END Monokrom x Akankah Asa Te...

By Shireishou

163K 20.3K 9.4K

Annetta Shelladhika Putri tak pernah menyangka bahwa ia memiliki cacat bawaan. Dalam delapan belas tahun kehi... More

PROLOG
Monokrom - 1 - Western Art Review
Monokrom - 2 - Drawing 1
Monokrom - 3 - Ulasan
Monokrom - 4 - Bra
Monokrom - 5 - Asisten
Monokrom - 6 - Perpustakaan
Monokrom - 7 - Presentasi
WAJIB BACA, YA!
Monokrom - 8 - Cemburu?
Monokrom - 9 - Berdua
Monokrom - 10 - Nirmana
Monokrom - 11 - Gelut
Monokrom - 12 - Tugas
Monokrom - 13 - Berdua
Monokrom - 14 - Duka
Monokrom - 15 - Konfrontasi
Monokrom - 16 - Rekonsiliasi
Monokrom - 18 - Mangkokmu dan Aku
Monokrom - 19 - Satu Kamar Bertiga
Monokrom - 20 - Cemburu yang Membakar
Monokrom - 21 - Tangis yang Pecah
Monokrom - 22 - Di Antara Dua Takdir
PENGUMUMAN PEMENANG

Monokrom - 17 - Inikah Namanya Cinta?

3.9K 722 210
By Shireishou

Tiba-tiba Ray memukulkan kepalan tangan kanan ke telapak tangan kirinya. "Oh ... jadi sebenarnya lo cemburu sama gue, jadi lo nggak rela kalau harus promosiin gue di depan calon mertua?!"


Aru dan Netta menoleh ke arah Ray serentak. Saat itu Ray merutuki mulutnya yang selalu berujar tanpa berpikir.

💖💖💖💖💖

Ray bisa melihat dengan jelas wajah Netta yang memerah dan bagaimana gadis itu diam-diam menunggu reaksi Aru. Pemuda berambut kecokelatan itu menghela napas panjang berusaha menenangkan diri pada rasa kecewa atas kecerobohannya sendiri.

"Mertua siapa? Mertuamu?" Aru menyisipkan tangan kanannya ke saku celana.

"Mu," balas Ray malas.

"Calon mertuaku? Maksudmu, aku jatuh cinta pada Netta dan ingin papanya jadi mertuaku?" Pemuda berkacamata itu mengerutkan kening. Aru langsung bangkit berdiri sembari menyambar tisu-tisu yang berserakan untuk dijejalkan ke saku celana kirinya. "Seumur hidup, aku belum pernah merasakan debar jantung orang jatuh cinta yang katanya bisa sampai bikin sesak napas."

Aru mencangklongkan tasnya ke pundak. Sejenak pandangannya meredup kala memandang Netta. "Karena pembicaraan kita sudah selesai, aku pamit." Dia pun bergerak menjauh dan menghilang di tikungan koridor.

Netta mengembuskan napas penuh kekecewaan. Namun, tak lama gadis itu menyusul bangkit.

"Ray, aku balik dulu, ya! Sekali lagi makasih buat segalanya. Maaf kalau Papa udah rese." Ada tawa kecil menghias.

Ray melompat berdiri dan merentangkan tangannya ke samping lebar-lebar. "Tenang, pintu maaf gue lebih gede dari ini." Ia menyeringai lebar.

"Thanks, Ray!" Netta melambai dan bergerak menjauh.

"Sama-sama," lirih Ray menjawab.

Ada hening menjeda ketika ia menarik tas ke atas dan memakainya. "Belom pernah jatuh cinta, ya?" Masih dengan suara pelan pemuda itu bicara dengan dirinya sendiri. "Lo aja yang belum nyadar."

Langkah kakinya pun terseret lunglai di sepanjang koridor.

💖💖

"Jadi, hari ini nggak diantar pulang sama pacar kamu?" Papa memulai topik pembicaraan saat makan malam yang langsung membuat Netta tersedak.

Dengan gerakan santai Papa menyodorkan segelas air putih dingin sembari menahan senyum. Ia sangat senang berhasil menggoda Netta. Harus pria akui, kemarahan Netta kemarin membuat hatinya gundah gulana seperti lagu era 80-an.

Hati gundah gulana, karena datang sunyi meeencekaaaam ....

Resah hari gulita,di kesunyian malam yaaang kelam ....

Selama ini Netta tak pernah melakukan perlawanan apa pun padanya. Setiap permintaan, selalu ditaati dengan senyum yang tak pernah absen menghias. Baru kemarin putri satu-satunya melakukan penolakan bahkan tampak sangat marah sekaligus kecewa.

Papa menepuk-nepuk punggung Netta penuh kasih saat gadis itu meminum air sampai habis.

"Papa, ih!" Netta memukul lengan papanya manja. Bibir yang dimajukan ke depan membuatnya terlihat semakin menggemaskan di usianya yang menginjak 18 tahun ini. "Siapa yang pacar?"

"Justru Papa tanya. Mana yang pacarmu? Ray apa Aru?" Senyum jahil mau tak mau kembali dipamerkan.

Lagi-lagi Netta berusaha tak acuh dan menyuapkan kembali ayam bakar kecapnya. Gadis itu mengunyahnya dengan hati-hati dan menggantung pertanyaan Papa tanpa jawaban.

Papa pun membiarkannya dan kembali melanjutkan makan malamnya dengan tenang. Namun, kedamaian itu tak lama. Tepat ketika Papa selesai menghabiskan tetes air terakhir, ia kembali berujar, "Jadi, Papa masih penasaran. Kamu pilih Ray apa Aru?"

Kali ini Netta berhasil menahan dirinya agar tidak tersedak kembali. "Aduh, Pa, kami nggak pacaran! Kami Three Musketeers yang tak terpisahkan. TRIO! Bukan pacaran! Nggak percaya amat, sih!" gerutunya.

Pria paruh baya itu mengangguk-angguk. "Papa percaya, kamu belum pacaran dengan salah satu dari mereka."

"Siiiip ...." Netta menyandarkan punggungnya ke kursi dengan lega.

"Apa perlu Papa aja yang pilihin?"

"PAPAAAAAAAAAAAAAAA!!"

Tawa Papa meledak hingga bahunya berguncang. Netta hanya bisa mengembuskan napas pasrah melihat bagaimana Papa menggodanya habis-habisan.

"Papa beneran udah nggak marah lagi sama Ray?" takut-takut Netta memberanikan diri untuk bertanya.

Papa memiringkan kepalanya sedikit. Berusaha mengamati ekspresi anaknya yang masih dirundung khawatir. "Hei, justru Papa pengin minta nomor telepon dia."

Alis Netta naik ke atas tanpa sadar.

"Papa mau minta maaf." Pria paruh baya itu melengkungkan bibirnya ke atas. Ia menanti reaksi putrinya yang hanya mampu membuka mulut dan lupa menutupnya kembali.

Sejenak ada kekehan kecil Papa yang menyentak Netta untuk kembali tersadar dari kagetnya. "Papa udah salah paham. Papa cuma khawatir anak kesayangan Papa hilang. Kamu kan tahu banyak penculikan akhir- akhir ini. Namun, sekhawatir apa pun, selama kamu sudah kembali, harusnya Papa bisa berpikir lebih jernih."

Netta merasakan kesejukan mengalir dalam batinnya. "Terima kasih."

Kali ini giliran Papa yang terbeliak kaget. "Untuk?"

"Untuk mencintai Netta sepenuh hati, selalu mengkhawatirkan Netta, dan menjaga Netta sampai kapan pun." Netta tiba-tiba bangkit dan memeluk papanya yang masih terduduk.

Sejenak Papa mematung menerima kehangatan yang kini mendekapnya. Anak gadisnya sudah begini dewasa, ia merasa bersyukur memiliki Netta yang begitu mencintainya dengan tulus. Menemaninya menghadapi pahitnya kehilangan istri tercinta bertahun silam. Tangan Papa pun terulur dan membalas dekapan hangat Netta penuh kasih.

"Terima kasih sudah mengerti kalau Ray bukan orang jahat. Makasih udah mau dengerin penjelasan Aru. Papa memang terbaeeeek!" Netta mempererat dekapannya. "Ray nggak marah kok sama Papa. Netta yakin!"

Papa membelai kepala Netta sebelum akhirnya gadis itu melepaskan dekapannya dan kembali duduk di kursi.

"Eh, tapi 0apa serius. Kamu tinggal pilih. Dua calon itu kayaknya ideal dijadikan suami."

"Udah, ah, Pa! Capek bercandanya itu mulu." Netta merengut.

Kali ini Papa menyerah. "Ya udah, kita tunda pembicaraan soal ini."

Netta mengembuskan napas lega.

"Omong-omong, kamu kayaknya udah bagus di DKV. Udah bisa dimintai tolong, nih?" Papa memberikan isyarat dengan kepala agar Netta mengikutinya ke ruang kerja.

💖💖💖

Di kamar berukuran 3 x 3 meter itu, Papa mempersilakan Netta duduk di kursi bersandaran empuk di depan meja jati berpelitur halus.

"Papa mau bikin promo umroh plus travel ke Turki, nih." Papa mengeluarkan sebuah album tebal berisi kumpulan flyer yang pernah dibuat almarhum Mama. Sejenak ia membalik-balik sebelum akhirnya menemukan yang dicari.

"Yang kayak gini!"

Netta memperhatikan flyer ukuran A4 berwarna ungu kebiruan dengan latar belakang kota Mekkah, Madinah, dan Turki. Menjelaskan hotel yang akan dihuni, lengkap dengan biaya dan contact person.

Logo perusahaan juga pesawat yang akan dinaiki tersusun dengan apik. Tak lupa track record perusahaan yang telah menerbangkan beberapa public figure juga terpampang dengan rapi untuk menarik minat. Hadiah 500 ml madu alami juga disertakan sebagai bonus bagi seratus pendaftar pertama.

"Ini bisa kamu remake? Paling diubah data harga dan tanggalnya aja."

Netta menyusurkan telunjuknya ke setiap detail flyer di hadapannya. "Enggak mau dirombak total aja?" Gadis itu mendongak.

Alis Papa berkerut ke dalam. "Dirombak gimana?"

"Sayang kalau masih pakai punya Mama. Ini udah ketinggalan zaman. Sudah hampir sepuluh tahun lalu, kan? Mana tiap tahun dipakai."

Netta masih mengamati flyer itu penuh kasih. Ia memang selalu mengagumi bagaimana Mama bisa membuat flyer begitu menarik di masanya. Namun, tren selalu berubah. Sebagai desainer, ia juga harus bisa mengikuti tren. Akan lebih baik jika menciptakan tren, tapi Netta belum sampai ke titik itu. Setidaknya itu yang gadis itu rasakan saat ini.

Papa masih menunggu penjelasan Netta berikutnya. Tangannya disedekapkan ke dada. Hal yang selalu dilakukan jika sedang dalam mode bekerja.

Netta senang melihat Papa serius menanggapi ucapannya. Tak ada yang lebih berharga ketika orang tua mendengarkan sepenuh hati apa yang diucapkan anaknya. Apalagi sampai memercayainya setulus jiwa.

"Jadi, zaman now yang paling penting adalah foto. Kita ambil foto terbaru dari masjid Çamlıca Republic yang baru dibuka tahun ini. Keren tuh!"

Netta membuka ponselnya dan mulai mencari foto-foto masjid terbesar di Turki itu. "Nah ini, Pa." Gadis itu mengangsurkan foto yang dimaksud. "Kita bisa beli stock fotonya cuma dengan harga 95 ribu doang!"

Papa membelai dagunya seolah mempertimbangkan semuanya. "Yang ini fotonya bagus." Papa menunjuk masjid yang terlihat megah di atas bukit. Pantai dan pasar tradisional Turki terlihat di bagian depan. Nuansa kebiruan tampak mendominasi.

"Papa suka branding-nya biru?"

"Maksudnya?"

Netta kembali mengetik kata kunci dan menyerahkan kembali ponselnya. "Ini arti warna biru dalam desain."

Papa menyusuri setiap kata yang muncul di layar gawai putrinya.

Biru : Warna dari laut dan langit, warna ini sering mengkomunikasikan kedamaian, kualitas yang bersih. Sebagai lawan kata dari berenergi, warna yang lebih dingin, biru dilihat sebagai warna yang menenangkan. Pada beberapa konteks, biru dapat merepresentasikan kesedihan atau depresi.

Arti alternatif : Di budaya Timur Tengah, biru secara tradisional memiliki arti sebagai perlindungan dari iblis. Karena asosiasi warna biru dengan surga, biru menyimbolkan keabadian dan/atau spiritual di berbagai budaya.

Pada branding: Biru digunakan secara luas dan salah satu warna yang serba guna. Secara umum digunakan untuk mengkomunikasikan kepercayaan, keamanan, dan kestabilan. Biru tua adalah pilihan yang populer dengan konteks perusahaan, karena warna ini memiliki rasa serius, konservatif, dan kualitas profesional.

Papa mengerutkan kening. "Depresi?"

Ada kekehan terdengar. "Semua warna memang punya sisi negatif, Pa. Nggak usah khawatir."

Gadis itu kembali mengambil gawainya dan mengetikkan kata kunci baru. "Nih, Netta lebih suka perpaduan emas dan hitam."

Sekali lagi Papa mengamati penjelasan warna yang diajukan Netta.

Pada branding : Oranye sering mempresentasikan kemudaan dan kreativitas. Emas yang juga salah satu tipe dari oranye atau kuning namun tergantung hue-nya sendiri, adalah sebuah simbol dari kemewahan dan memiliki kualitas tinggi.

Pada branding : Hitam juga secara luas digunakan sebagai kenetralan, meskipun warna ini masih dapat menyampaikan arti suram, tetapi tergantung konteks yang dibuat. Banyak desain yang secara sederhana berwarna hitam dan putih, entah hal tersebut pilihan yang disengaja atau hanya untuk berhemat pada biaya cetak. Warna lain dapat terlihat lebih terang dan lebih intens ketika disandingkan dengan hitam.

Mata Papa melebar sedikit sebelum mengetikkan telunjuknya ke meja sembari berpikir.

"Netta suka emas dan hitam karena perpaduannya elegan. Target market travel agent Papa kan buat kalangan atas. Artinya memang mereka yang mendahulukan kenyamanan dan kualitas daripada harga."

Netta kembali menyodorkan gawainya.

"Lihat, Pa. Ini contoh-contoh iklan dengan perpaduan warna emas. Elegan banget, kan?"

Mata Papa tampak berbinar. "Iya juga, ya."

"Netta nggak bilang desain Mama jelek. Keren, malah! Cuma kalau memang target market kita kalangan atas, re-branding mungkin memang diperlukan."

"Apa prosesnya rumit?"

Netta memajukan mulutnya sedikit sembari berpikir. "Relatif." Ia memutar bola matanya dan berpikir sejenak hingga suara deru pendingin ruangan terdengar lirih. "Netta bisa ajukan re-branding plan buat Papa. Pertama bikin mood board new branding-nya dulu. Habis itu, kita pikirkan mau pakai logo lama, apa mau ubah sekalian. Baru setelah menentukan semua itu, baru bisa disusun promotion plan-nya."

Tiba-tiba Papa berdiri dan bergerak ke arah Netta secepat kilat. Dengan gerakan mendadak dia menarik Netta berdiri dari kursinya lalu mendekapnya dengan erat.

"ANAK PAPA PINTER BANGEEEEET!!!"

"PAPAAAAAA AKU BUKAN ANAK KECIL LAGIIIIII!"

Netta berusaha menggeliat melepaskan diri dekapan Papa serta ciuman bertubi yang dilancarkan di pipi dan keningnya.

Butuh waktu beberapa saat sampai Papa melepaskan Netta dan membiarkan anak gadisnya itu merapikan rambut.

"Maaf, Papa gemes, sih!"

Netta hanya bisa tertawa lepas melihat perlakuan Papa sebelum pria paruh baya itu kembali ke kursinya.

"Kapan, sih, butuhnya?"

"Sebulan lagi."

"WHAT?!"

"Terlalu cepat?"

Netta berdeham. "Lumayan, sih. Lagi banyak tugas soalnya. DKV tugasnya nggak nyante sama sekali. Lagian sebulan lagi pas UTS. Kayaknya susah kalau sendirian."

Kali ini senyum jahil menghias wajah Papa. "Jangan sendiri kalau begitu."

"Lha terus?"

"Apa gunanya Aru sama Ray? Minta tolong dong sama mereka."

Netta hanya bisa melongo.

🏵♦‍️♦‍️♦‍️♦‍️🏵


3 July 2019

Yak, revisi typo dimulai. Ahahah

Dokterku mendadak kudu ikut seminar. Jd jadwal check up mundur ke 13. Hix

Btw direvisi bukannya mendek malah nambah 500 kata. Piyeee ahaha

Oh, yg kepo sama lagu bapaknya Netta, ini lagunya. Lol

1 Mei 2019

Aduh duh duh.... 1650 kata. Lumayan banyak dr yang biasanya cuma 1200. Ahahaha

Btw buat yang lomba Comico baru sampe bab 4. Alias Shirei udah nulis 6k kata. Totalan sama ini 7500 kata dalam 10 hari. Mau pengsan wkakakaka

Doakan kuat yaaaa (Padahal udah flu)

Continue Reading

You'll Also Like

821K 27.2K 14
[Tersedia di google play store] Link: https://play.google.com/store/books/details/Atyampela_Karunia_di_Seperempat_Abad?id=XshdEAAAQBAJ Pandangannya t...
721K 26.1K 12
[Tersedia di Storial] Adira punya prinsip tersendiri dalam hidup, terlebih lagi soal pasangan. Baginya, selagi masih bisa dilakukan sendiri, pendampi...
SARLA By Ini Al

General Fiction

861K 35K 91
[ Follow sebelum membaca!] [Happy reading ] (Lengkap) ⚠️CERITA HASIL PEMIKIRAN SENDIRI⚠️ ⚠️PLAGIAT HARAP MENJAUH!!, MASIH PUNYA OTAK KAN?! MIKIR LAH...
51.7K 7.6K 32
Dulu... Maya, Juno, Augy, si Kembar Septi dan Okta adalah bayi-bayi terbuang. Tumbuh bersama di rumah asuh Bunda Wulan, Anak-Anak Bulan ini mencari t...