SWEET FATE

By eil-weiss

37.6K 2.3K 32

(Tamat) Sequel from The Unexpected *** Ketika semua sudah berlalu, Allison Travers sekali lagi merasa hidupny... More

PAGE 1
PAGE 2
PAGE 3
PAGE 4
PAGE 5
PAGE 6
PAGE 7
PAGE 8
PAGE 9
PAGE 10
PAGE 11
PAGE 12
PAGE 13
PAGE 14
PAGE 15
PAGE 16
PAGE 17
PAGE 18
PAGE 19
PAGE 20
PAGE 21
PAGE 22
PAGE 23
PAGE 24
PAGE 25
PAGE 27
PAGE 28
PAGE 29
PAGE 30
PAGE 31
PAGE 32
EPILOGUE

PAGE 26

930 63 0
By eil-weiss

"Latte?"

Joshua bertanya kepada Allison yang langsung disambut dengan anggukan mantap sahabatnya itu.

"Ih, kamu kok ingat kesukaan Allie? Aku jadi cemburu." Ujar Penny tapi dia mengatakannya dengan seringai lebar. Allison menjulurkan lidahnya ke arah Penny dan tertawa.

"Karena selera kami sama." Ujar Joshua dan langsung memesan dua kepada pelayan.

"Americano." Matthias menyebutkan pesanannya dan Allison menatapnya dengan terkejut sekaligus sedikit sedih.

"Hei, aku punya selera yang unik kan? Untuk kopi, aku dan kakakku setipe sedangkan untuk ice cream, tanyakan pada Rowan, kita punya selera yang sama, Al!"

Rowan dan Allison berpandangan. Rowan merasa sedikit canggung sedangkan Allison hanya tersenyum.

"Nah kali ini seleraku dan Rowan juga sama, macchiato dua ya." Celetuk Penny.

"Damian?" Joshua bertanya pada sepupunya. Allison mencelos dalam hatinya. Sejak awal dia masuk ke café ini, mereka hanya bertukar senyum pahit dan Allison sengaja mengambil tempat duduk yang paling jauh dari pria itu.

"Espresso."

"Single atau double shot?"

"Double." Jawab Allison tepat sebelum Damian sempat membuka mulutnya. Allison mematung, kata-kata itu keluar begitu saja dari mulutnya karena dia memang sudah hafal betul selera pria itu. Dengan ragu Allison melirik Damian yang balas menatapnya dengan terkejut tapi akhirnya tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

"Hei, Al! Habis ini kita langsung fitting gaun, oke? Waktunya sudah mepet soalnya." Ucapan Penny mengalihkan perhatian mereka.

"Siap bos!"

"Eh, aku bukan bos!"

"Daripada honey-penny?"

"Ah, rese kau Al! Tapi aku kangen deh berdebat denganmu!"

Mereka tertawa dan tiba-tiba Matthias tersentak kaget.

"Al, aku lupa, ada hadiah dari mamaku. Ada di rumahku sih, besok aku kasih ya."

"Rumah?" Allison menatapnya dengan bingung.

"Maksudku rumah Josh, aku nginap disana sekarang."

"Aku kemarin baru menelepon mamamu lho, dan dia tidak bilang apa-apa lho!"

"Ah, mama kan lebih senang kadonya menjadi surprise makanya dia tidak akan bilang padamu. Soalnya aku sudah kasihtahu dia kalau aku akan ketemu denganmu, Al."

"Kalau begitu aku akan menelepon Caroline langsung." Allison menyeringai.

Rowan hanya diam, perasaannya tidak nyaman. Lagi-lagi Matthias dan Allison membicarakan hal yang sepertinya hanya ada di dunia mereka berdua. Dia diam-diam melirik Damian yang tidak mengubah posisinya dari tadi. Rowan menghela nafas, tampaknya kerumitan hubungan antara 5 sahabat ini terus berlanjut ditambah dengan kehadiran satu pendatang baru. Di luar dugaannya, kali ini dia juga terlibat dalam kisah cinta antara kumpulan sahabat ini.

***

"Ini pilihan gaunnya, Al." Penny menyodorkan 3 pilihan gaun yang simple tapi manis. "Kamu coba semuanya, oke? Biar kita bisa pilih bersama."

"Hhh...baiklah...."

Salah satu asisten bridal itu mengambil ketiganya dan mempersilahkan Allison memasuki ruang ganti yang sangat besar dan mewah.

Allison mendesah, sejujurnya dia sangat tidak nyaman untuk setengah telanjang di hadapan orang lain sekalipun yang menemaninya sesama wanita. Untungnya hanya ada Penny yang menungguinya di depan sementara Joshua dan Damian sedang berada di lantai atas untuk fitting jas pria. Rowan dan Matthias sedang mengambil souvenir. Allison mencurigai ada sesuatu yang istimewa diantara mereka dan bertekad untuk menanyakannya nanti.

Pilihan mereka jatuh pada gaun kedua, sebuah gaun yang simple dan manis dengan model strapless berwarna beige yang nantinya akan dilengkapi dengan sepatu platform warna senada dan aksen manik-manik emas di sekitarnya.

"Wow, kau cantik, Al!" Penny mendesah senang. Dia memaksa Allison untuk kembali memakai gaun kedua tersebut untuk semakin memantapkan pilihannya. "Hei, nanti dia butuh sepatu dengan tinggi sekitar 10cm kurasa." Ujar Penny kepada asistennya.

"Hei, itu tinggi banget Penny! Bisa-bisa aku jatuh nanti!" Protes Allison.

"Oh, lalu berapa centi dong? Soalnya Damian kan tinggi banget."

Allison terdiam dan tidak bisa menjawab. Penny mengingatkannya kalau Damianlah pasangannya nanti dan Allison merasa canggung tapi dia sudah tidak bisa mundur.

"Hmm...7 cm, oke?" Penny bertanya kepadanya dan Allison hanya mengangguk.

"Great! Allie, aku mau lihat Josh dulu diatas. Aku akan jemput dia, dia harus lihat gaun pilihan kita ini."

"Hei, memangnya harus ya, Penny?" Allison kembali menyerukan protesnya tapi Penny sudah keluar dari ruang ganti dan berjalan meninggalkan mereka. Allison mendesah, artinya dia masih harus memakai gaun yang melekat di tubuhnya saat itu.

Dia berjalan lambat-lambat ke luar ruang ganti dimana terdapat beberapa lemari besar berisi gaun pengantin dan gaun pengiringnya dan juga sofa untuk para tamu. Langkahnya terhenti ketika melihat seorang pria yang paruh baya dengan usia kurang lebih sama seperti Uncle Zach. Pria itu duduk dengan santai, wajahnya terlihat sedikit letih. Rambut pria itu hitam lurus dengan dahi lebar, kedua mata yang sipit, hidung bangir dan bentuk mulut yang juga mungil dan melengkung ke bawah. Wajahnya lebar sehingga memberi kesan gemuk padahal tubuhnya sangat proporsional untuk pria seusianya. Mendadak pria itu menatapnya dan tersenyum kepadanya.

Allison terkejut tapi membalas senyumnya dan mengangguk dengan sopan, memutuskan untuk menghampirinya.

"Kau teman Josh dan Penny?" Sapa pria itu.

"Iya. Saya Allison." Allison mengulurkan tangannya dan pria itu menyambutnya. Genggamannya kuat namun memberi kesan ramah dan hangat.

"Panggil saya Martin saja, Allison. Ngomong-ngomong, kamu cocok pakai gaun itu. Sangat cantik."

Wajah Allison tersipu mendengar pujian pria itu. Entah kenapa, karisma Martin begitu kuat, memberi kesan bahwa dia adalah pemimpin sekaligus ayah yang baik. Tidak lama mereka sudah larut dalam pembicaraan mengenai persiapan pernikahan dan pekerjaan Allison.

"Oh, jangan-jangan, kamu guru favorit Shane dan Stephen ya? Mereka sering membicarakanmu lho!"

"Oh ya? Memangnya mereka cerita sampai ke Bapak juga?" Tanya Allison dengan sumringah sekaligus bingung, dia heran mendengar kedua anak itu yang bercerita tentang dirinya sampai ke... apa sebutannya? Adik kakeknya?

"Tentu, kami sangat dekat. Kemarin mereka sampai ke rumah saja sudah langsung berceloteh banyak tentang sekolahnya."

"Oh?"

"Bahkan mereka juga bercerita banyak kepada adikku dan Josh."

"Eh?" Allison tambah bingung, jika pria ini berkata seolah-olah Joshua bukan anaknya, jadi dia...

"Pa, kok ada disini?"

Suara Damian mengejutkannya. Allison mengangkat kepalanya dan pandangannya bertemu dengan Damian yang sama terkejutnya. Rupanya Martin adalah ayahnya Damian!

"Hei, Damian, kenapa kamu tidak bilang ternyata teman kencanmu secantik ini?"

Wajah Damian dan Allison menegang bersamaan.

"Yah kami memang sering jalan bersama tapi itu kan berempat."

"Oh, jadi Shane berlebihan ya ceritanya? Tetap saja Dam, aku setuju kalau kamu dengan dia."

"Pa!"

"Pak!"

Damian dan Allison berseru protes bersamaan sedangkan Martin hanya menyeringai.

"Tuh kan, kalian sangat kompak." Celetuknya santai, membiarkan wajah Damian dan Allison kembali memerah dan canggung.

"Hai, Uncle! Jas-nya sudah oke? Sudah tidak butuh perbaikan?" Mendadak Penny muncul dengan menggandeng tangan Josh.

"Sudah oke kok, tinggal menunggu hari H saja." Seringai Martin.

"Oh Allie, cantiknya! Kamu cocok pakai gaun itu!" Joshua sudah mengalihkan pandangannya kepada Allison yang menatap mereka semua dengan gugup.

"Tuh kan, Al? Ini dia belum pakai make up lho, coba kalau wajahnya sudah dirias. Pasti akan lebih eye-catching lagi!" Penny menambahkan dengan seringai lebar.

"Thanks." Hanya itu yang bisa dikatakan Allison. Damian hanya diam tapi matanya tidak lepas dari wanita itu.

"Oke, semua sudah setuju sekarang. Kita ganti bajumu, Al, lalu habis ini akan ada food testing. Kalian ikut juga ya? Jangan ragu kalau ada bumbu yang kurang atau berlebihan, pokoknya kalian harus ngomong apa adanya disana! Belum lagi nanti akan ada bagian dekorasinya juga yang akan ketemu setelah food testing! Pokoknya aku mau semuanya sempurna." Penny menatap Damian, Allison dan Martin bergantian yang hanya bisa saling berpandangan dan mengangguk setuju.

Penny menggandeng lengan Allison dan menuntunnya ke ruang ganti lagi. Samar-samar Allison dapat mendengar suara Martin yang berkomentar.

"Memangnya setiap wanita yang mau menikah jadi bossy begitu ya?"


Continue Reading

You'll Also Like

2.7M 289K 49
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...
934K 53.1K 33
[KONTEN SUDAH DIHAPUS] Alexander Anthony, laki-laki mapan dan tampan sudah berusia 31 tahun, tapi belum menikah. Patah hati akut yang dialaminya mem...
12.7K 699 31
Hanya sebuah kisah kecil yang membuat pelakunya tertatih-tatih dalam segitiga cinta. ©2015 fikagobel
2.4M 174K 33
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...