Bisikan Mereka ✔

By askhanzafiar

219K 18.1K 725

Revisi terbaru. "Dira ...." "Dira ...." "Pergi! Kau siapa?" Aku menutup telinga kuat-kuat sembari memekik dal... More

Siapa aku?
Membantu Mereka
Diganggu
Kejanggalan
Petak Umpet
Play With Tere
Televisi
Rekaman Berdarah
Kepiluan dan kabar gembira
Ekskul
Sakit
Kejadian Berdarah
Penginapan
Kampung Maksiat
Tentang Author #1
Rumah Sakit
Rumah Sakit '2
Uji Nyali
Villa Delia
Villa Delia'2
Tentang Author #2
Gua Sunyaragi
Teman Pemakai Susuk
Teman Pemakai Susuk '2
Tertukar.
Bukan Penyakit Biasa'2
INFO PENTING PAKE BANGET.
Rumah Omah
Rumah Omah '2
Vc terakhir.
A Piano.
Siapa Dia?
Kak Kenan?
A Mystery
Siapa pelakunya?
Akhir dari segalanya?
Empat Tersangka.
Ending?
Terungkap!
Menuju Cahaya?
Sejatinya
Persiapan pelantikan
Keganjilan
Ternyata?
Tragedy's
Pergi?
HEI INI PENTING BANGET!
Tentang Mamah
Ending! 🔚
LANJUTAN BISIKAN MEREKA
Hororwk

Bukan Penyakit Biasa

3.4K 282 0
By askhanzafiar

Warning!!
Jangan baca part dari BUKAN PENYAKIT BIASA. Karena pada bagian ini ceritanya tidak sampai selesai dikarenakan suatu masalah yang bisa kalian ketahui dari part selanjutnya. Jika kalian masih Kekeuh untuk membacanya, tidak mengapa. Asalkan jangan kecewa jika tidak dilanjutkan ceritanya. Aku tidak ingin membuat kalian penasaran. Tetapi ternyata takdir baik belum memihak kepadaku kali ini. Lanjut ke part selanjutnya saja ya! Happy reading, Readerswey 💚

Kali ini aku, Muhzeo, Elsa, Paul, dan Hilmi mendapat tugas untuk melakukan pemeriksaan terhadap kesehatan. Memang akhir-akhir ini kami lebih sering mendapat tugas tambahan ketimbang ulangan atau teori semacam itu.

Oh iya soal kuburan yang kemarin-kemarin, ternyata kuburan itu termasuk tempat pesugihan juga. Makannya untuk saat ini, kuburan tua yang benar-benar sudah tak terurus itu di uruk dan kemudian digusur untuk pembentukan pesantren dan masjid dengan tujuan kerohanian.

Oh iya, kali ini tugasnya adalah memeriksa kesehatan di salah satu desa yang, maaf tidak bisa aku jelaskan disini. Yang jelas nama samaran desa tersebut adalah..

Desa Nereh Sepuh.

Desa ini terletak paling terpencil dan jauh dari peradaban kota. Walaupun demikian, desa tersebut tidak tertinggal oleh berbagai informasi dan komunikasi. Menurut cerita yang ku dengar, desa ini sudah berdiri sejak zaman Belanda dan namanya belum diganti hingga sekarang. Desanya cukup luas dan asri. Karena, walaupun desa ini tidak menolak teknologi, mereka enggan memakai motor untuk pergi kemanapun. Mereka memilih berjalan kaki ataupun memakai sepeda onthel antik.

Jaraknya lumayan jauh dari rumahku. Butuh sekitar 3 jam perjalanan tanpa istirahat. Jika dengan istirahat, kemungkinan akan sampai dalam waktu 4 jam.

"Kalian hati-hati ya diperjalanan. Kalau sudah sampai, kabari ibu jangan lupa"ujar Bu Tentri selaku guru yang mengadakan kegiatan ini.

"Siap Bu!"ujar kami.

Mobil yang akan mengangkut kami sudah siap. Satu kelas ini memang berpencar menjadi beberapa kelompok untuk disebarkan hingga ke pelosok daerah. Tetapi tentu akan ada pemandu dari desa yang akan kami tempati selama beberapa hari itu.

"Siap?"tanya Elsa kepadaku.

"Of course!"ujar ku sambil terkekeh.

"Sini gua bawain aja"ujar Muhzeo yang langsung mengambil alih koper di tanganku.

Ia hanya membawa tas ransel sebesar tas gunung dan tampak lebih cool dengan gaya casualnya.

"Eh, berat loh!"

"Gapapa, cowo mah strong kok!"ujarnya sambil terkekeh.

Aku hanya tersenyum dan kemudian masuk terlebih dahulu ke dalam mobil. Elsa duduk di sampingku. Kami duduk di bagian tengah. Muhzeo dan Hilmi dibelakang. Sementara Paul didepan bersama sang supir.

Seketika Muhzeo mencoel-coel kepalaku.

"Apa sih?"tanyaku kesal.

"Pindah sini sebentar. Mau nanya soal penyakit kulit nih"ujarnya sambil membuka beberapa proposal.

"Ribet!"ujar ku.

"Bisa kok! Hilmi, pindah ke depan dulu gih"suruh Muhzeo.

"Gapapa El?"tanyaku pada Elsa.

Elsa mengangguk-angguk sambil menguap. Baru dijalan saja dia sudah bersiap untuk tepar.

Kami pun pindah posisi.

"Nih coba deh. Kok aneh ya salah satu wabah penyakit di desa ini. Sumpah cuma kita doang yang dapat desa kayak gini. Yang kelompok lain tuh cuma disuruh ngecek dan tulis penyakit apa yang paling banyak diderita warga. Tetapi kalau kita, disuruh buat nanganin penyakit aneh ini"muhzeo memperlihatkan dua lembar kertas abu-abu kepadaku.

    Nereh, (13/02/2009). Dikabarkan penyakit ini sudah menyebar hingga ke seluruh lapisan masyarakat. Penyakit ini memang belum tertera jelas namanya. Wabah penyakit ini menjangkit beberapa bayi yang baru lahir ditandai dengan adanya luka genggam berwarna merah, puncak kepala yang terdapat luka sayat, tangan yang terus menggenggam dan enggan terbuka pada pagi, siang dan sore hari. Bintik merah disekitar area kaki. Dan juga mata yang terus-menerus berair jika malam hari tiba. Puluhan dokter sudah didatangkan dari daerah mana pun. Tetapi hasilnya nihil.

"Ya Allah, kok gini sih?"tanyaku sambil mengecek beberapa berkas kembali.

Ku putuskan untuk menghubungi salah satu teman sekelas ku untuk menanyakan kebenaran tugas yang diberikan.

"Hallo, Assalamualaikum Rimel"

"Waalaikum salam, Dira. Ada apa? Apa kau baik-baik saja?"

"Alhamdulillah baik, ini loh aku ada yang ingin ditanyakan. Soal tugas"

"Oh itu, kenapa Dira?"

"Kau dapat tugas dari Bu Tentri itu seperti apa?"

"Hanya disuruh ngecek kesehatan, tulis riwayat penyakit yang diderita, sama cek kebersihan desanya. Kalau belum bersih, bagaimana cara menanggulanginya.. Gitu dir. Memang ada apa?"

"Semuanya sama kayak gitu tugasnya?"

"Iya kok sama. Tadi aku lihat punya Yuli juga sama seperti itu"

"Jadi gini Mel, aku disuruh tugasnya itu buat nanganin penyakit aneh di desa ini. Aku juga bingung. Kok cuma kelompok aku aja ya yang dapat tugas ini"

"Tugasnya berat banget ya Dira?"

"Banget Mel. Jadi gimana ya?"

"Gini Dira, nanti aku bantu tanya sama Bu Tentri. Kau tenang aja dulu ya. Nanti aku hubungi lagi"

"Oke deh, makasih banyak ya Mel. Assalamualaikum"

"Iya sama-sama Dira, waalaikum salam"

Sambungan telepon terputus dan ku segerakan memijat pelipis dan bersender ke bagian belakang mobil.

"Jadi, cuma kita yang dapat tugas begini?"tanya Muhzeo sambil mengipaskan ku dengan sisa kardus air mineral.

Aku mengangguk perlahan. Aku tidak terlalu mengerti soal kesehatan. Elsa hanya sekedar tau tentang obat-obatan umum saja. Muhzeo, Paul,dan Hilmi, aduh.. Obat sakit kepala aja masih suka nanya.

"Yaudah istirahat dulu aja Dira. Gua yang bangunin Lo nanti kalau sudah sam--"

Cittttt...

"Allahu Akbar"

"Eh copot!"

"Kutil"

"Ayam-ayam!"

"Kambing emang"

Kami sama-sama terkejut ketika pak supir mendadak berhenti.

"Pak, ada apa?"tanya Muhzeo penasaran.

"Anu maaf adek-adek. Tadi kayak ada bayangan hitam melintas sekilas didepan. Lalu nempel di jendela. Saya kaget. Tetapi ga ada apa-apa sekarang. Hilang"ujar supir itu sambil mengatur nafasnya.

Aku melirik ke segala arah. Ah, pasti ada sosok usil!

"Sudah pak lanjut saja perjalanannya. Baca Ayat kursi dulu ya jangan lupa"ujar ku ramah.

"Siap de"ujarnya.

Aku mulai menutup mata. Berusaha memejamkan mata dan fokus untuk tidak memikirkan yang aneh-aneh lagi.

🏃

"Huwaaaaaa!!!"

"Astaghfirullah, Dira kenapa?"tanya yang lain sambil menghadap belakang.

"Penyakit di desa itu. Penyakit di desa itu seperti haduh.. Seperti balasan dendam dari seseorang. Tetapi orang itu sebenarnya tidak bermaksud membalas dendam"aku berbicara sambil berkomat-kamit.

Muhzeo menyodorkan air putih ke arahku.

"Dapat penglihatan?"tanyanya perlahan.

Aku mengangguk dan segera mengusap keringat di pelipis ku.

"Coba pelan-pelan ceritain"ujarnya lembut disusul anggukan dari yang lainnya.

"Jadi, wabah penyakit yang terjangkit dari delapan tahun lalu itu, karena suatu permasalahan. Gua sendiri juga ga tau apa permasalahannya. Tetapi makhluk yang datang itu mendekati bayi dengan maksud baik. Tepat ketika malam pertama bayi itu hadir ke bumi. Tetapi ia tak sengaja menularkan suatu penyakit. Gua belum tau pasti. Tapi baru penglihatan itu yang gua dapat"ujar ku sambil melirik ke jendela mobil untuk menenangkan perasaan.

"Jangan dipikirkan dulu, Dira. Istirahat lagi ya. Mungkin tadi kau lupa berdoa"ujar Elsa sambil tersenyum ke arahku.

Aku mengangguk perlahan.

Drtt.. drtt..

Handphoneku berbunyi dengan nyaring. Segera ku gapai handphone itu.

"Hallo, Assalamualaikum"

"Waalaikum salam, Dira. Ini aku Rimel. Tadi aku sudah bertanya ke Bu Tentri. Tetapi jawaban beliau hanya 'Semua sudah diberikan tugas masing-masing. Tidak ada yang berbeda. Kalian hanya perlu kerja sama antar kelompok supaya tugas kalian cepat selesai' gitu"

Ku hembuskan nafas kasar.

"Ya udah deh Mel, makasih ya. Biar aja urusan ini gimana nanti. Makasih sudah mau membantu"

"Iya sama-sama Dira. Tetap semangat ya!"ujarnya.

"Oke. Udah dulu ya. Kayaknya sebentar lagi sampai"

"Baiklah hati-hati. Assalamualaikum"

"Waalaikum salam"

Segera ku tutup telepon itu dan langsung melirik ke arah luar jendela.

Pemandangan asri mulai nampak di sisi kiri dan kanan. Tak hanya itu, yang tak kasat mata pun langsung segera menyapaku dari kejauhan. Baik itu yang menampakkan wujudnya, atau hanya sekedar ingin dirasakan keberadaannya.

Ku segerakan membaca doa dan perlahan-lahan mengusap muka dengan tangan agar tidak jenuh.

Continue Reading

You'll Also Like

17.2K 2.7K 13
[ SHORT STORY ] Semuanya bermula ketika mereka berlibur di villa itu.
8.4K 1.7K 22
Femila merupakan gadis miskin yang serba kekurangan, sifatnya yang urakan sudah menjadi ciri khas dirinya, namun apa jadinya jika tiba-tiba dia terba...
118K 7.3K 43
[J A N G A N L U P A F O L L O W] Ini tentang dua saudara kembar yang memiliki kemampuan melihat makhluk halus ...
65.3K 5K 55
[COMPLETED] Dela sedikit merasa aneh dengan undangan reuni yang ia terima dari SMP tempatnya belajar di Purwodadi. Pasalnya, ia hanya belajar di SMP...