Flirting with the Boss

By gigikelincii

573K 95K 8.2K

Sebuah ide gila di jalankan Rifanka demi kelangsungan hidupnya. Menjebak sang bos agar memberikan dirinya uan... More

Rifanka Pramesti
Sang Target
Penabrak Warna
Layu Sebelum Berkembang
Terbuka lebar
Gerbang menuju kesuksesan
Pegang Erat
Pelan tapi Pasti
Tak mampu berkata
Debaran jantung
Rahasia Beanbag
Penyesalan
Sadar akan kesalahan
Zionino
Tak terucap
Lari
Takut
Bermalam bersama
Ingatan
Merindu
Kunjungan tak terduga
Terulang Kembali
S&K Berlaku

Takjub

20.3K 3.7K 271
By gigikelincii

"Kamu mau apa?" Tanyanya. Kulihat tangan Nino sibuk memotong daging di atas piring makannya.

Jantung rasanya mau copot melihat Zionino sudah duduk menikmati sarapannya. Aku melihat jam di pergelangan tangan kiriku.

Pukul 06:35.

Aku telat 5 menit dan dia sudah menikmati makannya, lalu apa yang harus kulakukan sekarang?
Pesan dari nomor tak dikenal semalam langsung terbayang di kepalaku.

06:30 atau tidak sama sekali.

Butuh waktu hampir 30 menit untuk mencerna pesan singkat yang masuk pukul 11 malam ke ponselku tersebut sampai aku mengerti maksud pesan tersebut.

Tapi ternyata karena kecelakaan yang terjadi membuat waktuku terbuang. Entah apa yang akan terjadi setelah aku menjawab pertanyaan lelaki itu.

"Mau membuatkan bapak sarapan," jawabku dengan terbata-bata.

Yang sopan, jangan asal nyablak. Sekilas pesan dari mbak Sani terngiang.

"Mohon maaf pak saya telat," ucapku dengan suara lembut penuh rasa bersalah.

"Mbak Ning, tolong bilang pak Jay mobil disiapin," ucapnya pada perempuan yang mrngantarku msuk ke dalam rumah. Permohonan maaf yang ku sampaikan sama sekali enggak di anggapnya.

Zionino meneguk jus jeruk hingga setengah gelas tandas. Aku meneguk liur, melihat kesegaran air jeruk rasanya ingin ku habiskan sisa setemgah gelasnya lagi. Haus setelah berlari-lari di stasiun tadi. Tapi enggak bisa, aku enggak boleh bersikap konyol lagi. Demi hidup yang lebih baik tanpa lilitan utang, aku harus jaga sikap di depan satu-satunya investor.

Aku mendekati Zionino hendak membantunya bersiap berangkat, namun suara seksinya membuatku berhenti melangkah.

"Saya pikir kamu orang yang bisa menggantikan Sabila setelah kemarin saya mendengarkan laporan kamu, tapi kamu kurang disiplin, kamu enggak on time Rifanka, sedangkan saya butuh asisten yang disiplin waktu, mengatur hidup kamu aja kamu kacau,mungkin saya harus cari orang lain," ucap Nino.

What the f***!

Barusan dia mengigau 'kan?

Lemas, rasa melayang-layang jiwa ini.

"Tapi pak...." Tak mampu berkata-kata lagi. Aku terkulai lemas dan berakhir duduk di lantai dingin.

Wajahku terangkat menatap Zionino yang memandangku lurus, wajah tanpa ekspresinya membuatku lagi-lagi meneguk ludah.

"Bangun Rifanka," ucapnya.

Bagaimana mau bangun, kakiku lemas setelah mendengar berita buruknya. Kemarin ak dipecat olehnya, lalu diimingi menjadi asisten pribadinya, lalj sekarang hanya karena aku telat lima menit saudara-saudara! Aku di pecat. Lagi.

"Bapak saya mohon pak, jangan pecat saya," ucapku memohon, mata sudah terasa panas.

Zionino menghela napas panjang. Aku pikir ia akan mengucapkan kalimat yang kuharapkan tapi ternyata enggak. Dia enggak berubah pikiran.

"Saya pernah melihat kamu melakukan hal serupa, berlutut, memohon lalu menangis. Tapi itu enggak berpengaruh sama saya Rifanka, saya bukan Sani," ucapnya.

Jadi kemarin dia melihat?

"Sebaiknya kamu membenahi diri kamu, ubah tingkah laku kamu," ucapnya, ia lalu pergi meninggalkan meja makan, berjalan melewatiku yang masih berlutut tanpa melirikku sama sekali.

Aku menagis, kali ini enggak ada kepura-puraan, aku benar-benar bingung. Menjadi pengangguran di tengah tagihan yang sangat memusingkan bukan hal yang mudah di terima dengan ikhlas, kata sabar enggak bisa menenangkanku saat ini.

Bagaimana aku harus menjelaskan pada ibu, aku tulang punggungnya. Mencari pekerjaan enggak semudah mencongkel kotoran hidung. Kadang beberapa tempat malah meminta uang pada pencari kerja kalau mau di terima di tempat tersebut.

Semua memang salahku, cara berpikirku yang pendek, terlalu menggebu-gebu tanpa alasan yang mendarah daging akhurnya menghancurkan diriku sendiri.

Ibu, Rifa mesti gimana?

"Bangun Rifanka." Sentuhan lembut di lenganku membuatku menoleh. Zionino, ia membantu berdiri. "Kenapa kamu harus nangis di rumah saya?"ucapnya. Ia lalu berjalan ke meja makan dan mengambil selembar tissue kemudian menyerahkan padaku.

Jangan bertanya bagaimana perasaanku saat ini. Aku akan langsung jelaskan!
Dia manis! Perilakunya benar-benar bikin aku diabetes! Hal kecil yang terlihat sepele ini benar-benar membuatku terkesima.

Helaan napas Zionino membuatku kembali ke dunia yang fana ini. Aku segera mengusap lelehan airmata yang tersisa di pipi. "Maaf, Pak," ucapku.

"Mbak, tolong buatkan teh hangat," ucap Zionino, dari arah dapur terdengar seorang menyahutinya. "Saya masih punya waktu sepuluh menit, kamu tenangkan diri kamu dulu," ucapnya lalu berjalan menuju ruang tengah.

Aku mengikuti langkahnya. Ia lalu duduk di salah satu sofa, aku ikut duduk di seberangnya.
"Maaf atas sikap saya kemarin, Pak," ucapku.

"Iya," ucap lelaki di hadapanku itu. Singkat sekali sampai aku mengangkat wajah untuk melihat ekspresinya.

"Kemarin saya bereaksi terlalu berlebihan, tapi niat saya benar-benar untuk meminta pertanggung jawaban bapak atas mbak Bila,"ucapku. "Tapi cara saya salah," lanjutku.

"Dan tuduhan kamu pun jelas salah," sambungnya.

"Maaf  Pak," ucapku. Walaupun aku juga enggak yakin sama perkataannya tapi aku enggak bisa main teriak menuduhnya lagi. Kemarin aku di pecat, sekarang bisa aja aku di gorok olehnya.

"Kamu enggak percaya?" Tanyanya.

"Iya, eh." Mati, keceplosan kan!

Zionino membuang napas kembali, sedangkan aku mencubiti paha sebagai hukuman pada diri sendiri.

Perempuan bernama mbak Ning tiba-tiba saja datang membawa nampan berisi segelas teh hangat. Wajahnya agak kaget melihatku, mungkin dipikirnya aku sudah pergi tapi ternyata masih di rumah ini, menangis pula.

"Mbak mau minum apa?" Tanya mbak Ning.

"Enggak usah mbak," ucap Zionino, mbak Ning mengamgguk dan segera pergi.

Tega! Masa aku enggak di kasih minum sama sekali.

"Itu hak kamu mau percaya pada ucapan saya atau enggak, yang jelas saya sudah menjelaskan," ucapnya. Ia lalu mendorong cangkir di hadapannya ke arahku.

"Diminum dulu tehnya Rifa,"ucapnya.

Ya Tuhan, dia baik sekali.

Aku mengangkat cangkir teh, meneguk cairan beraroma melati tersebut.

"Untuk pekerjaan kamu, saya sudah bilang pada HRD jadi pemecatan kamu enggak  bisa saya cabut, saya juga enggak bisa begitu saja nerima kamu untuk gantiin posisi Sabila, pekerjaan kamu bagus tapi sikap kamu kurang," lanjutnya setelah aku meletakkan cangkir kembali ke atas meja.

"Iya saya mengerti, Pak, tapi saya mohon pak, kasih saya kesempatan, saya butuh sekali kerjaan," pintaku kembali. Dan butuh dekat sama bapak.

"Untuk bayar hutang pernikahan kamu yang gagal?"

Aku mendongak, kaget.

Dia tahu?

💔

Nah lo, nah lo, bapak tau darimana bapak si rifa batal kawin 😄😄😄

Continue Reading

You'll Also Like

16.7M 710K 41
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
1.9M 17.6K 24
(βš οΈπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žβš οΈ) [MASIH ON GOING] [HATI-HATI MEMILIH BACAAN] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] β€’β€’β€’β€’ punya banyak uang, tapi terlahir dengan satu kecac...
49.2K 2.8K 30
[BELUM DIREVISI] Perasaan cintanya terhadap sang Kakak membuat Febi tidak berdaya. _________________________ Cerita Aunty Febi setelah menikah. ❗Kare...
107K 7K 36
Setelah bertahun-tahun berlalu, Kamaisha kembali bertemu dengan si pemerkosa. Lelaki itu kini telah menikah, tapi belum memiliki anak. Kamaisha yang...