Hero Academia《NCT》

By acel_kins-

596K 103K 33.1K

[Fantasy] [YAOI] Disaat dunia tidak seimbang. Munculah sebuah keajaibanㅡ dimana 10% dari rakyat di dunia men... More

Cast - 1
Cast - 2
Seven Hide Power - 1
Seven Hide Power - 2
Seven Hide Power - 3
Seven Hide Power - 4
Seven Hide Power - 5
Seven Hide Power - 6
Seven Hide Power - 7
Seven Hide Power - 8
Seven Hide Power - 9
Seven Hide Power - 10
Seven Hide Power - 11
Seven Hide Power - 12
Seven Hide Power - 13
Seven Hide Power - 14
Seven Hide Power - 15
Seven Hide Power - 16
Seven Hide Power - 17
Seven Hide Power - 19
Seven Hide Power - 20
Seven Hide Power - 21
Seven Hide Power - 22
Seven Hide Power - 23
Seven Hide Power - 24
Seven Hide Power - 25
Season 2 - Another Dimension [Prolog]
Season 2 - Another Dimension [1]
Season 2 - Another Dimension [2]
Season 2 - Another Dimension [3]
Season 2 - Another Dimension [4]

Seven Hide Power - 18

15.4K 2.8K 914
By acel_kins-

HENDERY dan Xiaojun berlari ke arah kerumunan; melihat dua pahlawan sedang menyergap satu monster yang memiliki bentuk aneh. Seperti cairan kental berwarna hijau berjalan yang memiliki kedua mata; bau busuk memenuhi tempat tersebut.

Dua pahlawan; yang satunya berbentuk kayu dan yang satunya bertubuh besar sekitar sepuluh meter. Para warga berlarian tak tentu arah saat monster berbentuk cairan itu mulai bergerak; tidak ada yang bisa menghentikan karena bentuknya yang mudah menyerap sesuatu. Bahkan kayu serta pukulan kuat si pahlawan berbadan besar pun tidak mampu untuk menghentikan penjahat itu.

"Apa yang akan kau lakukan?" tanya Xiaojun sembari menatap ke sekliling; beberapa kabel listrik jatuh ke bawah karena pertempuran. Salah satu bangunan juga ada yang hancur hingga puing-puing nya berjatuhan ke bawah; hampir mengenai warga.

Hendery menghela nafas. "Kita harus membantu, ayo."

Kejahatan terjadi di depan mata mereka. Tentunya Hendery tidak bisa diam saja, ia memiliki kekuatan, jika bisa membantu, maka Hendery akan membantu.

Monster berbentuk cairan itu merayap di jalanan; lalu tubuhnya kembali berkumpul menjadi satu, besarnya sekitar tiga meter lebih. Ada banyak emas serta uang di dalam tubuh penjahat itu.

Hendery menempelkan kedua tangan di atas permukaan aspal; yang di dalamnya terdapat tanah. Ia mengeluarkan kekuatan; seketika tanah yang di pijak oleh monster itu terangkat setinggi lima meter.

"Jun! Bakar dia!" teriak Hendery; mempersilahkan Xiaojun untuk mengeluarkan api.

Tanpa menunggu lama Xiaojun mengarahkan kedua tangan di udara; api besar berwarna merah menyala keluar dari telapak tangan dan segera membakar monster tersebut. Untuk yang satu ini, suhu api Xiaojun berada di atas 800°.

Suhu ruangan di kota Changwon menjadi panas karena api Xiaojun. Perlahan api di tangannya mengecil dan hilang; monster yang semula berkeliaran dan meresahkan masyarakat kini menghilang. Meninggalkan noda gosong di atas tanah yang sudah Hendery angkat.

Cairan tentu bisa mudah hilang oleh api. Apalagi api milik Xiaojun memiliki suhu yang benar-benar fantastis.

Kedua murid Hero Academia itu tertawa senang lalu berhigh five ria. Para warga bersorak karena monster sudah di lenyapkan; mereka semua bertepuk tangan akan tindakan heroik yang di lakukan Hendery dan Xiaojun.

"Kau bukan asli dari sini ya?" pahlawan yang tadi mengeluarkan kayu dari kedua tangan kini sudah berdiri di hadapan Xiaojun dan Hendery. Sementara lelaki yang tadi bertubuh besar kini sudah menyusut; tinggi nya hampir sama seperti Hendery.

"Ya. Maaf karena kami menganggu, tapi kami rasa kalian butuh bantuan." ujar Xiaojun; merasa menyesal karena sudah mengambil pekerjaan pahlawan yang seharusnya bertugas.

Si lelaki pemilik kekuatan kayu mengangguk. "Bisakah kita bicara? Kekuatan kalian terlihat sangat kuat, aku belum pernah melihat seseorang memiliki kekuatan seperti itu disini."

Hendery dan Xiaojun saling berpandangan. Lalu sedetik kemudian mengangguk, siapa tahu mereka bisa mendapatkan informasi tentang pemilik kekuatan Hide Power kan?

.
.

Sudah satu hari berlalu namun Taeil dan Hansol tidak menemukan apapun di Myeongdong. Memang ada kejahatan, namun tidak separah apa yang mereka bayangkan. Para pahlawan profesional pun sudah bergerak terlebih dahulu untuk meringkus pada penjahat.

"Hanya bangunan itu yang mencurigakan, bukan begitu?" tanya Taeil sembari menatap beberapa pepohonan rindang di hadapannya.

Teringat akan para gadis yang di kurung di dalam sebuah ruangan, belum lagi ada sebuah benda aneh berbentuk tabung di dalam bangunan itu. Taeil berasumsi bahwa para gadis itu mungkin di jadikan sebagai bahan percobaan untuk sesuatu; bisa jadi kejahatan.

Hansol mengangguk; lalu meneguk minuman kaleng yang ada di genggaman nya hingga tandas. Mereka berdua menginap di sebuah motel yang memiliki harga murah yang terletak di pinggir jalan.

"Haruskah kita kembali dan mencari tahu?" Hansol melirik Taeil yang hanya terdiam; mungkin masih berpikir.

Well, jika benar tempat itu di jadikan sebagai persembunyian dan tindak kejahatan. Maka mereka berdua pun bisa terlibat di dalam masalah. Keduanya ragu, apakah masalah ini ada hubungannya dengan pemilik Hide Power atau hanya pekerjaan para penjahat yang sedang membentuk aliansi untuk menguasai dunia?

"Sepertinya kita harus kembali memeriksa. Apapun yang terjadi nanti, pasti akan sangat berbahaya." ujar Taeil sembari membuang botol minuman miliknya yang sudah habis ke tempat sampah.

Ada atau tidak hubungan masalah ini dengan pemilik kekuatan Hide Power. Mereka berdua harus bisa menuntaskan kejahatan; apapun bentuknya. Keduanya berasal dari sekolah pahlawan; jadi mereka harus bersikap seperti pahlawan profesional. Taeil maupun Hansol tidak mungkin hanya tinggal diam bukan?

"Baiklah, ayo kita kembali kesana." Hansol berdiri dan menepuk celana nya untuk membersihkan noda; lalu satu tangannya terulur untuk membantu Taeil bangun.

Mereka berdua mengangguk; saling meyakinkan satu sama lain sebelum akhirnya bergerak menuju bangunan kumuh yang pertama mereka datangi.

Bangunan yang sudah di tinggalkan dan tidak terpakai itu jaraknya tidak terlalu jauh dari tempat mereka menginap. Mungkin hanya sekitar lima ratus meter; jadi kini Hansol serta Taeil berjalan sembari mengamati keadaan sekitar.

Myeongdong terlihat sepi, apalagi bangunan yang akan mereka hampiri terletak di daerah yang seperti sudah lama di tinggalkan. Tidak ada manusia yang lewat atau berlalu lalang disana. Hanya ada beberapa kendaraan yang terkadang lewat.

Sepuluh menit berlalu; mereka berdua akhirnya sampai di tempat tujuan. Dinding bangunan tiga lantai itu di penuhi oleh lumut; belum lagi ada beberapa bagian yang hancur karena perubahan cuaca.

"Aku masuk terlebih dahulu untuk memeriksa keadaan di dalam, tapi jika aku tidak kembali dalam satu menit. Maka keadaan di dalam sana sedang berbahaya." Hansol menepuk pundak Taeil; mereka berdua mengendap-endap menuju bagian samping bangunan.

Otomatis Taeil mengangguk. Perlahan Hansol masuk ke dalam dinding; menggunakan kekuatan jumper. Meninggalkan Taeil yang sudah menghitung satu sampai enam puluh untuk memastikan apakah keadaan di dalam sana baik-baik saja atau tidak.

Jantung Taeil berdegup kencang; ia takut jika ada sesuatu yang buruk terjadi pada Hansol. Ia malah tidak bisa membantu karena hanya memiliki kekuatan healing. Meskipun Taeil menguasai beberapa tehnik bela diri, tapi tentu saja hal itu tidak cukup untuk melawan seseorang yang memiliki anugerah.

"Tiga puluh satu, tiga puluh dua, tigaㅡ"

"Aman!"

"Ya!" Taeil menatap horror ke arah Hansol yang tiba-tiba muncul di sampingnya.

"Keadaan aman, tapi anehnya semua gadis sudah di masukan ke dalam tabung aneh yang mengeluarkan cahaya kehijauan. Jumlahnya lebih dari enam puluh tabung dan semuanya terisi oleh gadis-gadis itu." raut wajah Hansol terlihat gusar; sangat aneh jika tidak ada siapapun yang menjaga disana bukan?

"Kau yakin sudah memeriksa hingga ke semua tempat?"

"Tentu saja! Kau ingin masuk?"

Taeil mengangguk, mereka bisa masuk melalui pintu belakang. Namun sepertinya akan sangat berbahaya jika keduanya sudah masuk. Tapi mereka akan baik-baik saja. Hansol bisa membawa Taeil menggunakan kekuatan jumper miliknya.

"Ayo masuk." ajak Taeil sembari memantapkan tekad.

█●█●█●█●█



Haechan memasang kubah pelindung untuk menghindari serangan dari luar. Chenle sudah berada di dalam kubah bersamanya; punggung mereka berdua menyatuㅡtanda jika keduanya sedang berada di dalam posisi siaga.

Ternyata memang benar. Haechan dan Chenle tidak bisa meremehkan sosok misterius yang mereka ikuti! Sudah sepuluh menit berlalu namun sosok itu tidak ingin berhenti mengeluarkan cairan asam dari kedua telapak tangan. Yang mana cairan tersebut bisa langsung membuat bagian tubuh Haechan maupun Chenle meleleh tanpa sisa.

"Aku tidak tahu kenapa kalian mengikutiku, namun kalian sangat menganggu!" teriak sosok itu sembari terus menyemprotkan cairan asam dari kedua telapak tangan.

Chenle tidak bisa merubah bentuk tubuhnya menjadi batu karena cairan asam itu juga pasti akan membuat batu di tubuhnya menjadi hancur. Sial! Mereka terpojok jika terus menerus seperti ini. Haechan juga tidak bisa selamanya menahan serangan; ia memiliki batas untuk perisainya.

"Aku hanya penasaran! Kami harus menemukan pemilik kekuatan Hide Power secepatnya!" teriak Chenle penuh kekesalan; ia berdiri di samping Haechan yang masih mempertahankan kubah perisai berwarna ungu tersebut.

"Omong kosong!"

"Tiga teman kami sekarat! Kami tidak berbicara omong kosong!" kali ini Haechan yang berteriak.

Oh Tuhan, tidak bisakah mereka membicarakan semuanya secara baik-baik? Demi Tuhan Haechan juga mulai merasakan lemah pada tubuhnya karena pelindungnya terus menerus menerima serangan.

"Aku tidak percaya!" teriak sosok itu sembari menambah titik leleh cairan asam yang ada di tangan. Luka sayatan di wajahnya terlihat mengerikan.

"Itu memang benar! Renjun Hyung, Mark Hyung dan Doyoung Hyung membutuhkan bantuan kami!" urat di sekitar leher Chenle menonjol karena ia berteriak terlalu kencang.

"A-apa?" sosok tersebut mematung, perlahan cairan asam yang keluar dari kedua telapak tangannya berhenti. Wajahnya menampakkan ekspresi terkejut.

Nafas Haechan terengah; ia menghirup nafas dalam. Tapi masih terus mempertahankan pelindung, takut jika sosok di hadapannya kembali menyerang. Tubuhnya perlahan terjatuh terduduk di atas tanah.

"Kami tidak berbohong! Kami memang harus segera menemukan pemilik kekuatan Hide Power untuk menyelamatkan teman-teman kami." gumam Haechan pelan; kembali teringat akan Mark yang juga terbaring koma di ranjang ruang isolasi.

"Bisa ulangi siapa nama teman kalian?" ujar sosok misterius itu dengan suara datar; mencoba untuk menahan getaran di dalam pita suaranya.

Chenle mengusap wajah. "Mark Hyung, Renjun Hyung dan Doyoung Hyung."

"Kim Doyoung?" tanya sosok itu; mencoba untuk memastikan sesuatu.

"Ya Doyoung hyung. Pemilik kekuatan tanah serta death singㅡkau mengenalnya?" tanya Haechan penasaran.

Aura di sekitar mereka tidak semencekam tadi. Setidaknya sekarang Haechan dan Chenle bisa bernafas lega.

Tubuh sosok misterius itu jatuh berlutut di atas tanah; kedua bola matanya membelalak lebar ketika mendengar satu nama yang begitu ia kenal.

"Apa yang terjadi pada Doyoung?"

"Perbuatan bangsa Volkaㅡsihir. Seluruh organ tubuh Doyoung Hyung hancur secara perlahan, kami harus menemukan pemilik kekuatan Hide Power untuk membantunya." jawab Chenle; ia menatap heran pada sosok misterius itu.

Perlahan pelindung yang dipasang oleh Haechan menghilang. Mereka bisa menatap satu sama lain; terlihat jelas sekali bahwa sosok misterius yang memiliki luka pada wajah itu terlihat terpuruk sekarang.

"K-kau mengenal Doyoung Hyung?" tanya Haechan; menaruh sedikit harapan.

Sosok tersebut mengangguk; lalu mendongakkan kepala. Menatap Haechan dan Chenle dengan tatapan yang tak bisa di artikan. "Aku Kim Gongmyungㅡkakak kandung dari Kim Doyoung."

█●█●█●█●█

Yuta terdiam di depan pintu rumah sederhana bercat putih. Vernon masih mengenggam tangannya; mengajaknya untuk masuk ke dalam karena sudah jam makan siang. Sementara Johnny dan Jisung mengikuti di belakang; mencoba untuk tidak mengeluarkan suara atau membuka tudung yang menutupi kepala hingga wajah.

"Ayo masuk paman!" seru Vernon sembari membuka pintu dan menarik Yuta untuk masuk ke dalam.

Perasaan Johnny sudah bercampur. Rasanya ia ingin pergi dari sini, cepat atau lambat identitas mereka pasti terbongkar. Johnny tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan keluarga Seungcheol saat mengetahui bahwa ternyata lelaki itu sebenarnya sudah mati dan yang mereka lihat sekarang adalah Yuta; peniru.

Mereka bertiga masuk ke dalam. Wangi harum masakkan membuat Jisung menelan air liur; ia lapar sekali dan memang membutuhkan makanan. Namun entah kenapa Jisung merasa ada yang berbeda dengan Johnny karena sejak bertemu Vernon; lelaki tinggi itu hanya diam.

"Akhirnya kau pulang!" seorang lelaki cantik berambut panjang memekik bahagia ketika melihat Seungcheol; ia memeluk tubuh suaminya.

Sementara Yuta hanya tersenyum canggung, tidak tahu harus bersikap seperti apa. Ia takut salah bicara, rasanya benar-benar buruk memerankan seseorang yang ternyata sudah memiliki pasangan hidup.

"Ayo, makanan sudah siap. Kau pasti lapar! Oh Dokyeom, Shownu, kalian juga datang. Ingin makan bersama?" tanya Jeonghan dengan nada suara yang begitu cerita.

Johnny dan Jisung mengangguk. Keduanya tidak bisa menjawab karena suara yang mereka keluarkan pasti terdengar aneh dan berbeda. Jika Jisung memerankan sosok Dokyeom, maka Johnny memerankan sosok Shownu.

"Bagaimana di perbatasan?" Jeonghan berjalan menuju dapur; lalu menghampiri seorang balita yang kini sudah duduk di atas kursi makan kanak-kanak, "Ayah sudah pulang Dino!"

Mata anak kecil itu berbinar ketika menatap Yuta. "Ayah!"

Tubuh Yuta diam mematung; jantungnya berdegup sangat cepat. Tidak percaya bahwa seseorang yang mereka bunuh ternyata memiliki keluarga, seketika rasa bersalah memenuhi relung hati. Johnny yang bisa melihat bagaimana pikiran Yuta hanya terdiam; tidak sanggup mengatakan apapun karena memang seperti itu kenyataan nya.

Menghela nafas dalam; Yuta akhirnya tersenyum kecil. Ia tidak bisa berhenti di tengah jalan, semua teman-teman nya sedang berjuang saat ini. Apa yang sudah terjadi tidak bisa kembali di tarik; yang bisa Yuta lakukan adalah menyesali perbuatan nya meskipun ia tahu itu sudah sangat terlambat.

Rasa lapar di perut Jisung seketika hilang. Ia yang sudah menebas semua leher bangsa Volka yang menjaga perbatasan, dan mengetahui bahwa salah satunya adalah seorang Ayah membuat Jisung merasa begitu buruk.

"Kita memang bersalah. Namun kita melakukan semua ini untuk teman-teman kita." bisik Johnny tepat di telinga Jisung; ia juga menepuk bahu lelaki kelahiran 02 itu secara lembut, "apapun yang kau rasakan, aku juga merasakannya. Tapi kita tidak bisa berhenti begitu saja. Ingat Mark, Renjun, Doyoung dan Jungwoo."

Pada akhirnya Jisung mengangguk paham. Tapi rasa bersalah yang bercokol di dalam dada tidak akan pernah bisa menghilang, Jisung merasa begitu tolol.

"Ayo kita makan!" seru Vernon; lalu duduk di samping Yuta yang kini sudah membuka tudung yang menutupi wajah hingga kepala.

"Sayang, kau baik-baik saja?" tanya Jeonghan khawatir, pasalnya sedaritadi Seungcheol selalu diam.

Yuta mengangguk dan tersenyum. "Aku baik-baik saja, ayo kita makan."

RasanyaㅡYuta ingin sekali menenggelamkan dirinya di palung mariana.

Tbc

Part 20 udah pada balik keknya :v sabarr ya yang nunggu Mark, Renjun, Doyoung sama Jungwoo ^_^

Gongmyung ↓ kakak kandung doyoung

Continue Reading

You'll Also Like

1.5M 136K 74
NOT BL! (Follow biar tahu cerita author yang lain ok!) Update sesuai mood 🙂 Seorang remaja laki-laki spesial yang berpindah tubuh pada tubuh remaja...
97.5K 231 8
konten dewasa 🔞🔞🔞
3.4M 336K 93
Bercerita tentang Labelina si bocah kematian dan keluarga barunya. ************************************************* Labelina. Atau, sebut dia Lala...
7M 367K 46
Daisy Mahesa, seorang model terkenal. Ia juga merupakan putri tunggal dari keluarga Mahesa. Menjadi seorang model merupakan mimpinya, namun sayang ka...