[ON HOLD] Peculiarity;『JaemRe...

By hunshinedelight

84.9K 12.6K 1.3K

Huang Renjun, salah satu siswa dari Daehan High School yang tahun ini ada ditingkat keduanya. Renjun memiliki... More

Prolog
「Chapter 1」
「Chapter 2」
「Chapter 3」
「Chapter 4」
「Chapter 5」
「Chapter 6」
「Chapter 7」
「Chapter 8」
attention please ❤
「Chapter 9」
「Chapter 10」
attention please pt. 2
「Chapter 11」
「Chapter 12」
「Chapter 13」
「Chapter 14」
「Chapter 15」
「Chapter 16」
「Chapter 17」
「Chapter 18」
「Chapter 19」
「Chapter 20」
「Chapter 21」
「Chapter 22」
「Chapter 24」
「Chapter 25」
「Chapter 26」
「Chapter 27」
「Chapter 28」
「Chapter 29」
「Chapter 30」
「Chapter 31」
「Chapter 32」
「Chapter 33」
Announcement

「Chapter 23」

1.5K 250 7
By hunshinedelight

ㅡㅡㅡㅡㅡ

standard disclaimer applied

ㅡㅡㅡㅡㅡ

Jeno sangat tahu bahwa hubungan antara dirinya dan Jaemin memanglah tidak terlalu baik. Tapi mereka tetap mempunyai satu tujuan yang sama, mengenai Huang Renjun tentunya. Jeno sendiri tidak terlalu ingat bagaimana ia dan Jaemin berubah menjadi rival abadi dari yang awalnya mereka bisa dibilang sebagai partner in crime sejati. Bahkan ia juga ragu apakah Jaemin juga mengingat perselisihan macam apa yang sukses membuat hubungan 'baik' mereka menjadi retak. Kedua mata Jeno melirik kesamping, menemukan sosok Renjun yang sedang fokus membaca buku tebal dengan posisi bersandar pada punggung sofa serta kedua kaki yang ada atas permukaan sofaㅡmenjadi tempat sandaran buku tebal itu.

"Renjun-ah," panggil Jeno.

"Eum...," Renjun membalasnya dengan gumaman pelan.

"Kamu masih sibuk membaca itu?" Jeno bertanya hati-hati, lagipula ia tahu bahwa buku yang Renjun baca itu bukan buku cerita atau tulis biasa. Itu buku khusus yang berikan Ten untuk pembelajaran Renjun.

"Tidak juga," jawab Renjun dan membalik halaman berikutnya.

"Ayo pergi keluar, ke suatu tempat," pinta Jeno dengan tenang. "temani aku."

Renjun menatap Jeno dengan pandangan curiga. "Kemana?"

Tidak ada jawaban. Jeno mengambil buku dipangkuan Renjun, meletakannya diatas meja lalu mengenggam telapak tangan yang lebih tua satu bulan itu sebelum menariknya keluar dari ruang baca. Renjun tidak protes, tapi tidak juga pasrah dengan Jeno yang seenaknya menarik-narik dirinyaㅡdia dengan sedikit tidak rela menuruti kehendak pemuda bermarga Lee itu. Kedua matanya menatap lurus pada Jeno yang mebelakanginya, punggung itu terlihat sangat lebar sangat berbeda dari saat mereka kecil. Dulu, Renjun memiliki tubuh yang lebih besar dari Jeno tapi sekarang ia terlihat sangat mungil disebelahnya.

Ini juga membuat Renjun teringat kenangannya bersama Jaemin dulu. Siapa yang akan percaya jika Renjun mengatakan bahwa dulu Jaemin adalah sosok payah yang bahkan tidak bisa melindungi dirinya sendiri. Tapi sekarang, Na Jaemin lah yang senantiasa berada disisi Renjun untuk melindunginya. Tanpa sadar Renjun tersenyum dalam diam, tapi kebahagian itu tidak bisa sepenuhnya tersembunyi karena tanpa sadar pula bersamaan dengan senyuman itu ia mengenggam tangan Jeno dengan sedikit lebih erat.

"Mengingat masa lalu?" terka Jeno yang terus melangkahkan kakinya.

"Eum." Hanya sebuah gumaman kecil yang menjadi jawaban.

"Itu bagus. Kamu jadi senang," sahut Jeno lalu menoleh kebelakang, sepasang matanya bertemu langsung dengan sepasang mata Renjun, dan memberikan senyuman lembut.

Jeno itu benar-benar sehangat mentari.

"Kamu masih belum bilang ingin membawaku kemana," kata Renjun saat Jeno sudah kembali menghadap kedepan.

"Nanti kamu juga akan tahu." Jeno sama sekali tidak berniat mengatakan tujuan mereka kepada Renjun.

Kedua mata Renjun menyipit, menatap sinis pada Jeno yang sedang bermain permainan rahasia padanya. Orang lain mungkin tidak akan bisa melakukan permainan rahasia pada Renjun karena ia benar-benar sangat hebat dalam menebak atau menganalisis suatu rahasia tapi di dunia ini ada dua orang yang paling tidak mungkin ia kalahkan dalam permainan rahasia, Lee Jeno dan Kim Dongyoung. Renjun tiba-tiba teringat sesuatu, kenangan lama yang tidak terlalu membekas dalam hati dan pikirannya.

"Renjun-ah, apakah kamu percaya ramalan?" Dongyoungㅡaka Doyoungㅡmenatap Renjun dengan senyuman lembut diwajahnya. Ia mengusap pelan puncak kepala Renjun, menatapnya penuh kasih.

"Mommy sering membacakan kartu tarot untukku." Renjun menjawab dengan polos.

Mendengarnya Doyoung tersenyum. "Kamu anak baik Renjun-ah. Beberapa tahun lagi mungkin kamu akan mendapatkan kesulitan tentang jati dirimu, tapi kamu masih akan tetap memiliki kita semua di sisimu."

"ㅡjun, Renjun-ah!"

Renjun tersentak, ia menatap bingung pada Jeno. Mereka sudah berhenti melangkah dan berdiri saling berhadapan. Renjun terlihat linglung, ia hanya mengingat masa lalu tapi terasa seperti baru saja di bawa ke masa lalu. Ataukah itu hanya perasaannya saja, mungkin itu terjadi karena Renjun sudah lama tidak bertemu dengan Doyoung dan merindukannya.

"Kamu tiba-tiba melamun." Jeno berkata dengan nada yang sedikit khawatir.

"Aku..., teringat sesuatu."

"Baiklah." Jeno menghela napas pelan. "Berita bagusnya, kita sampai."

Renjun mengangkat kepalanya untuk menatap kesekeliling, kedua matanya melebar. Tidak percaya bahwa Jeno membawanya kemariㅡtempat penuh kenangan yang telah menjadi salah satu tempat terlarang bagi Renjun. Kedua mata Renjun menatap Jeno cemas, bagaimana bisa Jeno membawanya kemari dengan mudah?

"Kamu sudah gila?" Renjun sontan mengatakan tiga kata itu.

"Tidak cukup gila untuk tidak membawamu sendirian," seseorang menjawab pertanyaan itu.

Renjun berbalik lalu seulas senyuman ia ukir diwajahnya. Rasanya seperti kembali ke masa lalu. "Jaemin."

"Hai," sapa Jaemin ramah pada Renjun sebelum memberikan tatapan sinis pada Jeno yang hanya tersenyum canggung.

"Mengenang masa lalu, yeah," sahut Jeno.

...

peculiarity

...


Jeno tahu bahwa kakak laki-lakinyaㅡMarkㅡmemiliki kesibukan yang berbeda darinya. Hampir setiap akhir pekan, disaat Jeno berkutat dengan buku serta pena maka Mark akan pergi kesuatu tempat dan baru kembali saat petang tiba. Jeno tidak pernah penasaran, karena seperti apa yang dikatakan ayahnya bahwa setiap orang lahir dengan tujuannya masing-masing. Tidak perlu ada rasa penasaran atau iri, dan Jeno tahu bahwa tujuannya saat itu adalah membuktikan bahwa dirinya mampu pergi ke sekolah dengan hasil luar biasa. Hingga suatu hari di akhir pekan Jeno mendapati bahwa Mark belum berangkat dari rumah, yang lebih tua duduk di meja makan dan menatapnya seakan-akan menunggunya.

"Hari ini kamu akan ikut aku," kata Mark kala itu.

"Kemana, hyung?"

"Kamu akan tahu nanti, sarapan dulu," kata Mark yang kembali melanjutkan sarapannya yang masih tersisa.

Hal pertama yang Jeno lihat saat ia sampai di tempat yang menjadi tempat tujuan Mark selama ini adalah sebuah pagar besar yang berhasil menutupi hampir seluruh tampilan rumah kecuali bagian atasnya. Jeno tidak pernah melihat pagar rumah yang begitu tertutup seperti ini. Ibunya narik tali lonceng yang ada dipintu pagar hingga lonceng itu berbunyi sebanyak tiga kali sebelum akhirnya pintu besar itu terbuka. Mereka masuk bersama-sama tapi pada langkah kelima tiba-tiba Mark melompat kedepan Jeno dan mengatakan sesuatu.

"Aku pergi dulu, kamu baik-baik lah sama eomma."

Sebelum Jeno bisa mengatakan sesuatu, Mark sudah pergi menjauh. Jeno mengeratkan pegangan tangannya pada telapak tangan ibunya. Nyonya Lee yang melihat anaknya tampak merasa asing dengan situasi ini memberikan senyuman kecil dan mengusap pelan puncak kepala anak bungsunya tersebut.

"Jeno-ya." Nyonya Lee berjongkok lalu menarik pelan anaknya kesamping hingga membuat mereka saling berhadapan. "Disini, kamu akan bertemu dengan seseorang yang harus kamu lindungi."

Kebingungan hingga dipikiran Jeno. "Seperti appa melindungi eomma?"

Nyonya Lee tersenyum gemas. "Bisa dibilang seperti itu, kamu mungkin juga harus berada di sisinya selamanya."

"Kenapa?"

"Karena dia sudah menjadi jalan takdirmu."

Nyonya Lee kembali membawa Jeno berjalan lebih jauh pada kawasan rumah tersebut dan disana, pada salah satu teras rumah yang ada dibagian utara, Jeno melihat sosok anak laki-laki seusia dirinya yang tengah duduk rapi dengan kuas ditangannyaㅡseperti tengah menulis kaligrafi. Tanpa sadar Jeno menatap anak laki-laki itu terus-menerus seakan-akan anak itu dapat menghilang begitu saja bagai debu tertiup angin. Tiba-tiba, anak laki-laki itu mengangkat kepalanya dan kedua pasang matanya bertemu dengan sepasang mata penuh harapan milik Jeno.

Perlahan seulas senyuman Jeno ukir diwajahnya dan ia sedikit menganggukan kepalanya sebagai bentuk sikap sopan. Mereka tidak bertegur sapa, hanya saling menatap hingga akhirnya pandangan Jeno dari anak itu terputus karena ibunya membawanya ke balik pintuㅡmasuk ke dalam rumah itu. Disana ia bertemu dengan sosok pemuda yang menyambut kedatangan mereka dan tersenyum lembut padanya.

"Ini pasti Lee Jeno, kamu sangat tampan," pemuda itu memuji Jeno dengan tulus. "aku Ten Lee. Ya, kita punya marga yang sama! Mungkinkah kita saudara yang terpisah?" candanya sambil terkekeh pelan.

"Oh! Ten-ssi, aku akan senang menerimamu sebagai anakku," sahut Nyonya Lee penuh sukacita.

Dari sini Jeno pun tahu bahwa Ten adalah orang baik hingga ibunya terlihat begitu senang padanya.

"Annyeonghaseyo," sapa Jeno dengan sopan pada Ten.

"Annyeong! Masuklah, aku harap kamu bisa rukun dengan Renjunie."

ㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

[End of Chapter 23]

ㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

A/N :

Akhirnya masuk sesi flashback pertemuan Renjun dan Jeno ~\(≧▽≦)/~ rencana awalnya mau di habiskan di chapter ini tapi tanpa sadar sudah melewati kapasitas words yang aku tetapkan per chapter jadi aku cut dulu ya.

Oh iya, ada revisi di chapter 18. Aku lupa memberikan penjelasan kalau mimpi Jaemin itu adalah kenangan masa lalunya diaㅡyap, kenangan pertemuan dia sama Renjun. Nanti juga bakal di jelaskan lebih rinci. Beberapa chapter kedepan mungkin bakal fokus flashback biar pas konflik inti udah paham semua (rencananya). That's all, happy holiday all. Ya mudik hati-hati yaa, sedihnya aku gak mudik (。́︿̀。).

Okay, thanks for reading, see ya! ♡

P.s: tolong tagih aku untuk update sabtu depan ya guys. Oh, aku jarang minta ini tapi, vote and comment, pleasee! ♡♡

01/06/2019

xoxo,
ㅡhunshine delight

Continue Reading

You'll Also Like

295K 30.3K 33
warn (bxb, fanfic, badword) harris Caine, seorang pemuda berusia 18 belas tahun yang tanpa sengaja berteleportasi ke sebuah dunia yang tak masuk akal...
518K 5.6K 88
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
53.1K 3.9K 53
"Jika ada yang harus berkorban dalam cinta ini, maka itu cintaku yang bertepuk sebelah tangan" - Dziya Idzes "Sekat-sekat ruang yang tertutup layakn...
1M 86.8K 30
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...