas Bintang tertahan saat melihat lelaki itu berbalik, menampakkan wajahnya di hadapan Bintang.

Tubuh Bintang bergetar seraya menatap pria di depannya horor, kakinya terasa melemas. "K-Kejora?"

"Ya?—eh, kamu kenapa?" Pria yang menyahut ketika dipanggil Kejora itu menatap Bintang dengan khawatir. Tangannya menyentuh lengan Bintang, menahannya agar tak merosot ke lantai.

Bintang merasakan air matanya mengalir membasahi pipinya. "Kejora ...."

"Iya, aku Kejora. Kamu siapa?"

Kejora hidup, tapi ia tak mengingatnya.

Tangis Bintang seketika pecah, mengeluarkan perasaannya yang membuncah. Ia senang Kejora kembali tanpa cacat sedikit pun, tapi perasaannya seketika hancur saat menyadari dirinya dilupakan.

Di depannya benar-benar Kejora. Kejora yang baru, bukan Kejora yang terdahulu.

Bintang memeluk Kejora sembari terisak kencang, membenamkan kepalanya di dada bidang Kejora. Sedangkan Kejora sendiri mencoba untuk menenangkan lelaki di depannya ini dengan kebingungan yang melandanya.

"Kejora ... ini Bintang." Yang lebih pendek berujar dalam dekapannya. "Kejora ... tolong jangan pergi lagi, gue—gue sayang sama lo!"

Dipikir Kejora, lelaki di depannya ini tak waras karena berkata hal yang melantur pada sesama lelaki pula.

Namun, entah kenapa Kejora justru merasakan kekosongan dalam hatinya perlahan terisi dengan kehangatan. Selama ia hidup, tak pernah ia merasakan kelegaan seperti ini. Maka dari itu, Kejora mengangguk tanpa sadar. Hanya mengikuti nalurinya sendiri.

"Iya, aku nggak bakal pergi, Bintang."

++++
Tamat
++++

Terima kasih buat partisipasinya membaca cerita ini sampai akhir:)

With Love,
Dira

Continua llegint

You'll Also Like

105K 2.1K 16
⚠️BAHASANYA CAMPUR,KALAU KURANG NGERTI JAUH JAUH SANA GAK USAH HATE KOMEN⚠️ Fourth adalah seorang remaja berumur 14 tahun yang sedikit polos..dia jug...
40.1K 4.6K 13
[BL STORY] Ini semua gara-gara Bara yang nitip barang haram dengan embel-embel traktir bakso sampe akhirnya Arkya harus berurusan sama laki-laki yan...
3.5K 249 9
Siswa SMA dengan darah Belanda yang mengalir di tubuhnya pernah berharap dilahirkan di belahan bumi lainnya daripada harus hidup berurusan dengan put...
My Celebrity Per Camel

Literatura romàntica

458 56 7
Bang Jun Hee memiliki kenangan menyedihkan semasa SMA-nya karena dia memiliki fisik yang besar sehingga dia selalu didiskriminasi oleh anak-anak lain...