Bold n Dangerous

Por finecinnamon

2.5M 184K 12.7K

18+ Adult Romance Meskipun masih SMA, perkelahian antar anak SMA bukan lah levelnya. 11 tahun pembelajaran te... Más

Author note + cast
1. Hari Pertama
2. Who are You, Rashila?
3. Kenal Lebih Dekat
4. Malu!
5. Kakak Adik?!
6. Don't Mess With Her
7. Ciuman Pertama
8. Listen to Me, Rashila (part 1)
10. Listen to Me, Rashila (part 3 - end)
11. Bucin
12. Stop Talking
13. Big Brother
14. Thirteen Men (part 1)
15. Thirteen Men (part 2)
16. Don't Touch! (17+)
17. Pembalasan Geo
18. Memories
19. Heartless Man
20. Bertengkar (17+)
21. Revenge for The Monster (part 1)
22. Revenge for The Monster (part 2)
23. Dendam yang Terbalaskan
24. I Won't Give Up
25. Tsundere
26. My Dark Past
27. Musibah Besar
28. I'm Sorry
29. Alasan yang Tak Jelas
30. Wake up, Stupid.
31. Terrible Mistake
32. Official (17+)
33. Whatever I Want (17+)
34. Lucky to Have You
35. Sensei?
36. Hukuman Pertama (18+)
37. Sosis Bakar (17+)
38. The Darkest Side of Him (part 1)
39. The Darkest Side of Him (part 2)
40. Tertekan
41. Gadis Sebatang Kara
42. Our Painful Fate (part 1)
43. Our Painful Fate (part 2)
44. Our Painful Fate (end)
45. Seperti Hari Pertama
46. Keputusan Akhir Geovano
47. Penyelidikan (part 1)
48. Birthday Kiss
49. It Hurts, but It Feels Good
50. Penyelidikan (part 2)
51. Penyelidikan (part 3 - end)
52. Blood Cousins
53. Scary Seventeen (part 1)
54. Scary Seventeen (part 2)
55. Judo
56. Malam yang Panjang
57. Mimpi Buruk
58. Heart Beat
59. Live to Love (17+)
60. Our Faith, and Reasons (END)
Extra Chapter 1. Geovano vs Rashila
Extra Chapter 2. Bad Girl (18+)

9. Listen to Me, Rashila (part 2)

34.8K 2.9K 116
Por finecinnamon

⚠️ Cerita sedang direvisi dan akan di publish ulang secara bertahap

***

Bel tanda jam istirahat telah berbunyi, para murid lalu lalang di area kantin.

Rashila, Desy, Gevin dan beberapa murid kelas 10 A saat ini sudah berada di kantin belakang sekolah, mereka terpaksa pergi kesini karena kantin utama yang sudah terlalu ramai.

Sedari tadi Rashila hanya terdiam dan mengaduk-aduk mie ayam yang ia pesan, ia tidak nafsu makan sama sekali.

Pikirannya masih kacau, di kelaspun ia tidak bisa fokus pada pelajaran.

Suara gerombolan murid terdengar, Rashila menengok.

Kumpulan anak kelas dua belas berjalan memasuki area kantin belakang. Mata Shila langsung bertemu dengan mata salah satu dari mereka.

Rashila memalingkan wajahnya dan kembali menatap mie ayam di meja.

Gevin yang melihat itu mengernyit. "Lagi berantem?" tanya Gevin.

Rashila mengerjap. "Ah.. engga.." ucapnya.

Gevin menengok ke arah meja yang tak jauh dari mereka.

Ia melihat kakaknya yang sedang berkumpul bersama teman-teman kelas dua belasnya disana.

Geovano terlihat asyik bercanda dan tak mempedulikan Rashila disini.

Rashila murung. Semenjak kejadian di panti kemarin, ia belum berhubungan lagi dengan Geovano.

Geo bahkan tidak mengirim pesan ataupun menelfonnya.

Rashila kesal, seharusnya ia yang marah, tapi kenapa malah Geo yang mendiamkannya?

Rashila menghela nafasnya pelan, sepertinya hanya dirinya saja yang galau karena pertengakaran mereka kemarin.

Geovano terlihat baik-baik saja.

Padahal mereka baru saja berciuman beberapa hari lalu, kenapa sekarang malah jadi seperti ini?

"Kamu lagi marahan sama kak Geo?" bisik Desy yang duduk di samping Shila.

Rashila terdiam, kemudian mengangguk pelan.

Desy tersenyum. "Masih pdkt kok udah marahan?" tanya Desy pelan agar tak terdengar yang lain.

Rashila cemberut, bagaimana tidak marahan? Kak Geo terlalu cepat emosi dan berpikir negatif pada kak Oscar yang selalu baik pada Shila selama ini, batinnya.

"Minta maaf aja Shil," ucap Desy.

"Kenapa? aku kan gak salah," kata Shila tak terima.

"Gakpapa Shil, kalo kamu minta maaf duluan, mungkin kak Geo akan mikir, dan dia pasti akan berusaha nyelesaiin masalahnya dengan baik-baik."

Rashila yang mendengar itu menghela nafasnya pelan.

Haruskah ia minta maaf?

***

Rashila bersiap, bel tanda pulang sekolah akhirnya berbunyi, ia sudah siap untuk pulang.

"Shil? mau pulang bareng?" tanya Gevin.

Rashila terdiam berpikir.

Akhir-akhir ini ia selalu pulang bersama Geovano, namun karena hubungan mereka yang sedang tidak kondusif, sepertinya ia tidak pulang bersama Geo hari ini.

"Aku pulang sendiri aja, mau ke perpus dulu," jawab Shila akhirnya.

"Yaudah kalo gitu, aku duluan ya Shil," kata Gevin tersenyum.

"Iya.."

Rashila berjalan keluar kelas menuju ke perpustakaan sekolah. Ia ingin membaca buku dulu disana, untuk menghilangkan stress.

Perpusatakaan di sekolah Shila memang menyediakan berbagai jenis buku, termasuk novel-novel remaja untuk dibaca para murid, bahkan ada komik juga.

Rashila selalu datang kesini saat ia sedang bosan.

***

Setelah hampir satu jam berada di perpustakaan, Rashila akhirnya pulang.

Ia berjalan ke arah luar gerbang utama.

Langkah Rashila terhenti saat ia melihat pemandangan di depannya.

"Dari mana?"

Rashila tersentak.

Saat ini Geovano sudah duduk dengan santai diatas motornya yang masih terparkir di dekat gerbang sekolah.

Apa kak Geo.. menunggunya? batin Shila.

"Dari perpus," jawab Shila pelan.

"Ayo," ucap Geo. Ia mulai menyalakan mesin motornya dan memberikan helm yang ia pegang pada Rashila.

Rashila terdiam sesaat, ia pikir Geo sudah pulang sedari tadi.

Perlahan ia menerima helm tersebut.

Rashila masih bingung. Ia hanya terdiam memegang helm tersebut.

"Ayo naik," kata Geo melihat Rashila yang hanya terdiam.

Beberapa saat seperti itu hingga Rashila naik ke atas motor dan mengenakan helmnya.

Merekapun mulai menyusuri jalanan kota Jakarta yang padat.

***

Sepanjang perjalanan, keheningan menyelimuti.

Geovano hanya fokus menyetir sedangkan Rashila termenung. Ia mencengkram sedikit bagian samping jaket yang dikenakan Geo sebagai pegangannya.

Motor Geo akhirnya sampai di depan pagar panti asuhan, Rashila turun dan memberikan helm putih itu pada Geovano.

"Makasih kak," ucapnya.

Kemudian Rashila diam.

Ia bingung harus apa, ia hanya berdiri canggung di dekat Geo.

"Kalo gitu aku masuk ya.." ucap Shila, ia hendak memasuki pagar namun Geo memanggilnya.

"Rashila."

Shila kembali menengok.

"Jangan makan malam dengan Oscar."

Rashila terdiam, ia menyipitkan matanya. "Kakak masih berpikiran buruk tentang kak Oscar?" tanya Shila.

"Dia memang buruk," jawab Geo cepat.

Shila menghela nafasnya kasar, ia menggeleng pelan.

"Aku akan tetap makan malam dengan kak Oscar," ucapnya.

Rashila berbalik dan hendak melangkah pergi menjauhi Geovano, namun lengannya ditahan dan kembali ditarik mendekat.

"Rashila, jangan keras kepala, dengarkan ucapanku," kata Geo menatap Shila dengan serius.

Shila menggeleng. "Gakmau." Rashila langsung menghempaskan tangan Geo.

"Kenapa aku harus mendengarkan ucapan kak Geo? aku udah lebih lama mengenal kak Oscar dibanding kakak"

"Rashila.."

"Udah cukup." Rashila langsung berbalik dan meninggalkan Geovano.

Ia berjalan memasuki pagar panti dan langsung menutupnya.

Geovano yang melihat itu menghela nafasnya kasar. Ia akhirnya kembali menjalankan motornya dengan emosi yang hampir meluap.

***

Malam harinya.

Geovano memarkirkan motornya di parkiran sebuah restoran.

Ia turun dari motor dan berjalan ke arah samping restoran tersebut.

Malam itu Geovano mengenakan hoodie hitamnya.

Hoodie hitam ini merupakan pemberian ayahnya, Gabriel.

Ayahnya bilang saat sedang menjalankan aksi penting, ia harus mengenakan pakaian yang gelap agar tidak menarik perhatian.

Geovano tidak terlalu mengerti 'aksi penting' apa yang dimaksud sang ayah, tapi baginya, aksi yang harus ia lakukan saat ini adalah aksi yang tak kalah penting.

Geo berjalan pelan, ia melihat-lihat ke arah dalam restoran tersebut dari balik jendela kaca.

Matanya terus mencari sampai akhirnya ia menemukan apa yang ia cari.

Pemandangan ini sungguh indah bagi Geo.

Ia melihat gadisnya yang duduk dengan anggun di salah satu kursi di restoran tersebut.

Rashila mengenakan dress casual berwarna biru muda yang membuatnya terlihat semakin memukau. Rambutnya yang lurus ia biarkan tergerai dengan lembut.

Matanya terlihat sayu, senyuman manis ia sunggingkan.

Namun sayangnya, bukan untuk Geovano, melainkan untuk seorang laki-laki yang duduk di hadapannya, Oscar si b*jingan.

Geo berdecak kesal, tentu saja Rashila tidak mendengarkan ucapannya.

Mata Geo masih terus memandang ke arah mereka berdua.

Rasanya ia ingin sekali masuk ke dalam restoran itu dan mengobrak-abrik seluruh isinya.

Ponsel Geo berdering, ia melihat ada panggilan dari temannya, Nicholas.

"Ngapa?" tanya Geo.

"Lu lagi dimana Ge? gak ke markas?"

"Ntar, gua lagi sibuk" jawab Geo, pandangannya tidak juga lepas dari Rashila dan Oscar.

"Sibuk ngapain?"

"Ngintipin cewek gua yang lagi selingkuh"

Niko tertawa geli.

"Cewek lu? Rashila? sejak kapan dia jadi cewek lu njir?" tanya Niko mengetahui bahwa Geovano dan Rashila belum resmi pacaran.

"Sejak pertama kali kita bertemu" kata Geo.

Niko masih tertawa, Geovano secara samar dapat mendengar suara tawa teman-temannya yang lain dari telfon itu.

"Sini aja lah, ngapain lu makan ati ngintipin Shila yang lagi ngedate, mending kita maen PS disini."

Geovano menghela nafasnya kasar.

Benar, berdiri disini dan melihat pemandangan memuakkan ini hanya membuatnya semakin tersulut emosi.

"Yaudah gua otw," ucap Geo lalu memutuskan sambungan telfonnya.

Geo menatap Oscar tajam, laki-laki itu sedang asyik bercanda dengan Rashila.

Kalau Oscar sampai berani menyentuh Rashila. Geo bersumpah akan membengkokan tangan laki-laki itu.

Akhirnya Geopun kembali berjalan ke parkiran dan menaiki motornya menuju markas beladiri.

***

Rashila tersenyum, sedari tadi ia mengobrol dan bercanda dengan Oscar, rasanya menyenangkan sekali.

"Lain kali aku usahain traktir anak-anak yang lain juga ya," kata Oscar lembut.

"Eh? gak usah kak.. kakak kan masih kuliah, kebutuhannya pasti banyak," ucap Shila.

"Gakpapa Shil, aku ada kerja sampingan."

Rashila tersenyum, sampai sekarang ia masih tidak mengerti kenapa Geovano bisa berpikiran buruk pada orang sebaik Oscar.

"Oh iya, sabtu besok kamu free gak?" tanya Oscar.

Rashila mengerjap. "Sabtu besok?" tanyanya.

"Iya, kalo kamu kosong, aku mau ngajak kamu nonton."

Rasgila terdiam berpikir. Ia mengingat beberapa hari lalu (sehabis beciuman), Geovano mengajak Shila untuk pergi hari Sabtu besok.

Tapi ia tidak tahu apakah mereka jadi pergi atau tidak setelah pertengkaran mereka hari ini.

"Kayanya gak bisa kak, aku udah terlanjur ada janji," ucap Shila.

"Oh gitu.." kata Oscar.

"Shil?"

"Ya?"

"Kamu belum punya pacar kan?" tanya Oscar.

Rashila mengerjap. "Be-belum kak," ucap Shila bingung.

"Aku takut aja kalo aku gini ke kamu ternyata ada yang marah."

"Enggak kok kak hehe," jawab Shila.

Benar 'kan? ia dan Geovano memang belum resmi berpacaran.

"Yaudah kalo gitu next time aja Shil nontonnya" ucap Oscar.

"Iya," jawab Shila tersenyum.

"Btw kemampuan karate kamu semakin kesini semakin meningkat yah," kata Oscar.

"Oh ya?" tanya Rashila berbinar.

"Iya, kamu hebat Shila"

Rashila tersenyum senang. Ia benar-benar senang ada orang yang memuji kemampuannya.

"Semua karena bantuan kak Oscar, makasih banyak ya kak," ucap Shila berterima kasih dengan tulus.

Merekapun melanjutkan acara makan malam itu dengan menyenangkan hingga sekitar satu jam ke depan.

***

Geovano sampai di markas beladiri, tempat ia berkumpul bersama teman-teman perkumpulan beladirinya.

Markas ini berisikan murid-murid dari berbagai jenis seni beladiri, seperti Karate, Jiu Jitsu, Muay Thai dan masih banyak lagi.

Gevin juga merupakan anggota dari perkumpulan ini, namun ia jarang ikut berkumpul seperti Geo.

Sang ayah yang memperkenalkan Geovano dan Gevin pada perkumpulan ini, ayahnya merupakan anggota juga saat awal perkumpulan ini terbentuk.

Geo berjalan memasuki ruang besar yang terdapat di lantai atas bangunan rumah yang dijadikan markas oleh para anggota.

"Ge, gua laper," ucap salah satu teman sebaya Geo yang bernama Steve.

"Trus gua harus ngapain?" tanya Geovano kemudian duduk bersama Niko dan temannya yang lain.

"Cari makan yuk," ajak Niko.

"Lah anj*ng gua baru sampe lu semua malah mau cabut?" kata Geo kesal melihat teman-temannya yang berdiri dan bersiap pergi.

"Ayo Ge, kita ke restoran Deli Light, kata Steve disana makanannya enak-enak," ucap Niko.

Geo terdiam.

Restoran Deli Light adalah restoran yang tadi ia datangi, tempat Rashila dan Oscar makan malam.

"Gak dah, males gua," ucap Geo.

"Yaelah Ge, ayo udah! sekalian nongkrong disana kita!" ucap Niko sambil memaksa Geovano untuk bangun.

Geo menghela nafasnya kasar. Akhirnya ia menurut dan ikut bersama teman-temannya ke restoran itu.

Geo hanya berharap dua sejoli itu sudah selesai kencan, karena jika tidak, kemungkinan besar Geovano akan mengamuk dan membuat kekacauan di restoran tersebut.

***

Waktu telah menunjukkan pukul 9 malam.

Saat ini Rashila sudah berada di dalam taksi menuju rumah, pikirannya kini kembali pada Geovano.

Rashila menghela nafasnya kasar, kini hubungan mereka jadi semakin tidak kondusif.

Rashila jadi mengingat pertengkaran mereka siang tadi di depan panti asuhan.

Apa ia keterlaluan? apa Shila terlalu kasar pada kak Geo siang tadi?

Entahlah, Rashila sudah pusing memikirkannya.

Rashila kembali mengingat ucapan Desy di kantin.

Haruskah ia minta maaf duluan pada Geo?

Tapi masalahnya, Rashila tidak tahu kenapa ia harus minta maaf, Shila tidak merasa salah.

Setelah melewati pergulatan batin yang cukup membingungkan.

Akhirnya Rashila memutuskan untuk menelfon Geovano, meskipun ia tidak tahu harus bicara apa.

Rashila hendak mengambil ponselnya di dalam tas.

Rashila melihat sebuah kotak makan disana.

Sontak, Rashila menepuk dahinya sendiri.

Ia baru ingat kalau bunda Aina menitipkan kue buatannya untuk Oscar. Shila lupa memberikannya tadi.

"Pak, tolong puter balik ke restoran tadi ya," ucap Shila pada supir taksi yang ia naiki.

Oscar mengatakan pada Rashila kalau ia masih ingin berkumpul dengan teman-temannya di restoran itu.

Maka dari itu Rashila akan kembali dan memberikan titipan bunda Aina pada Oscar.

***

Shila akhirnya sampai disana. Ia memasuki restoran tersebut.

Aneh, restoran ini sepi tidak ada orang.

Rashila mendekati salah satu pelayan yang sedang membersihkan meja.

"Mas, liat cowok yang tadi duduk disini gak?" tanya Shila menunjuk ke arah meja tempat dirinya dan Oscar duduk tadi.

"Oh, mas yang tadi keluar mbak," ucap pelayan itu.

"Keluar? udah lama mas?"

"Belum lama sih mbak, tapi.." pelayan itu terlihat ragu.

"Tapi apa mas?"

"Tadi disini rame, kaya ada geng cowok-cowok gitu, mereka sempet cekcok, trus tiba-tiba mereka semua keluar dari restoran ini."

Rashila mengernyit, apa maksudnya?

"Kayanya mas-mas yang duduk disini tadi mau berantem mbak," lanjut pelayan itu membuat Rashila melotot.

"Berantem?" tanya Shila tersentak.

"Iya mbak, mereka semua pergi ke arah belakang, disana kan ada lapangan kosong mbak, kayanya mau ribut disana."

Rashila yang mendengar itu menelan ludahnya.

Apa mungkin? kak Oscar berkelahi?

"Yaudah makasih ya mas," ucap Shila.

Rashila keluar dari restoran itu.

Ia terdiam berpikir, haruskah ia menyusul?

Sesungguhnya Rashila juga penasaran. Apa benar kak Oscar berkelahi? tapi kenapa tiba-tiba?

Akhirnya Rashila memutuskan untuk pergi ke belakang restoran. Ia ingin tahu apa yang terjadi sebenarnya.

***

Rashila terus melangkah, ia memasuki area lapangan di belakang restoran itu, suasananya sepi dan gelap.

"Kak Oscar?" panggil Shila pelan, namun tak ada jawaban.

Tidak ada tanda kehidupan disini.

Rashila menghela nafasnya pelan. Mungkin mas pelayan tadi hanya salah mengira.

Mungkin kak Oscar dan teman-temannya keluar karena mereka ingin pindah tempat nongkrong.

Rashila berbalik, ia hendak pergi dari sana.

Namun langkahnya terhenti saat ia mendengar suara beberapa laki-laki yang sedang mengobrol.

Rashila menyipitkan matanya berusaha melihat ke arah kumpulan laki-laki yang berdiri di sisi sebelah kiri lapangan tersebut.

Apa mungkin itu kak Oscar dan teman-temannya?

Rashila berjalan mendekat. "Kak Oscar?" panggil Shila.

"Rashila?"

Rashila langsung terdiam, ia mengerjap bingung.

"Kak Niko?"

Saat ini Rashila melihat kakak kelasnya Nicholas yang berkumpul bersama beberapa laki-laki lain yang wajahnya asing di mata Shila.

"Kakak kok disini..?"

Rashila dapat melihat wajah Nicholas yang terlihat panik, ia seperti ingin mengatakan sesuatu namun ragu.

Kenapa? batinnya.

"Ohiya, kak Niko liat-"

Bugh!

Rashila tersentak, suara apa itu??

Brak!

Rashila sontak menengok, ia melihat ke arah dimana suara itu berasal.

Dengan Refleks Rashila berjalan ke arah suara.

"Shil" Niko menahan tangan Shila.

"Jangan kesana," ucap Niko.

Rashila mengernyit.

"I-itu apa..?" tanya Shila masih tersentak.

Tiba-tiba Rashila mendengar ringisan, seperti suara seorang laki-laki yang sedang kesakitan.

Rashila langsung menghempaskan tangan Niko, ia berlari ke arah suara.

Nafas Shila terengah, suara ringisan itu terdengar familiar di telinganya.

Kedua kaki Rashila masih terus berlari, kondisi lapangan yang gelap tidak membuatnya takut.

Ia bergegas menuju sisi ujung lapangan yang berlawanan dengan tempat Niko berada tadi.

Langkah Rashila tiba-tiba terhenti.

Ia terdiam di tempat melihat pemandangan yang ia lihat saat ini.

Nafasnya terengah, Rashila mengerjap.

"Berhenti!" teriak Shila.

Rashila melihat seorang laki-laki dengan pakaian serba hitam.

Laki-laki itu sedang menghajar seorang laki-laki lain yang kini sudah terlihat lemas tak berdaya.

Menyadari kehadiran Rashila, laki-laki itu langsung menghempaskan tubuh laki-laki yang ia pukuli, membuatnya tergeletak lemah.

Laki-laki dengan pakaian serba hitam itu perlahan berbalik, ia manatap Rashila yang berdiri tak jauh darinya.

Rashila melotot tak percaya, nafasnya semakin tak beraturan.

Jantungnya berdetak kencang.

"Kak Geo..?" ucap Shila, berusaha meyakinkan penglihatannya.

Apa ini? kenapa kak Geo ada disini?

Geovano berdiri disana, ia terdiam menatap Rashila.

Kedua tangan Geovano mengepal dengan kencang, rahangnya mengeras.

Matanya terlihat lebih gelap dari biasanya.

Geovano mulai berjalan mendekati Rashila.

"Apa kamu mau mendengarkanku sekarang?"

Rashila membeku. Otaknya masih belum bisa berpikir, mulutnya terasa kaku.

Rashila tidak bisa bergerak sedikitpun. Ia hanya bisa menatap mata Geovano yang juga menatapnya dengan tajam.

Geovano tersenyum melihat Rashila yang tidak bereaksi.

"Baiklah. Selamatkan saja kak Oscar-mu itu."

Geo langsung berjalan melewati Rashila dan pergi dari tempat itu.

Ia meninggalkan Rashila bersama lima orang laki-laki yang kini tergeletak lemah diatas tanah lapangan.

"Ra.. shil..a.."

Pandangan Shila langsung tertuju pada seorang laki-laki yang sedang berusaha untuk bangun dengan kondisi yang mengenaskan.

Wajahnya lebam dan berlumuran darah, kaki dan tangannya kini sulit digerakkan.

"Kak Oscar!" teriak Rashila, ia langsung menghampiri Oscar dan berlutut didekatnya, berusaha membantu Oscar.

Rashila menelan ludahnya, tubuhnya gemetar, ia tidak pernah melihat orang yang terluka separah ini sebelumnya.

Rashila panik dan tak tahu harus bagaimana.

Rashila melihat sekeliling, keempat laki-laki lain yang sepertinya adalah teman Oscar kini bernasib sama.

Bahkan Shila melihat salah satu dari mereka sudah pingsan tak sadarkan diri.

Rashila sontak mengalihkan pandangannya.

Rashila menatap ke arah punggung laki-laki yang masih berjalan menjauh darinya.

Laki-laki itu tiba-tiba berhenti.

Ia berbalik menatap Rashila yang juga menatapnya.

Laki-laki itu mengangkat sudut bibirnya, ia tersenyum miring.

Kemudian ia menutup kepalanya dengan penutup kepala dari hoodie hitam yang ia kenakan.

Dan melanjutkan jalannya meninggalkan Rashila bersama lima laki-laki yang kini terluka parah tidak berdaya.

Rashila mengerjap tak percaya.

Kak Geovano.. dia yang melakukan semua ini? tapi kenapa..? dan bagaimana bisa? satu lawan lima??

Kak Geo.. siapa dia sebenarnya? batin Shila penuh tanya.

-bersambung-

***

***

apa yang sesungguhnya terjadi? lets see on the next chapter 😍

Seguir leyendo

También te gustarán

602K 63.1K 24
Karmina Adhikari, pegawai korporat yang tengah asyik membaca komik kesukaannya, harus mengalami kejadian tragis karena handphonenya dijambret dan ia...
561K 23.3K 38
Siapa yang punya pacar? Kalau mereka selingkuh, kamu bakal ngapain? Kalau Pipie sih, rebut papanya! Pearly Aurora yang kerap disapa Pie atau Lily in...
482K 52.1K 46
Ini adalah Kisah dari Kila. Kila Prastika yang ternyata memiliki seorang bapak kos yang kebelet kawin ... "Nikah sama saya, kosmu gratis seumur hidu...
721K 69.4K 32
Lily, itu nama akrabnya. Lily Orelia Kenzie adalah seorang fashion designer muda yang sukses di negaranya. Hasil karyanya bahkan sudah menjadi langga...