The Campus Bad Boy

By summeronwinterday

342K 31K 3.7K

[COMPLETED] Gun Atthaphan adalah seorang model student di kampusnya; pintar, disukai semua orang dan mempunya... More

Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30

Chapter 24

8.6K 786 84
By summeronwinterday

Seperti binatang buas, Off menjilati tubuh Gun dari kaki sampai ke perutnya, lidahnya berhenti dan bergerak melingkar di setiap puting Gun sebelum kembali menemukan mulutnya. Dia mencium Gun dengan keras, memegang kedua tangan Gun di atas kepalanya. Dia mengangkat kepalanya dan menatap Gun, itu adalah tatapan dominan yang jarang keluar saat mereka berhubungan badan, sisi liar Off yang Gun sukai.

"Katakan apa yang kamu inginkan." Tanya Off dengan nada suara yang terdengar rendah dan seksi.

Gun menjilat bibirnya. "Dirimu."

Off menggeram, beranjak dari tubuh Gun dan berlutut di dekat kedua kaki Gun yang terangkat. Dia membelai kejantannya, hanya beberapa inci dari lubang bokong Gun. "Kau menginginkan ini?" Gun mengangguk.

"Katakan dengan jelas, sayang."

"Aku ingin kejantananmu."

"Dimana?"

"Didalam bokongku."

Satu sisi bibir Off terangkat mendengar jawaban Gun, tapi ia tidak langsung memasukan kejantanannya melainkan memasukan jari tengahnya ke dalam bokong Gun. Gun mendesah dan mencengkeram sprei saat Off menambah kecepatan gerakam jarinya.

"My baby is so sensitive, i love that."

Off mengeluarkan jarinya, ia turun dari kasur dan bertekuk dilantai. Off menarik bokong Gun hingga wajahnya dia dan bokong Gun tidak lagi berjarak.

Gun mengintip apa yang akan Off lakukan padanya, dan mata mereka bertemu. Lalu Off meniup bokong Gun dan menjilat lubangnya. Sebelum Gun bisa bereaksi, Off menggerakan lidahnya seperti ia sedang menjilati es krim, suara jilatan yang terdengar basah dan eksotis di teling Gun membuatnya hampir mencapai klimaks keduanya jika Off tidak segera menjauhkan kepalanya.

"Please...masukan kejantananmu sekarang..."

"Just like what you want, baby."

Off bangkit berdiri, ia memegang kedua kaki Gun dan kejantanannya yang keras memasuki bokong Gun dengan mudah. Off mengecup kedua kaki Gun dan berbisik, "God, you are so precious. Feel so good." lalu mulai bergerak.

Saat Off menghantam Gun, pria kecil itu berada di bawah kekuasaannya. Terikat olehnya. Untuk dia. Off menggoyangkan pinggulnya, menarik pinggul Gun semakin dekat, dan membuat Gun mengerang dan menyerukan namanya, cengkeramannya pada sprei semakin kuat.

Tanpa peringatan, Off mengangkat tubuh Gun dan membalikkan tubuhnya, menarik pinggulnya hingga ia berlutut diujung kasur sebelum memasukan kejantanannya dalam bokong Guj lagi. Tangan besar Off menekan punggung Gun ke bawah sampai pipinya menempel di tempat tidur.

Gun menyerah pada semua yang Off lakukan padanya. Menyerah pada semua yang dia rasakan. Semua yang Off lakukan. Semua yang Gun rasakan. Semuanya terasa begitu nikmat.

Off menyetubuhi Gun tanpa ampun sampai Gun tidak lagi bisa mendesah karena intensitas dari gerakan pinggulnya, ia sampai pada satu klimaks ke yang lain. Malam itu sungguh itu gila. Liar. Primitif.

Gun akan merindukannya, kehangatan tubuhnya, keringatnya menetes ke tubuh Gun. Lengan Off melingkari pinggang Gun dan memeluknya dari belakang ketika dia mendorong tubuhnya semakin dalam, mulutnya menghisap lobus telinga Gun kemudian lehernya.

Off mengganti posisi mereka lagi, dan kali ini Gun di atas, tatapan liar Off menyala saat Gun menungganginya Jari-jarinya mencubit puting Gun dia bergerak.

"Bersandar," Off menginstruksikan, dan Gun melakukannya, mengubah sudut dan memberinya akses yang lebih baik ke kejantanan Gun. Off menggerakan tangannya dengan tempo yang sama seperti Gun menggerakan pinggangnya.

Dan ketika Gun sampai pada klimaksnya untuk yang ketiga kalinya, Off juga sampai pada klimaksnya. Off memeluk Gun dengan masih memangkunya, ia mengecup pipi Gun berkali-kali.

"I love you." Bisik Off, seraya mengeratkan pelukannya.

"I do too."

"No matter how many times i say i love you, i always love you more than that."

"Hmm, i know, babe. I know." Ucap Gun, ia mengusap-usap rambut Off, menolak untuk melepaskan pelukannya.

***

"Itu dia pemeran utama kita." Ucap Tay saat melihat Off dan Gun keluar dari lift, Tay melihat Gun yang digendong di punggung Off dan mulai meledeknya. "Oho, seberapa ganasnya Off Jumpol sampai membuat model student kita tidak bisa berjalan, huhhh?"

"Diam, Tay." Off yang menyahutinya.

"Ui, pemiliknya marah."

"Off, turunkan aku. Aku bisa jalan sendiri." Kata Gun, namun Off tidak membiarkannya. Mereka berhubungan seks semalaman dan bisa dibilang Gun hampir kehilangan kesadarannya diakhir. Off bahkan sampai berlari mencari mesin minuman untuk membeli pocari.

"Tidak boleh, kau bahkan tidak bisa berdiri dengan benar."

"Ta-tapi teman-temanmu...mereka." Gun menunjuk ke arah teman-teman Off. Saat Off melirik mereka dengan tatapan sinisnya, mereka menoleh ke arah lain; ada yang bersiul, menggaruk belakang leher mereka dan ada yang berpura-pura melambaikan tangannya entah pada siapa.

"Iya, kami baru saja menikmati seks terindah dalam hidup kami. Jadi berhentilah menatap, ok?" Kata Off, teman-temannya menyoraki mereka.

"Aku sudah check out, kita bisa pulang sekarang." Krist dan New muncul setelah berbicara pada penjaga lobi.

"Peng, nanti jangan kemana-mana. Aku ingin ke rumahmu, aku sudah membeli banyak kaset game baru untuk PS4-mu."

"Ok, aku akan mengantar Gun dulu ke rumah. Sekalian belikan kopi untukku, Tay."

"Noted, sir!"

***

Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, Off dan Tay menghabiskan siang mereka sebelum Off pergi ke bandara. Off juga butuh waktu untuk berduaan saja dengan Tay karena keduanya bertumbuh bersama dan adalah sahabat terbaik. Tay sejujurnya tidak tahu apa yang harus ia lakukan setelah lulus. Ya, dia memang akan mulai bekerja di perusahaan ayahnya tapi ia akan kesepian tanpa Off.

"Peng, apa aku harus ikut denganmu juga kuliah di Stanford?" Tanya Tay, mereka sedang bermain game saat ini.

"Kenapa memangnya?"

"Aku hanya merasa aneh hidup berjauhan denganmu, karena aku selalu melihatmu sejak kita kecil. Memang ada New yang akan menemaniku, tapi berbeda. Karena tidak akan ada sahabatku di Bangkok."

Off menoleh ke samping untuk melihat Tay. Setelah dipikirkan lagi, ia hanya mengkhawatirkan Gun tanpa sadar kalau dirinya juga akan sendirian di New York tanpa Tay.

"Aku tidak mati, Tay. Hanya kuliah sebentar, dan setiap liburan musim panas dan natal aku akan pulang ke Bangkok."

"Ya, kau benar. Aku juga bisa mengunjungimu disana jika aku berlibur ke New York."

"Tay, dengar. Kau bodoh, aneh, ceroboh, selalu menyeretku dalam masalah sejak di taman kanak-kanak. Tapi aku ingin kau tahu kalau kau adalah saudaraku, sahabatku. Dan aku membutuhkanmu."

"Aku membutuhkanmu juga."

"Jangan bertingkah bodoh sampai aku kembali." Kata Off, Tay tertawa sambil menggelengkan kepalanya saat mendengar ucapan itu. Dia benar-benar mengutip kalimat Bucky untuk Steve dan Steve untuk Bucky.

"Bagaimana bisa? Kau mengambil semua kebodohan itu denganmu." Tay menjawabnya, ia menjeda game mereka dan menatap Off. "Tapi aku masih akan memikirkan soal Standford."

***

Ada sesuatu yang aneh tentang bandara. Mungkin karena bandara adalah tempat perpisahan terakhir digumamkan, dan itulah tempat bibir dan bibir pasangan bertemu untuk yang terakhir kalinya. Bandara adalah tempat perpisahan yang dipenuhi air mata berkecamuk, dan itu adalah tempat Off akan menoleh ke belakang untuk terakhir kalinya ketika ia melewati keamanan, berdoa, berharap dengan harapan bahwa ini tidak benar-benar terjadi dan ia tidak benar-benar harus mengucapkan salam perpisahannya.

Saat Off pikir Gun adalah orang yang akan menangis tersedu-sedu karena akan berpisah darinya, orang yang menangis paling kencang ternyata adalah Tay. Ia bahkan tidak melepaskan pelukannya meski ayahnya Off sudah menarik tubuh Tay menjauh dari Off.

"Tay, tenangkan dirimu. Kau punya banyak uang, temui dia jika kau merindukannya." Kakak perempuan Off menenangkan Tay, Tay menyeka airmatanya dan berniat untuk memeluk kakak perempuan Off namun wajahnya di dorong ke aran New. "Salah arah. Peluklah kekasihmu, bodoh." Kata kakaknya Off.

"Menjaulah dariku Tay! Kau akan mengotori bajuku dengan ingus dan airmatamu!"

Selagi dipenuhi dengan kehebohan dan Tay yang bertingkah berlebihan, Off menarik tangan Gun yang bersembunyi dibelakang. Dia memberinya ciuman cepat dan santai di pipi terlebih dahulu. Lalu datanglah pelukan itu, dan pelukan itulah yang selalu membuat hati Gun menghangat.

Off memeluk Gun dengan erat, dan Gun menenggelamkan kepalanya di dada Off. Semua suara di dalam dan luar berhenti, bulan bersinar melalui jendela, tetapi mereka bersinar seperti cahaya mereka sendiri. Tidak ada hal lain yang begitu istimewa daripada saat ini, tidak peduli berapa lama itu berlangsung, karena pelukan ini akan menjadi satu dari banyal hal yang akan ia rindukan setelah ia sampai di New York.

Melihat keduanya, Ibunya Off berinisiatif untuk meninggalkan mereka sendirian dengan menyeret Tay pergi dari sana.

"Ini tidak akan mudah, ini akan sangat sulit, tapi aku ingin kita berusaha setiap hari. Akan ada ratusan ribu mil di antara kita, lautan yang membatasi, perbedaan waktu, koneksi internet yang buruk, lelah dan mengantuk saat kita sedang menelpon. I want you to know that you are a lot more worth than those."

"Aku akan berusaha, Off. Aku akan melakukan yang terbaik agar hubungan ini tetap berjalan." Jawab Gun.

Off tidak ingin melepaskan pelukannya pada Gun, karena yang Off tahu adalah ketika dia bersamanya dia merasa benar-benar hidup. Ketika Off bersama Gun ia mendapatkan perasaan yang tidak akan pernah bisa ia dapatkan di tempat lain. Ketika ia melihat mata Gun, ia merasakan ketenangan yang tidak biasa. Ketika ia berbicara dengan Gun, ia merasakan ketenangan yang indah yang menyelimuti saya. Yang pasti, Gun adalah rumahnya.

"Ok, buddy. Time for you to fly." Ayahnya Off mengusap punggung anaknya. Off melepaskan pelukannya pada Gun dan berpindah untuk memeluk ibunya, ia mengecup pipi dan kening ibunya.

Lalu ia memeluk ayahnya. Dibanding pelukan ibunya, pelukan ayahnya lebih panjang dan lebih ketat; terdiri dari perasan dan tepukan ekstra, yang bergantian antara gerakan mengusap melingkar dan tepukan-tepukan ringan di bagian punggungnya.

"Take care, buddy."

"Gonna miss you, pops."

Ia juga bergantian memeluk Tay, Arm dan Alice. Terakhir, sebelum berjalan masuk ke bagian imigrasi, Off mengusap-usap pipi Gun sambil tersenyum karena ia tahu pria kecil itu mati-matian menahan dirinya untuk tidak menangis.

"Menangislah jika ingin menangis." Kata Off meledeknya, namun Gun menggigit bibirnya dan memukul pipinya.

Punya sejuta hal yang ingin dikatakan pada Off tapi akan butuh waktu yang lama untuk bisa mengatakan semuanya, Gun memilih untuk melangkah maju dan menciumnya, seperti orang-orang yang biasa berciuman di bandara, penuh cinta dan keputusasaan, ciuman yang harus membekas pada diri mereka sendiri agar membekas lama, berminggu-minggu, berbulan-bulan. Mereka berhenti saat nafas mereka hampir habis, Gun menaruh keningnya pada kening Off.

"Aku ingin memintamu melakukan sesuatu." Ucap Gun.

"Apa itu?"

"Saat kau berjalan masuk ke dalam, jangan balikkan badanmu, jangan melambaikan tanganmu padaku."

"Kenapa?"

"Karena aku takut tidak bisa melepaskanmu jika kau melakukan itu."

Off terdiam sebentar sebelum akhirnya ia mengangguk, ia mengecup kening Gun dan berjalan ke dalam imigrasi tanpa menoleh sekalipun. Gun berdiri memandangnya dengan tangan kanan yang mencengkeram ujung bajunya, ia mengigit bibirnya sampai berdarah karena airmatanya yang hampir jatuh. Setelah punggung Off tidak lagi terlihat, barulah Gun menangis. Ia memutar tubuhnya, berjalan lemas ke arah New dan New memeluknya.

Gun tidak mengerti mengapa ia bisa merindukan seseorang ketika ia baru saja mencium dan memeluknya, ia tidak tahu. Tapi ia sudah merindukan Off.

***

"Satu es americano dan satu kue bulan."

Selama menunggu untuk check in pesawat, Off memilih bersantai di starbucks dan menikmati segelas es americano dengan kue bulan. Jam memang sudah menunjukan pukul 11 malam tapi ia tidak bisa tidur tanpa americano, memang aneh tapi ia selalu meminumnya bahkan di malam hari sekalipun.

"Minuman atas nama Off Jumpol."

Saat namanya dipanggil, Off beranjak dari kursinya untuk mengambil kopinya. Ia mengambil kopi dan kuenya, lalu saat ia memutar tubuhnya dan hendak kembali ke mejanya, seorang wanita asing dengan rambut berwarna strawberry blonde tidak sengaja menabraknya dan menjatuhkan kopinya ke lantai.

"Ah, sial!" Kata Off

"Oh my God! I'm so sorry, i was in a hurry and didn't see you walk. Sorry, i'll order you a new one."

"No, it's okay."

"No, i insist."

"I said it's okay."

"And i said i insist." Kata wanita itu lagi, Off menaikan satu alisnya ke atas. "Please go back to your seat, i'll bring you a new one."

"Ok, fine." Off akhirnya menyetujui wanita itu untuk membelikan americano baru untuknya. Untunglah kopi itu tidak jatuh mengenai bajunya, ia kembali ke kursinya dan selama menunggu ia membalasi pesan Gun.

"Here's your coffee." Wanita itu datang dan menaruh americano diatas meja, ia juga duduk di kursi di depan Off.

"Thanks." Jawab Off, ia mengambil gelas kopi itu dan menyedotnya dengan tatapan lurus ke handphonenya. Saat ia merasa wanita asing itu tidak kunjung pergi, ia menaikan pandangannya. "You can leave now."

"Yeah, i know. But there are no more seats left here, and i need to wait for my plane to New York. Let me sit here for a while." Ujar wanita itu.

"Sure, as you please."

Keduanya terdiam dan fokus dengan urusan mereka masing-masing, Off masih terus berkomunikasi dengan Gun dan Tay dan kedua orang tuanya sementara wanita itu memainkan game di handphonenya.

"What's your name?" Wanita itu bertanya padanya.

"Off Jumpol."

"That's a weird name."

"Tentu saja itu aneh, aku orang Thailand." Jawabnya dengan bahasa Thailand. Ia melipat kedua tangannya di depan dadanya. "And you? What's your name?"

"Venus, Venus Emmalyn. But my friend call me Vee and some people in my class call me Emma."

"I don't really want to know to that far though."

"Right, you're right. I'm sorry, i'm so awkward. I'm not someone who is good at talking, and it's my first time travelling alone. So, i guess...i'm sorry."

Off tiba-tiba merasa simpati pada wanita di hadapannya, ia pergi berlibur sendirian tanpa tahu bahasa dan lingkungan di Thailand. Ia juga terlihat masih muda dan Off salut dengan keberaniannya, ia merasa terkoneksi dengannya karena ia juga akan sendirian setelah tiba di New York nanti.

"Hei, Vee."

"Yes?"

"Want some moon cake?"

To be continue

Hola!! Di chapter ini aku berusaha nulis adegan ranjang yg lebih hot dari sebelum sebelumnya, tapi gak tahu berhasil atau gak hahaha semoga aja kalian suka 😝 dan hubungan persahabatan Off sama Tay ini sama kaya Scott an Stiles di Teen Wolf ya guys, jadi jangan di pairingin ya 😝😝 plus siapakah Venus Emmalyn? Dan seberapa penting karakternya? Tunggu aja di kelanjutan chapter berikutnya ya hihhi

Guys, cek dan baca Comma juga! Plus vote, follow dan comment cerita ini 🤟🏻💛

Continue Reading

You'll Also Like

1.9K 192 27
"Gue sayang sama lo lebih dari sahabat" Start : 16 Juli 2022 End : -
306K 23.3K 106
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
31.7K 2.6K 40
'Bisakah jadi milikku saja Nhu? ' 'Tolong jangan paksakan takdir kita phi' ******* Menjadi menantu kesayangan dari putra kedua keluarga terhormat mer...
192K 21.3K 45
Pete sangat ingat jika dirinya memasukkan lamaran di perusahaan Theerapanyakul untuk posisi Sekertaris. Ia sangat ingat jika mendapat email jika diri...