UPROAR | SINB | SKZ

By ParkSeRyung

24.9K 4K 864

"Hyunjin, katakan padaku siapa yang memukulimu?" Bentak Sinb saat melihat sekujur tubuh dongsaengnya ini penu... More

Prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40

Chapter 10

714 118 29
By ParkSeRyung

Playlist

Suran ft Coogie - Into the Abyss
.
.
.
Aku balik
😆😆😆
.
.
.
Bawa anak-anak nyasar kemari
😂😂😂
.
.
Sekarang lagi promo di Amerika mereka mah
.
.
Jan lupa dukung ya
😉😉😉
.
.
Vote x komen
Untuk FF ini ya
😉😉😉
.
.
Thanks
🙏🙏🙏
.
.
.
Happy Reading
📖📖📖
.
.
.

Motel

Mulut Chan menganga, matanya berkedip-kedip beberapa kali. Ia mengecek handphonenya kembali dan membaca dengan seksama pesan Han.

"Bedebah itu! Bagaimana bisa ia pergi ke Motel? Dengan wanita? Daebak!"

Chan pun memainkan hanpdhonenya dan ia tersambung dengan Woojin. "Woojin-ah ..." panggil Chan sambil berusaha menahan tawanya.

"Wae? Ada apa dengan ekspresimu?"

Mereka melakukan video call dan wajah Woojin terlihat begitu heran melihat Chan menahan tawanya.

"Han, pergi ke motel bersama seorang gadis wkwk." Akhirnya tawa Chan pecah. Ini sebuah berita besar dan ia tak bisa mengatakan apa pun kecuali tawa kegeliaannya.

"Kau serius?"

Suara Woojin meninggi, tidak disangka ia lebih heboh dari pada Chan.

"Hoh, jangan matikan handphonenya. Aku akan masuk dan memberinya kejutan wkwk," Lagi-lagi Chan tertawa.

"Cepat! Aku tidak sabar!"

Chan pun sedikit berlari memasuki motel, bertanya pada resepsionis dan ia segera mengetahui dimana nomer kamar Han menginap. Ia pun segera meluncur kesana.

---***---

"Kau ..." Sinb berdecak, cukup kesal dan sangat ingin melahap Han hidup-hidup.

Han meletakkan koper Sinb diatas kasur tak terlalu besar. "Berhentilah mengomel, aku tidak punya rumah yang nyaman seperti rumahmu. Jadi hanya kemarilah solusinya." Han beralasan dan Sinb semakin geram saja.

"Iya tapi ... Kau ingat apa yang pria tua itu bilang? Pakailah alat pengaman, kalian masih muda. Akan sangat merepotkan di usia kalian ini memiliki bayi," ucap Sinb yang menirukan ucapan pria tua di depan. Han tertawa keras dan Sinb mengangkat kakinya.

"Pergi kau!" usirnya sambil menendang-nendang pantat Han.

"Yak! Kau kasar sekali!" protes Han yang masih saja tertawa dan berjalan menuju pintu.

Brak

Sebelum Han berhasil mencapai pintu, seseorang menendang pintu itu paksa dan Han serta Sinb terkejut saat menjumpai wajah Chan.

"Kalian! Bersama di motel?!" tanya Chan dengan suara kencangnya. Woojin juga menyaksikannya karena Chan tak memutus siaran langsungnya.

Seharusnya, ia yang memberikan Han kejutan tapi ini malah Chan yang mendapatkan kejutan.

"Em ... ini tidak tidak seperti yang kau kira hyung. Aku ..."

"Iya, kami memang ingin bermalam disini bersama," potong Sinb yang kini malah merangkul Han dengan mudahnya. Membuat Chan sangat marah.

Entah apa yang ada dalam otak gadis ini, sepertinya Sinb masih memiliki banyak dendam kepada Chan.

"Apa yang kau bicarakan! Tidak hyung, tidak seperti itu. Aku datang mengawasi rumahnya dan ia pergi tengah malam tanpa diketahui orang tuanya dan memintaku mencarikan penginapan sementara," terang Han tapi Chan masih memandang tajam Sinb.

"Hyung ..." panggil Han yang merasa bersalah sekaligus takut kepada Chan.

"Pergilah, biar aku yang mengurusnya," ucap Chan dan Han pun akan pergi tapi Sinb menghalanginya.

"Kalau kau berani melangkah dari sini, aku akan berteriak jika kalian berdua hendak memperkosaku! Aku tidak peduli jika aku dituduh bohong, kalian harus sama-sama mendekam di penjara bersamaku!" ancamnya yang luar biasa tak terduga, membuat Chan tersenyum.

"Yeoja gila," gumamnya dan Sinb tertawa sinis.

"Dan kau apa? Namja brengsek!" balas Sinb.

Chan pun tertawa mengejek. Ia pun berjalan mendekati Sinb yang masih memegang erat Han. "Bantu aku membawanya pergi dari sini. Han, bawa kopernya."
"Yak! Apa yang kau lakukan!" teriak Sinb saat Chan menggendongnya paksa dirinya, menjadikannya seperti karungan beras. Membawanya pergi dari motel dan Han mengikutinya dengan membawa koper Sinb.

"Kau mau membawaku kemana!" jerit Sinb.

"Bukankah kau ingin diperkosa, jadi akan lebih asyik jika dilakukan di tempat yang sepi," jawab Chan yang membuat Sinb semakin histeris.

"Bajingan sialan! Aku bersumpah akan membunuh kalian!"

Kali ini Chan memasukkannya kedalam mobil dan orang-orang tak berani mendekatinya atau menolong Sinb karena mereka cukup tahu jika Chan adalah sosok yang paling di takuti setelah keluarganya.

"Tutup saja mulutmu itu, kalau tidak aku bisa lebih kasar dari sebelumnya!" tekan Chan dan Han menatap Sinb sambil menggeleng. Entah memiliki hubungan aliansi jenis apa mereka berdua ini? Yang pasti, setelah keinginan konyol Sinb untuk di culik, Han sedikit memiliki pemakluman baginya. Karena ia nampak mirip dengan saudarinya yang telah meninggal beberapa tahun yang lalu.

Sinb pun akhirnya diam, sepertinya Han dapat diandalkan dan kali ini ia tidak akan merasa was-was. Lagi pula, ini kesempatannya untuk memberikan pelajaran pada semua orang. Sinb lelah hanya menjadi kaum tertindas dan sekarang ia ingin membalas semuanya. Ia harus bisa bertahan dimana pun dengan siapapun.

Akhirnya Sinb memilih untuk menutup matanya dan terlelap begitu saja. Han yang melihatnya berdecak dan Chan mendesah berat.

"Apa benar, ia kabur dari rumahnya?" Chan bertanya dan Han mengangguk.

Han pun menoleh, memastikan lagi jika Sinb benar-benar tidur. "Aku rasa, ia pergi tanpa pertimbangan hyung," ucap Han.

Chan pun memandangi Sinb dari kaca spion atas. "Ini bagus, aku bisa sedikit bermain-main dengan Minho." Chan tertertawa dengan pikiran piciknya dan Han terlihat sekali kurang menyetujuinya.

"Jadi hyung, kau akan membawanya kemana?" Han mencoba mencari tahu rencana Chan.

"Apartement tentunya, aku juga sedang dalam masa hukuman. Tidak bisa keluar setiap saat, sekarang saja aku datang dengan beralasan jika kau masuk rumah sakit. Jadi, jika yeoja gila ini membutuhkan sesuatu, kau saja yang mengurusnya. Buat ia senyaman mungkin, sampai ia malas untuk pulang." pinta Chan yang seketika membuat Han cukup lega.

"Tentu hyung." Han menjawabnya dengan sedikit bersemangat.

Mungkin dulu, ia berpikiran Sinb adalah gadis yang bebal sejenis Yebin atau Yeji tapi kenyataannya ia hanya gadis manja yang tak tahu tentang realita dunia.

Chan seketika meliriknya. "Ada yang berbeda darimu. Kenapa kau tak nampak keberatan dengan hal ini, mengingat diawal kau cukup tak menyukainya. Apa ada sesuatu yang ku lewatkan?" kata Chan menatap Han dengan mata menyelidik.

Han terdiam, seolah menimbang apakah ia harus mengatakan hal ini kepada Chan. "Dia ... Tidak seperti Yebin atau Yeji," ucap Han yang seolah menahan mulutnya untuk tak berbicara terlalu jauh.

Chan diam dan menatap Sinb yang terlelap dari spion depan. "Ya, dia hanya gadis naif," kata Chan.

"Apa kau akan terus melibatkannya dalam pertarungan kita?" Han mencoba memastikan ini.

Chan menghela napas. "Kali ini, aku harus menang sebelum Dahyun datang. Aku tidak akan menyerahkan apa pun lagi kepada Minho." Chan terlihat serius dan Han memandang Sinb dengan ibah. Ia merasa kasihan melihat Sinb yang mungkin nantinya akan masuk dalam pusaran yang keras ini.

---***---

Pagi menyapa, saat tetesan embun membasahi halaman. Memberikan nuansa dingin yang begitu segar. Dongho terbangun saat mengingat jika ia memiliki tugas untuk membangunkan semua orang yang akan mengatar keponakan tercantiknya itu kembali ke Amerika.

Ia berniat membangunkan Sinb, agar lebih cepat karena biasanya seorang gadis akan membutuhkan waktu lama untuk bersiap-siap.

"Sinb-ah, sudah waktunya. Bergegaslah, kami akan menunggumu di bawah," serunya sambil mengetuk beberapa kali pintu kamar Sinb tapi tak ada reaksi apa pun di dalamnya.

Dongho menghela napas, ia sudah menduga jika keponakan kecilnya itu masih marah kepadanya. Dongho pun sudah menyiapkan kunci untuk berjaga-jaga dan membuka paksa pintu kamar Sinb.

Cklek

Pintu pun terbuka dan Dongho masuk kedalam. "Sinb-ah ..." panggilnya dan tak menemukan Sinb di dalam, kamarnya begitu rapi dan Dongho mencoba untuk mencarinya kedalam kamar mandi tapi tetap tak ada.

"Sinb ... Ayolah, jangan bercanda dengan paman," gumam Dongho yang kali ini mengecek lemari dan kosong.

Dongho mendesah dan mulai cemas. "Hyung ..." Ia memanggil kakak laki-lakinya dengan lantang dan berjalan keluar kamar Sinb, menemukan Hyunjin yang baru keluar dari kamarnya dengan wajah lesuhnya.

"Wae?" tanyanya yang memang merasa terganggu dengan suara pamannya.

"Noonamu menghilang, bagaimana ini?" kata Dongho tergesa-gesa dan cemas.

Mata Hyunjin yang awalnya terpejam, kini melebar. "Aku akan mencoba menghubungi temannya. Aish, kenapa ia selalu saja berulah!" kesalnya yang kini masuk kedalam kamarnya untuk mencari handphone.

Sudah dapat di duga, jika Hyunjin akan menghubungi Soyeon tapi nihil. Soyeon tak mengetahui keberadaan Sinb meskipun Hyunjin telah menyuruhnya bersumpah untuk tak membohonginya.

"Ada apa kalian ribut sekali?" Kangin tiba-tiba muncul membuat keduanya semakin tegang.

Melihat gelagat aneh keduanya, Kangin sepertinya sudah dapat menduga apa yang terjadi. "Dia pergi?" tanyanya dan keduanya tak bisa mengatakan apa pun.

Kangin pun mencoba membuktikan dugaannya dengan memasuki kamar putrinya dan benar tak ada siapa pun disana. Kangin pun mencoba menelepon Tiffany.

"Dia sudah kembali?" tanyanya, sementara Dongho dan Hyunjin hanya memperhatikannya saja.

"Siapa maksudmu? Sinb?" jawab Tiffany di seberang, nada suaranya juga menunjukkan kekhawatiran.

"Ya, aku akan mengirimnya untuk kembali bersamamu tapi ia tidak ada disini," terang Kangin.

"Yak, Kang Kangin! Bagaimana kau seceroboh ini, apa kau tak bisa menjaganya dengan baik? Kalau tahu seperti ini, aku tidak akan membiarkannya menemuimu!" Tiffany terdengar begitu marah dan ekspresi Hyunjin mulai berubah. Kangin pun mengetahuinya.

"Aish, kau berbicara seolah kau adalah eomma yang baik. Sudahlah, aku sedang tidak ingin berdebat denganmu!" kata Kangin yang menutup sambungan telponnya dengan Tiffany begitu saja.

Tutt

"Bagaimana sekarang Hyung?" Dongho bertanya.

Kangin mendesah. "Menurutmu bagaimana? Lacak nomernya dan kartu kreditnya. Aku tidak mengerti, bagaimana ia terus membuat ulah," omelnya yang kini berjalan tapi tiba-tiba berbalik.

"Kau hubungi semua detektif yang kau kenal. Aku yakin kali ini ia mencoba untuk berbunyi dari kita. Anak ini, aku tidak memahami apa yanh ia fikirkan," keluhnya dengan lirih dan Hyunjin yang melihat Appanya begitu cemas, merasa kasihan juga.

"Ini semua salahku, kalau saja aku tak mengabaikannya, mungkin noona tidak akan pergi," akui Hyunjin dan Kangin pun datang kehadapannya, mengacak rambut Hyunjin dengan mencoba tersenyum.

"Jangan terlalu membebani dirimu. Ini semua salahku dan eommamu yang tak bisa menjaga kalian dengan benar." Kangin mendesah. "Mari, setelah ini kita perbaiki semuanya," lanjut Kangin.

"Tentu saja Hyung, kita akan menjadi lebih baik setelah ini," sahut Dongho yang mencoba untuk mencairkan susana.

Hyunjin pun mengangguk dengan matanya yang berkaca-kaca.

---***---

Gimje high school, nampak begitu lenggang di jam 7 pagi. Kebanyakan siswa berkumpul dilapangan untuk menyaksikan kompetisi basket tahunan.

Yebin memandang tajam Changbin yang terus menghindarinya semenjak kemarin. Felix pun terus berlari ketika Yebin hendak mendekatinya dan Minho, tentu saja Yebin tak akan berani mengantarkan nyawanya pada pria itu.

"Kenapa Yebin terus mengejarmu?" Soyeon menyodorkan air minum kepada Changbin yang kehausan. Merasa heran melihat tingkah Yebin dan Changbin yang menurutnya cukup aneh.

Changbin mendesah, menatap Soyeon dengan kesal. "Wae? Apa aku melakukan sesuatu yang salah?" Soyeon bertanya karena Changbin tiba-tiba menatapnya seperti itu.

"Temanmu itu, membuat masalah dengan mengundang bedebah Gunsan," ucap Changbin yang membuat mulut Soyeon menganga.

"Hah? Maksudmu, mereka bertengkar dan mungkin sekarang mereka menyulik Sinb," duga Soyeon yang membuat Changbin melotot.

"Menculik bagaimana? Mereka beradu di cafe kemarin dan itu karena temanmu," terang Changbin dan Soyeon semakin cemas.

"Ya mungkin karena itu Sinb menghilang. Tadi pagi Hyunjin menghubungiku untuk menanyakan keberadaannya," terang Soyeon.

"Mwo? Pantas saja Hyunjin tak masuk hari ini." Changbin pun mencoba mengedarkan pandangannya dan ia tak mendapati Hyunjin dimana pun.

"Lalu, Minho sudah tahu?" Soyeon mencoba memberanikan diri bertanya tentang Minho.

Changbin menggeleng. "Tidak, kalau ia tahu mungkin ia sudah mencarinya. Ah, aku tidak tahu kenapa yeoja itu mempengaruhinya. Ku pikir perselisihan ini hanya pengakuan tentang siapa yang terkuat tapi saudara Hyunjin itu nampaknya membuat semuanya semakin rumit saja," ucap Changbin dengan kesal.

Soyeon terdiam, nampak berpikir. "Aku pikir Minho sudah melupakan Dahyun? Atau mungkin Sinb hanya sebagai alat?" Soyeon mencoba menduganya.

"Cukup, jagalah bicaramu! Sebaiknya kau kembali ke kelas dan mencoba menghubunginya. Aku tidak ingin ia terus-terusan mengacau seperti itu," pinta Changbin dsn Soyeon pun menganguk.

"Okay, jangan lupa untuk meneleponku jika kau memiliki informasi," seru Soyeon dan Changbin pun mengangguk.

---***---

Sinb membuka matanya saat ia merasakan cahaya matahari menyilaukan matanya. Ia tidak tahu siapa yang membawanya kemari, kasur empuk dengan interior yang nampak seperti kamar pribadi.

Meskipun aura maskulin cukup kuat disini, Sinb tidak peduli. Ini lebih baik dari pada ia harus tidur di Motel yang nampak lebih horor dari semuanya.

"Noona ... Kau sudah bangun?" suara dari balik pintu dan sepertinya Sinb mengenalinya.

Segera ia bangkit dan membukanya. Ia pun disambut dengan senyum khas gigi kelinci itu. "Aish, demi langit aku ingin merekam suaramu yang memanggilku noona," sindir Sinb dan Han pun tertawa.

"Ayo makan, aku sudah memesan sesuatu," ajaknya dan Sinb seketika mengedarkan matanya.

"Kau mencari Bang Chan Hyung?" tebak Han dan Sinb mengangguk.

"Dia masih menjalani hukumannya, jadi ia tak bisa pergi kemana pun tapi ia menitipkan ini untukmu." Han pun menyodorkan sebuah handphone dan nomer asing memanggil.

"Angkat saja, itu Hyung," kata Han dan Sinb pun mengangkatnya.

"Wae?" suaranya sedikit meninggi.

"Aku rasa, aku sudah memiliki banyak energi untuk membentakku pagi-pagi," sindir Chan dan Sinb hanya memutar bola matanya jengah.

"Baiklah, dengarkan baik-baik. Aku tidak akan memberikan tumpangan secara gratis jadi aku akan memintamu membalas kebaikanku sekarang," ucap Chan dengan serius yang membuat Sinb semakin penasaran saja.

"Aku tahu, jadi cepat katakan!" desak Sinb.

"Sebentar lagi ada pria tua yang akan datang dengan beberapa orang yang akan mengintrogasimu. Kau hanya perlu meyakinkan mereka jika kau adalah kekasihku," terang Chan yang membuat Sinb menganga.

"Shireo! Jelas aku bukan apa-apamu dan aku tidak ingin terlibat hubungan rumit dengan siapa pun!" tolak Sinb.

"Kalau begitu kau bisa pergi dari apartemenku sekarang juga!" Nada bicara Chan terdengar santai dan Sinb segera berdecak.

"Brengsek kau. Aish, baiklah aku akan melakukannya."

Tidak ada pilihan lain kecuali menurutinya. Lagi pula, Sinb tak punya rencana akan tinggal dimana untuk sekarang. Sinb lelah untuk bertemu dengan keluarga-keluarganya dan ia juga harus bertahan dengan pilihannya.

-Tbc-

Continue Reading

You'll Also Like

3.7M 231K 62
[Highest Ranking #1 in Teen Fiction] " I do not belong to you, or to anyone else. I will talk to whomever I want, whenever I want." Bella menjeling...
1.5M 78.2K 21
Bagi Mia Elysha, cukuplah 3 tahun dia dibuli oleh Adrian Harris di bangku sekolah. Selepas sahaja Mia Elysha tamat sekolah, dia dipaksa pula berkahwi...
1.6M 76.9K 128
COMPLETED "Dia kan bekas pelajar sekolah pondok. Dia bukannya macam kita, belajar dekat sekolah biasa macam sekolah kita ni. Mestilah dia tak pegang...
3.9M 160K 67
[Completed] Highest rank #1 in teen fiction (25 june 2018) Start~16 january 2018 , end~12 march 2018. TIARA DANEESYA seorang gadis cantik yang diperl...