Twins (Who Are You?)✔

By envelopeee_

3.9K 508 962

[SELESAI!] Identik atau tidak, setiap perubahan kecil yang dilakukan bisa berdampak besar. Hal itu berlaku, k... More

[1]-Putih dan Hitam
[2]-Penyesalan
[3]-Arah yang berlawanan
[5]-Terlambat
[6]-Kompetensi
[7]-Kompetensi bag 2
[8]-14 min 1
[9]-Rantai yang terpasang kembali
[10]-Kejanggalan yang tidak beralasan
[11]-Semakin tidak baik untuk ditunda
[12]-Sedia atau Tidak sedia
[13]-Undo or Redo?
[14]-The Prophet Nabi Ibrahim AS
[15]-Minyak dan Air
TESTIMONI

[4]-Itukah kamu?

216 48 61
By envelopeee_

Di sini lah Fathan sekarang, digiring ke bangku memanjang sambil belum lepas dari jeweran Bundanya.

"Kamu tuh gak pernah berubah! Mau sampai kapan gangguin perempuan terus?!" omel Bundanya.

Fathan melirik orang yang menjadi akibat dari semuanya ini, Qeela. Perempuan polos itu cekikikkan di belakangnya. Sialnya, cekikikkan menyebalkan itu duet dengan Joheng—mantan supir rumahan yang sekarang tidak menghormatinya lagi.

"Diem lo!" Fathan melotot tajam.

Sadar tujuannya pada Joheng, Pak tua dengan kumis tebalnya itu langsung mingkem dan berhenti cekikikkan.

"Fathan yang sopan!" bentak Bundanya lagi, semakin bertambah kuatlah pelintiran itu sampai Fathan setengah menjerit sembari memukul punggung tangan Bundanya minta dilepas.

"A ... aaa ... Bun! Merah kuping aku!"

"Biarin!" Bunda Fathan mendelik pada anak laki-lakinya itu.

"Nak, kamu gapapa?" Bunda Fathan menatap Qeela.

Ditanya seperti itu Qeela segera menggeleng. Derai tawanya lambat laun mulai berhenti. Kasihan juga. Qeela melihat Fathan masih merengek pada Bundanya. Sepertinya memang sakit.

"Okay, Bunda lepas. Tapi jawab jujur!"

Akhirnya. Akhirnya penderitaan pada telinga Fathan sudah berakhir. Fathan mengusap-usap daun telinganya yang terasa panas.

"Kamu buat masalah apa sama perempuan cantik ini?" tanya Bundanya.

Bunda Fathan menarik lengan Qeela dengan sengaja lalu mendudukannya tepat di samping kanan. Bunda Fathan berada di tengah dan Fathan berada di samping kiri.

"Aku ngga buat masalah, dia yang buat masalah Bund!" adu Fathan.

Qeela mencebikkan bibirnya. "Enggak. Maaf kalau saya lancang Tante, Fathan yang tiba-tiba datang dan merebut kacang hijau milik saya!" papar Qeela. Lihatlah betapa Qeela tidak menyukai laki-laki itu. Egois dan tidak mau mengalah pada perempuan.

"Kacang hijaunya memang punya gue!" Fathan kembali bersuara kali ini terdengar membentak.

"Gu—saya! Kamu cuma ngaku-ngaku!"

Nih cewek Sjdhdj$$£#! Fathan mengumpat dalam hati. Ingin rasanya mengambil selatip hitam dan membungkam bibir perempuan itu yang masih belum menyerah mendebatnya.

"Udah-udah. Bunda pusing lihatnya. Jadi dari tadi itu kalian rebutan kacang hijau?" lerai Bunda Fathan sekaligus menanyakan kebenaran atas kesimpulan yang ia tarik.

Fathan dan Qeela mengangguk bersamaan.

"Mbok ... ya ampuuun. Jo!" Bunda Fathan mengibas tangan Pada Joheng yang berdiri anteng bak manekin pakaian di mall mall, "Sini!" perintahnya.

Joheng yang mengerti akan isyarat Majikannya langsung melangkah maju.

"Kamu cariin kacang hijau di luar ya. YANG BANYAK." Bunda Fathan menyerahkan uang senilai seratus ribu rupiah pada Joheng.

"Sisanya buat kamu aja. Bisa buat beli es cendol atau makanan kesukaan kamu yang buat gigi saya ngilu, gemblong." tambah Bunda Fathan.

Joheng tertawa malu-malu. Majikannya ini tergolong orang yang perhatian. Sebelum pergi Joheng melakukan rutinitasnya yang menjadi kebiasaan berpola. Memberi hormat pada Bunda Fathan. Saat Bunda Fathan membalas hormat darinya, barulah dia melenggang pergi. Garis bawahi. Masih dengan senyum malu-malu kucing karena dapat bonus dari Bunda Fathan.

Fathan melenguh melihat perginya Joheng. "Bunda mau ngapain ke sini?" tanya Fathan.

Bunda Fathan meliriknya dengan garis wajah berbinar. Wajah seramnya berganti manis setelah teringat akan sesuatu. Sesuatu yang sempat dia lupakan padahal sesuatu itu adalah alasan yang dia pilih untuk menginjakkan kakinya ke sini. "Bunda mau ketemu mantu! Sayang—" Bunda Fathan melirik perempuan di sampingnya.

"Maafin kenakalan anak Tante ya. Sebentar lagi kacang hijaunya Tante ganti. Kamu enggak keberatan, kan?" tanya Bunda Fathan pada Qeela yang sebelumnya mendadak cengo.

"Y ... ya Tante."

Kemudian tak lama Bunda Fathan kembali menghadap wajah anak laki-lakinya. "Ayo! antar Bunda ketemu sama calon istri kamu. Bunda udah enggak sabar pengen lihat dia." tangan Fathan digelanyutinya dengan manja.

Dan seperti biasanya. Fathan yang tidak suka dengan sikap Bundanya akan berdecak dan memandang ke sembarang arah. "Bunda ...."

"Kamu mau jadi anak durhaka, hm?" ancam Bunda Fathan.

Fathan menepuk wajahnya. "Aku belum selesai ngomong Bunda." protes Fathan.

Bunda Fathan melepas lengannya, "Terus?"

"Mantu—anu, calon istri, ah, terserah. Orang yang Bunda cari, ada di sebelah Bunda sekarang." Fathan mengedikkan wajahnya ke belakang. Ke arah Qeela.

Perempuan dengan tingkat menyebalkan yang tinggi itu duduk kaku di tempatnya saat ini. Senyumnya terulas namun terlihat terpaksa. Lebih mirip senyum yang tercipta setelah mengunyah mangga muda yang sangat asam. Kira-kira seperti itu.

"Ahaha ... yang benar kamu! Jangan bercanda!" Bunda Fathan menyikut lengan Fathan lumayan keras.

"Aku enggak bercanda. Coba aja Bunda tanya orangnya langsung!" usul Fathan.

"Benar itu?" daripada penasaran setengah kepo lebih baik langsung bertanya saja kan?

Oh ... betapa terkejutnya Bunda Fathan ketika menyaksikan kepala Qeela mengangguk secara perlahan. "Kamu ...."

"Lihat aja Bund. Dia enggak cocok, kan jadi istri aku? Rese dan enggak mau ngalah sama suami." celetuk Fathan.

Qeela terbelalak. Lubang hidungnya terpompa dengan uap yang mulai panas. Dasar tutup panci! umpat Qeela tentu saja dalam hati.

"Eh ...." Bunda Fathan lagi-lagi berhasil menggapai telinga anak laki-lakinya.

"Aduuuh Bund ...."

"Terbalik! Yang ada kamu, sebagai suami harus ngalah sama istri!" sungut Bunda Fathan.

"Iya-iya bund ... tapi ini, lepas dulu. Merah lagi dong." rengek Fathan wajahnya sengaja dibuat semelas mungkin. Ia melirik Qeela dengan pandangan-ini-semua-gara-gara-elo-awas-ya-lo-tapi Qeela memutus pandangan secara sepihak. Mual lama-lama bertatapan dengan Fathan. Ganteng sih, lumayan sih, Fathan mirip Lee Jong Suk. Aktor ternama Korea yang pandai berlaga di depan kamera. Sayang. Sikap menyebalkannya membuat pandangan Qeela berubah 180,5 derajat. Qeela tidak suka laki-laki menyebalkan seperti Fathan.

"Minta maaf dulu sama istri!" ujar Bunda Fathan.

Fathan terkekeh. "Seriosly, Bund? Aku? Ke dia?"

Qeela mengerucutkan bibirnya. Tuh, kan. Lihat.

"Iya. Kalau enggak Bunda bakal bilang Ayah supaya mutasi kamu ditambah 4 tahun!" Bunda Fathan menaik turunkan alisnya.

Ini yang Fathan tidak suka dari perempuan. Tidak mau mengalah kalau beradu mulut. Seperti Bundanya sekarang. Kalau sudah mengeluarkan jurus ancaman seperti ini Fathan hanya bisa mengangguk seperti anak ayam yang takut pada amukkan induknya. "Gue minta maaf ya, Aqeel!" kata Fathan datar dan cuek. Niat enggak niat saat mengeluarkan suaranya. Tentu saja efeknya, pelintiran di telinga Fathan bertambah kuat. "Buuund! Ampun deh. Aku salah apalagi?"

"Bilang yang baik dan lembut!"

"Ok ... ok." Fathan mendengus. Menghela napas panjang. Ia melihat Qeela lagi. Kini perempuan itu menahan tawa melihat bagaimana tersiksanya Fathan.

"Ikutin Bunda!" intruksi itu disambut anggukan kepala oleh Fathan.

"Istri ...."

Fathan melebarkan bola matanya. Qeela langsung tersedak.

"Eh, kalau protes terus Bunda jadi laporin kamu nih ke Ayah!"

Fathan meringis, "Iya-iya Bunda. Istri ...." satu kalimat itu dibuat terdengar lembut-lembut jijik dari mulut Fathan.

Qeela menatapnya dengan seksama.

"Maafin,"

"Maafin,"

"Kesalahanku ya," Fathan ikut mengulang ucapan Bundanya.

"Kamu ...."

"Kamu...."

"Cantik," Fathan melotot lagi. Namun langsung ditepuk oleh Bundanya.

"Cantik," ada nada malas yang terdengar. Itu semua terlihat lucu bagi Qeela. Qeela tertawa kecil.

"Kalau enggak marah."

"Kalau enggak marah."

"Mau, kan maafin suami?" Fathan menunggu jawaban Qeela.

Bunda Fathan mengendurkan peganganya pada telinga Fathan setelah melihat kepala Qeela mengangguk.

"Masa cuma ngangguk aja sayang? Dijawab dong." senggol Bunda Fathan.

Qeela tersenyum serba salah. "Iya."

"Jangan iya aja, iya suamiku. Gitu." ralat Bunda Fathan.

Demi apapun Qeela jijik untuk mengatakan kalimat itu. Gantian sekarang, Fathan yang memuaskan diri mentertawai kebimbangan Qeela.

"I ... iya, suamiku."

"Nah ... mantu pintaaar!" Bunda Fathan mengusap lembut kepala Qeela yang terlindung oleh khimar.

.

.

.

Bersambuuuunggg . . .

****

Ada yang mesem-mesem baca bagian, ini? Wkwkwk.

Ini dia mantu kesayangan yang digodain terus ... Almayra Aqeela Dzakir ^^

Jangan lupa tinggalkan jejak, ya!

Salam manis,

@suensiti(On Ig)

Continue Reading

You'll Also Like

378K 16.2K 37
𝑇𝒉𝑒 𝑠𝑡𝑜𝑟𝑦 𝑜𝑓 17 𝑦𝑒𝑎𝑟'𝑠 𝑜𝑙𝑑 𝑅𝑢𝑏𝑎𝑎𝑏, 𝑤𝒉𝑜'𝑠 𝑙𝑖𝑓𝑒 𝑤𝑎𝑠 𝑠𝑢𝑑𝑑𝑒𝑛𝑙𝑦 𝑐𝒉𝑎𝑛𝑔𝑒𝑑 𝑎𝑓𝑡𝑒𝑟 𝑡𝒉𝑒 𝑑𝑒𝑎𝑡𝒉 𝑜�...
47K 6.3K 29
She was not only born with a silver spoon, she was rocked in a diamond cradle and raised in a gold castle. She had the world at her feet and on her f...
13K 1.5K 24
ក្នុងនាមជាភរិយាដ៏ល្អម្នាក់តែងតែធ្វើតួនាទីជាភរិយាល្អសម្រាប់ស្វាមីរបស់ខ្លួនមិនរឿងកិច្ចការងារផ្ទះរឺរឿងលើគ្រែក៏ដោយ...។
2.9K 188 43
Abe-e-Hayat explores the theme of spirituality, goals bigger than life, and the pursuit of redemption. Abe-e-Hayat starts from the journey of Salaar...