Zombie? [END]

By n__fazhillah

73.8K 8.8K 1.6K

[DILARANG PLAGIAT] Karena sebuah makanan yang sedang viral, orang-orang menjadi zombie? # 1 - kelompok (Jum'a... More

Part 1
part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Sequel Zombie?

Part 9

3K 458 83
By n__fazhillah

Paula dan para sahabatnya berhasil kabur dari kejaran zombie. Kini mereka bersembunyi di sebuah toko es krim yang berada di salah satu gedung pusat perbelanjaan. Anehnya, di sini juga tidak ditemukan tanda-tanda adanya zombie.

"Zombienya hilang lagi ya, Kak?" bisik Rasya pada Hans.

"Mana gue tahu," jawab Hans ikutan berbisik.

"Kalau zombienya nggak ada, ngapain kita sembunyi di sini?" tanya Eric.

"Iya juga sih, ngapain kita sembunyi?" balas Paula.

"Eh, di depan ada zombie," ujar Rasya sambil menunjuk ke arah yang dimaksudnya.

"Mana?" tanya Indri yang tidak melihat keberadaan zombie yang dimaksud adiknya.

"Itu lho, yang di dekat lift."

Indri akhirnya menemukan keberadaan mayat hidup yang dimaksud Rasya. Benar saja, di dekat lift ada dua zombie yang sedang berdiri di sana. Mereka berjalan sempoyongan ke berbagai arah.

Tiba-tiba, salah satu zombie berjalan ke arah zombie satunya lagi. Zombie tersebut menggigit zombie di depannya dengan brutal. Ia memakan zombie tersebut hingga habis tak bersisa. Hal itu membuat Paula dan yang lainnya bingung sekaligus terkejut. Mereka tidak percaya dengan apa yang dilihat.

"Gua ngga salah lihat, 'kan?" tanya Rewin, matanya sampai tak berkedip.

Sebagai jawaban, yang lainnya menatapnya dan menggeleng secara bersamaan.

"Lo nggak salah, gue juga lihat pakai mata kepala gue sendiri. Mereka sesama zombie, lho," balas Paula, "Ini seriusan, 'kan? Bukannya di film zombie itu nggak makan satu sama lain? Tapi ... sekarang gue lihat mereka makan spesies yang sama?" tanyanya yang masih tidak percaya dengan apa yang ia lihat.

"Mungkin ini alasannya zombie tinggal dikit," celetuk Indri tiba-tiba.

"Bisa jadi," sahut Hans.

"Kalau gitu, kita tunggu aja mereka makan satu sama lain. Waktu tinggal satu zombie, kita bunuh, deh," usul Rasya, "Gimana?" tanyanya menanyakan pendapat yang lain.

"Hm, ide bagus." Rewin menyetujui usulan Rasya.

"Tapi kita harus sembunyi di mana?" tanya Paula.

"Kita kan lagi sembunyi," jawab Zaki.

Tidak salah sih, mereka kan memang sedang bersembunyi.

"Maksud gue tuh, tempat yang bener-bener aman," terang Paula masih sambil berbisik.

"Kita ke ... bank aja," saran Zaki.

"Bank?" tanya semuanya.

"Iya. Di bank kan ada brangkas besar, tuh. Kita masuk ke situ aja," jelas Zaki antusias.

"Jangan, nggak ada oksigen di situ," tolak Rewin, "Lu mau kita semua mati gara-gara bengek?" tanyanya.

"Oh ... gitu, ya?" tanya Zaki mencoba berpikir kembali, "Em ... kalau di aula sekolah aja gimana?" sarannya lagi.

"Nggak bisa, pintunya bisa didobrak kapan aja sama zombie-zombie itu," tolak Hans.

"Em ... rumah warga?" saran Zaki lagi dan lagi.

"Nggak bisa, tetap nggak aman. Alasannya sama kayak aula sekolah," tolak Rasya.

"Kalau gitu tetap di sini aja. Ribet amat," ketus Zaki kesal. Tidak ada satu pun idenya yang diterima.

"Gimana kalau kita ke sekolah aja. Kita ke ruang musik aja," usul Rewin.

"Boleh juga," ujar Eric.

"Sama aja, sekolah juga, 'kan? Pintunya juga dari kayu, 'kan? Bisa didobrak, 'kan?" tanya Zaki kesal, "Inget, bisa didobrak!" murkanya. Emosinya sudah mencapai ubun-ubun.

Paula, Indri, Hans, Rewin, Eric, dan Rasya melihat ke arahnya. Mereka semua terkejut. Tiba-tiba saja Zaki berteriak, membuat mereka tersentak hingga terjungkal.

"Nggak usah teriak-teriak juga, dong!" bentak Rewin.

"Lo juga teriak!" geram Zaki.

"Kan lu duluan!" seru Rewin.

Zaki dan Rewin tidak ada yang mau mengalah. Tanpa semuanya sadari, zombie yang tadinya berada di lift sedang menyusul ke tempat mereka. Mungkin ingin ikutan berdebat.

"Grah!"

Dor!

Hans menembakkan peluru tepat di kepala zombie tersebut. Akibatnya, mayat hidup itu langsung terjatuh dan tak bisa bangkit lagi.

Untung tadi gue sempet lihat ke sana dan masih ada sisa peluru.

Tubuh Paula sempat menegang. Ketika tersadar kembali, ia langsung menjauh dan berlari ke sebelah Rewin yang berada di paling ujung.

Rewin menatap Zaki. "Ini semua gara-gara lu!" bentaknya. Ia menyalahkan Zaki tentang kejadian ini.

"Kok gue?" tanya Zaki tidak terima.

"Kan tadi lu yang mulai teriak-teriak nggak jelas!" balas Rewin.

"Cih!" dengus Zaki, "Oke, kalau lo nyalahin gue! Bye!" Zaki langsung pergi sambil menggerutu setelah menyelesaikan ucapannya.

"Kenapa masalah sepele kayak gini malah dibesar-besarin, sih? Kayak anak-anak tahu nggak?" cibir Indri.

"Zaki!" panggil Paula saat melihat punggung Zaki yang mulai menjauh.

Hans mengacak rambutnya, frustasi. Ia melihat Zaki dari kejauhan, lalu mulai menghilang dari pandangannya. Perasaannya jadi bimbang. Apakah dirinya harus mengejar Zaki atau tetap di sini bersama yang lainnya?

"... gue bakalan kejar Zaki. Kalau dia sendiri bakalan bahaya. Lo sama Eric mulai sekarang jagain Paula sama Indri. Gue nggak janji bakalan balik," pamit Hans pada Rewin, lalu mengejar Zaki.

Rasya cemberut, setelah itu menundukkan kepalanya. Ia memainkan jari-jari tangannya seperti anak kecil.

Gue nggak dianggap....

Hans mencari Zaki ke segala arah. Akhirnya, ia menemukan Zaki yang sedang berlari ke arahnya. Tunggu, kenapa dia berlari ke arahnya? Hans memicingkan matanya, berfokus pada objek di belakang Zaki.

Lagi di kejar zombie ternyata.

Hans mengangguk-angguk.

Zaki melewati Hans dengan cepat. "Argh!" Pekiknya.

Gue ditinggalin.

Hans kemudian langsung mengejar Zaki, lalu mensejajarkan langkah kakinya dengan sahabatnya itu.

"Kok lo bisa di kejar zombie?" tanya Hans masih sambil berlari.

"Ceritanya pendek, tapi nanti aja gue ceritainnya."

Walaupun di saat genting begini, mereka masih saja bisa mengobrol. Benar-benar luar biasa.

"Kita nggak ada senjata lagi," gumam Hans.

Tanpa sengaja Hans melihat ke arah sebuah gang. Ada beberapa orang yang masuk ke dalam sana. Ingat, orang bukan zombie.

"Ke sana, yuk!" ajak Hans, ia menunjuk ke sebuah gang kecil.

Zaki mengangguk. Mereka berdua pun pergi ke sana.

"Halo," sapa Hans pada seseorang.

Tiga orang berbalik ke Zaki dan Hans.

"Hans, Zaki? Kalian masih hidup?" tanya seorang remaja laki-laki di depan mereka.

"Kok kalian bisa ada di sini? Bukannya kalian lagi olimpiade di Bandung, ya?" balas Zaki karena melihat beberapa temannya berada di sini.

"Kita baru pulang tadi pagi. Waktu kita sampai di bandara, kita langsung di kejar-kejar sama zombie. Untungnya kita bisa kabur ke kantor polisi terdekat yang masih dijaga ketat sama beberapa polisi di sana. Mereka juga ngasih kita beberapa pistol. Sayangnya, zombie itu berhasil nerobos dan gigit polisi-polisi itu. Kami akhirnya lari dan sampai ke sini," jelas Hardi menceritakan pengalaman mereka.

"Ngomong-ngomong soal zombie, gue boleh pinjem pistolnya nggak?" pinta Hans ketika ingin meminjam salah satu pistol dari temannya.

"Oh, oke." Hardi menyerahkan pistolnya kepada Hans.

Ketika zombie itu muncul, Hans langsung menembak mereka semua dan....

Dor! Dor! Dor! Dor!

Tepat sasaran. Semua zombie yang mengejar mereka tadi tumbang. Hans mengembalikan pistol tersebut pada Hardi yang kemudian di terima kembali oleh si pemilik.

"Kalian cuma berdua?" Kini yang bertanya adalah Faiz.

"Tadinya sih, bertujuh, " jawab Hans, "Ya nggak, Zak?" tanyanya.

Orang yang ditanya menjadi salah tingkah ketika mendengar pertanyaan yang dilontarkan padanya.

Zaki menatap ke arah langit. "Hari ini panas banget, ya?" tanyanya yang mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Masa, sih?" tanya Nami yang ikutan memandang langit," Mendung gini, kayaknya bentar lagi hujan, deh," terangnya.

"Gitu, ya?" balas Zaki kikuk.

"Tuh, langitnya udah berawan gitu," ujar Nami menunjuk ke arah langit.

"Hans, Zaki!" panggil Faiz tiba-tiba.

Keduanya pun menoleh.

"Ngomong-ngomong, baju kalian kok samaan, ya?" tanya Faiz. "Bukan cuma baju aja, lainnya juga sama," ujarnya.

"Ceritanya panjang," jawab Hans. Sebenarnya sih pendek, cuman ia malas menceritakannya.

"Mau ikut kita?" tanya Hardi.

"Emangnya kalian mau ke mana?" tanya Zaki.

"Kita bertiga mau ke stadion. Pak polisi tadi bilang bakalan ada bala bantuan di sana. Jadi, kita bertiga sekarang mau ke situ," jelas Hardi.

"Zaki, kabarin yang lain!" perintah Hans pada Zaki.

"Lo aja," balas Zaki malas. Ia masih kesal pada Rewin sejak kejadian tadi.

Hans menghela napas kasar. "Pinjam handphone," pinta Hans pada Zaki.

"Nggak, pakai handphone lo aja," tolak Zaki.

"Kalau handphone gue bisa, nggak bakalan minta ke lo. Punya gue lowbat, nih. kayaknya gara-gara kena air kemarin," ungkap Hans.

Zaki pun menyerahkan handphone miliknya pada Hans. Hans langsung menelepon yang lainnya, tapi....

"Maaf, pulsa Anda tidak mencukupi untuk melakukan panggilan ini...." Begitulah yang ia dengar dari handphone tersebut.

"Lo nggak ada pulsa?" tanya Hans.

"Nggak ada, pakai kuota aja."

"..."

Ia pun mengirimkan pesan kepada Rewin.

Win, kita sekarang mau ke stadion. Kata temen gue, bala bantuan bakalan
ada di sana

Tidak ada balasan dari Rewin. Ah, ia lupa jika Rewin tidak memiliki kuota. Kemudian ia mencari nomor Indri, hingga akhirnya menemukannya.

Ndri, ke stadion. Ada bala bantuan yang mau dateng ke sana

Indriana
Oke

"Kita ikut kalian," putus Hans pada Hardi, Faiz dan, Nami.

Kini, mereka berlima menuju ke stadion. Diperjalanan, mereka beberapa kali dihadang oleh para zombie. Untungnya, mereka dapat mengatasinya.

"Ke minimarket dulu, yuk!" ajak Nami. Ia sangat kelaparan karena belum memakan apa pun sejak pagi.

"Yuk, Gue juga laper!" balas Hardi sambil memegang perutnya yang rata.

"Tapi gue nggak punya uang," sahut Faiz.

"Emang lo mau bayar sama siapa?" tanya Hans, "Nggak ada lagi yang jualan," ujarnya yang membuat ketiga orang lainnya tertawa.

Ketika tiba di minimarket, mereka berhenti sesaat. Hardi maju dan masuk duluan untuk memeriksa keadaan di dalamnya. Saat merasa semuanya aman, ia kembali dan memberitahukan situasinya pada yang lain.

Mereka mengambil segala jenis makanan dan minuman yang ada. Sangat banyak yang diambil, sampai-sampai ada enam kantong besar yang berisi makanan dan minuman saja. Ketika sudah selesai, mereka keluar dan melanjutkan perjalanan.

Ternyata perjalanan ini sangat sulit untuk djalani. Semakin dekat dengan stadion, semakin banyak pula zombie yang berkerumun. Sungguh hari yang sial.

                                 •••

Di tempat lain dengan waktu yang sama, Paula, Indri, Rewin, Eric, dan Rasya sedang terpojok. Mereka terjebak di tempat tadi. Banyak zombie yang tiba-tiba berdatangan ke tempat mereka. Entah apa sebabnya. Intinya, mereka sekarang kini sedang memikirkan cara agar bisa lolos. Masalahnya lagi, mereka tidak memiliki senjata.

Paula meneguk ludahnya kasar.

Gimana, nih?

Bersambung....

Instagram: @nurul__fazhillah

Continue Reading

You'll Also Like

39.8K 3.1K 16
Kalo penasaran langsung baca aja. Salam author, @Penikmat_Hujan
58K 7.2K 35
Thriller, Horor | END ( Untuk sementara waktu cerita akan di unpublish sampai tahap revisi selesai ) Semenjak kecelakaan yang menimpa dirinya sewaktu...
17.8K 4K 50
COMPLETED Teknologi artificial inteligence serempak dimulainya perlahan dan pertahap tanpa di sadari. Salah satu ciptaan kasar AI, justru sengaja dib...
11.9K 1.9K 45
Keadaan Indonesia yang semula baik-baik saja menjadi hancur berantakan karena sebuah virus asing beruntun menimpa negara agraris dan kepulauan terseb...