Karma For A Werewolf Prince

By nandaanwarleo07

37.1K 4.2K 586

Post Traumatic Stress Disorder adalah ganguan mental yang dapat terjadi jika seseorang mengalami kejadian tra... More

Ayo Kemari!!
01
03
Pengumuman
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
Kopi...
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25

02

3.6K 339 20
By nandaanwarleo07

POV Licia...


Sekarang ini aku berada di dalam pesawat, aku dan kedua orangtuaku akan tinggal di rumah nenekku. Dulu sekali waktu aku masih kecil aku suka sekali pergi kesana sekedar bermain salju karena di sana musim saljunya selalu indah. Bahkan salju disana dua kali lipat lebih banyak dari pada di Negaraku sendiri, aku kangen dengan nenek dan kakekku serta saudara-saudara sepupuku yang lain.

"Apa kau membutuhkan sesuatu sayang?" tanya ibuku yang berada tepat di sampingku.

Aku hanya menggelengkan kepalaku dan terus melihat kearah luar jendela yang memperlihatkan betapa indahnya kumpulan awan berwarna putih yang dipadukan dengan cerahnya langit biru, aku merasa sangat tenang dan damai saat melihat pemandangan yang begitu indah di luar sana. Dulu sekali aku sering berpikir jika aku bisa menjadi seekor burung, yang selalu terbang dengan bebas diluar sana. Menikmati hidup dan mencoba hal-hal yang baru. Aku sangat suka berada di luar rumah karena aku ingin merasakan manisnya kebebasan melakukan hal-hal yang positif.

Berjumpa dan berteman dengan orang-orang baru yang tidak pernah aku kenal, aku menyukai dunia yang seperti itu. Namun sekarang prinsip itu berubah. Semenjak kejadian yang aku alami, belakangan ini sudah mengubahku menjadi seseorang yang sangat sulit menerima kehadiran orang asing di sekitarku. Aku jadi gampang takut dan sering merasa cemas berlebihan, kata dokter itu adalah salah satu trauma yang bisa hilang jika aku terus berlatih. Hanya saja aku seperti tidak mengenali diriku sendiri, aku yang seperti ini sama sekali tidak pernah aku kenal.

Aku merasa jika hidupku terasa sangat sunyi, tapi aku tidak bisa lagi kembali seperti dulu karena ketika aku ingin kembali merasa menjadi diriku yang dulu kejadian mengerikan itu kembali memenuhi pikiranku dan ketakutan membuat dadaku sesak, tubuhku akan bergerak dengan sangat hebat dan aku akan berteriak. Tiba-tiba seorang pramugari datang membawakan makanan yang di pesan oleh ibuku untukku. Aku melihat kearah es krim coklat yang terlihat sangat menggiurkan di atas meja lipat di depanku, aku menyendok es krim coklat itu dan memasukkannya kedalam mulutku.

Aku bisa merasakan sensasi yang luar biasa, setelah sekian lama tidak memakan makanan manis seperti ini rasanya aku kembali merasakan kehidupan, mungkin aku terlalu berlebihan tetapi ini memang sangat nikmat. Sekitar 2 jam akhirnya kita sampai di bandara, perlahan-lahan para penumpang pesawat turun dengan tertib sesuai aturan begitupun aku dan kedua orangtuaku sambil membawa barang bawaan kami.

Padahal aku ingin membawa koperku sendiri agar tidak membuat ayah dan ibuku lelah tetapi mereka bersikeras ingin membawakannya, mau tidak mau aku mengalah dan sebagai gantinya aku memilih untuk berjalan sendiri dengan syarat aku harus berada di dekat mereka. Setelah sampai di luar bandara, seorang pria yang terlihat hampir sama dengan ayahku itu tersenyum lebar sambil melambaikan tangan kanannya kearah kita.

Aku dan kedua orangtuaku berjalan mendekati pria yang bernama Jons, dia adalah pamanku atau kakak kandung ayahku. Makanya rupa mereka terlihat hampir sama, disampingnya ada seorang gadis yang berusia 5 tahun lebih tua dariku. Gadis itu bernama Amanda, dia adalah anak kedua paman Jons, tanpa berkata apa pun paman Jons langsung memelukku dengan sangat erat dan aku bahkan hampir kehabisan nafas di buatnya, untung saja Amanda berhasil membuat ayahnya melepaskan tubuh kurusku.

"Ayah lepaskan Cia, kasihan dia tidak bisa nafas seperti itu..." seru Amanda sedikit kesal melihat tingkah laku ayahnya itu.

Paman Jons tertawa dengan renyah lalu berjalan menuju kearah ayahku, ia memeluk ayahku dan dibalas olehnya. Setelah acara pelukan itu berakhir, ibuku memutuskan agar paman Jons dan Amanda ikut di mobil ayahku walaupun mereka membawa mobil nampaknya ibuku ingin berbicara lebih lama dengan keponakannya itu.

Saat di dalam mobil suasana begitu meriah karena paman Jons yang suka bercanda dapat mencairkan suasana yang sunyi, paman Jons memang paling jago membuat siapa saja tertawa karena tingkah lakunya itu di tambah sikap Amanda yang tidak berbeda jauh dari ayahnya. Rasanya sungguh nyaman berada di tengah-tengah keluarga seperti ini, hanya saja aku memilih untuk diam sambil menatap kearah luar jendela.

"Kau tidak apa-apa Cia?" pertanyaan dari Amanda membuatku melihat kearah kakak sepupuku itu.

Aku menganggukkan kepalaku pelan sambil mencoba untuk tersenyum, tiba-tiba saja Amanda menyodorkanku sebuah buku ukuran sedang yang sudah di sambung oleh tali berwarna biru. Jadi buku itu bisa dibuat menjadi kalung dan sudah tersedia pulpen di samping buku itu, aku menatap heran kearah buku yang ia sodorkan kepadaku.

"Ini untukmu," seru Amanda dan tidak melakukan apa-apa selain menatap buku di tangan Amanda yang di serahkan kepadaku.

"Amanda!" suara tegas paman Jons membuatku tersadar dari lamunanku.

"Kau ini jangan buat Cia sedih," seru paman Jons yang ingin mengambil buku yang akan di berikan oleh Amanda kepadaku.

Dengan cepat aku mengambil buku itu terlebih dahulu "Cia, kembalikan buku itu sayang. Kau tidak perlu menggunakan benda seperti itu," bujuk paman Jons dan aku menggelengkan kepalaku dengan keras.

Aku membuka buku itu lalu menuliskan sesuatu "Jangan marah... aku suka dengan apa yang di berikan oleh kakak kepadaku," setelah selesai menulis langsung saja kuserahkan kepada paman Jons.

Pria itu membacanya lalu ia menatapku dengan raut wajah hangat sambil membelai rambutku "Baiklah jika kau suka kau bisa menyimpannya, nak..." seru paman Jons dengan lembut, ibuku yang melihat kejadian tadi kembali berkaca-kaca bahkan sekarang ayahku mengalihkan pandangan kedepan sambil berpura-pura fokus menyetir, padahal aku tau jika ayahku sedang menahan air matanya.

"Cia jika kau tidak ingin memakai itu juga tidak apa-apa, maaf jika aku membuatmu tidak nyaman..." suara Amanda terdengar dan kali ini gadis itu menundukkan kepalanya.

Aku menepuk pundakknya seolah-olah dari tepukkanku tadi mewakili kalimat yang tidak bisa aku katakan bahwa aku tidak apa-apa "Jangan merasa seperti itu kakak, malah aku sangat membutuhkan ini." tulisku lalu kukasih lihat kepadanya.

Suasana kembali menjadi gaduh, paman Jons dan ayah menyanyikan lagu-lagu lama yang sering mereka dulu dengarkan. Aku tersenyum saat ibuku memukul pundak ayahku dengan pelan karena ibuku menganggap jika suara ayahku sungguh sangat buruk, Amanda ikut mengomeli ayahnya yang masih saja terus bernyanyi tanpa memperdulikan protes dari anaknya itu.

Setelah memakan waktu satu jam setengah akhirnya kita sampai di salah satu perumahan atau pemukiman desa dan di sanalah nenekku tinggal. Dan sampailah kita di depan sebuah rumah berlantai dua yang terbuat dari kayu, kita semua turun dari mobil lalu masuk kedalam rumah nenek. Amanda berteriak seperti orang kehilangan kewarasannya, nenekku bahkan masih saja di dapur sambil mengikuti acara masak di dalam tv.

"Nenek kenapa tidak cepat keluar, padahal ada Cia dan paman juga bibi. Nenek itu memang kalau sudah masak suka lupa waktu," seru Amanda dengan raut wajah kesal dan kita semua hanya tersenyum geli melihat tingkah kakak sepupuku itu.

Aku melihat kearah sekeliling rumah Nenek, sudah beberapa tahun tidak kesini tetapi tidak ada yang berubah dari rumah Nenek. Aku masih bisa melihat ayunan yang dulu di buatkan oleh Kakekku, dulu aku sering bermain di sana bersama para sepupuku bahkan Amanda pernah jatuh di atas ayunan dan membuat keningnya berdarah. Kejadian itu sangat lama, bahkan aku sudah lama sekali tidak melihat Amanda, terakhir kali aku bertemu dengan Amanda saat usiaku 12 tahun. Tetapi aku senang karena sekarang aku bisa bergabung lagi bersama dengan keluargaku.









POV Varen...



Aku duduk di kamarku sambil memainkan rambut panjang bergelombang seorang gadis yang memiliki aroma persis seperti bunga mawar yang begitu menenangkan hatiku, entah mengapa aku sangat menyukai gadis bertubuh rendah di bawahku ini. Berulang kali aku mencium keningnya dan kita berdua tampak sangat bahagia, perasaan yang begitu bergejolak di dalam diriku membuatku dengan nekat untuk melanjutkan aksiku lebih lanjut.

Perlahan-lahan bibirku mulai turun mencium kedua pipinya yang terasa hangat, aku melihat wajahnya yang sangat cantik di tambah rona merah yang menghiasi kedua pipinya. Kusingkirkan anak-anak rambut yang menutupi keningnya dan mengusap kedua pipi gadisku itu, kembali aku mencium pipinya sekali lagi lalu ciumanku jatuh di atas bibir berwarna merah muda yang terlihat sangat alami itu. Nafasnya memburuh dan bisa kurasakan jika ia mulai kehabisan nafas.

Aku tidak melepaskan ciumanku begitu saja, dengan usil kuberikan sedikit jeda agar ia bisa bernafas lalu kembali aku menciumnya. Bibir gadisku itu terasa sangat manis di tambah tangan kananku tidak bisa diam, perlahan aku mulai mengusap perut ratanya dan semakin lama tanganku semakin naik. Bisa kurasakan jika gadis yang berada di bawahku ini menahan tanganku sambil menutup kedua matanya, aku tersenyum geli melihat wajahnya yang sudah terlihat sangat merah.

"Akhhh..." teriakku dan aku langsung membuka kedua mataku, telinga kananku sangat sakit.

"Bajingan mana yang berani mengganggu tidurku!" bentak ku karena merasa terganggu, padahal aku sudah tertidur dengan damai di tambah aku memimpikan seorang gadis yang tidak aku kenal.

"Dasar anak sialan! Sudah jam berapa ini, hah. Sudah siang seperti ini belum juga siap-siap, apa kau tidak kasihan melihat ibumu bolak-balik kekamarmu hanya untuk membangunkan mu." suara ayahku terdengar dan dengan cepat aku langsung berdiri tepat di depan ayahku sambil memasang wajah polosku.

"Ayah... akukan ngantuk," seruku dengan manja sambil menatap wajah ayahku yang terlihat sangat menyeramkan.

"Masih berani membuat alasan, jika kau bukan anakku sudah kulempar kau kedalam kandang beruang. Cepat bersiap-siap!" ayahku kembali membentakku lalu ia keluar dari dalam kamarku.

Setelah ayahku keluar dari kamarku kembali kurebahkan tubuhku di atas kasur, aku menutup kedua mataku dan berusaha kembali kedalam mimpi yang indah tadi. Sebuah tangan mengusap kepalaku dan tanpa membuka mata lagi aku langsung menarik tangan yang mengusap kepalaku itu, aku mendengar suara ibuku yang sepertinya berada di dekatku tetapi aku tetap memeluk seseorang yang tadi mengusap kepalaku.

"Kau mau mati, hah!" suara ayahku kembali terdengar dan kali ini suara ayahku lebih terdengar seperti suara Black, serigala milik ayahku.

"Varen lepaskan ibu..." aku tersadar saat melihat ibuku berada di dalam pelukanku dan buru-buru kulepaskan ibuku yang sudah terlihat cantik memakai dress berwarna putih gading yang begitu pas di tubuh mungilnya.

"Sayang kau tidak apa-apa kan?" ayahku langsung bergegas memeriksa tubuh ibuku dari bawah sampai atas, aku berpura-pura tuli saat ayahku mengeluarkan kalimat-kalimat romantisnya yang ia lontarkan kepada ibuku.

Pasangan di depanku ini sungguh membuat kedua mataku sakit "Kalian berdua kenapa kesini?" tanyaku dengan nada kesal dan sukses membuat kedua orangtuaku itu melihat kearahku yang dari tadi hanya menjadi penonton.

"Kau sungguh tidak sopan dengan istriku, berani-beraninya kau memeluk istriku sembarangan. Cari mati ya..." wajah ayahku terlihat sangat kesal dan aku hanya bisa menahan rasa geli saat melihat pria tua di depanku itu terlihat seperti ingin memakanku hidup-hidup.

"Ayah. Aku inikan anakmu jangan berpikir yang aneh-aneh," seruku sambil memasang wajah kesalku.

"Anak ini memang, adikmu sebentar lagi akan menikah dan kau masih diam-diam saja di dalam kamar, kau ini sangat keterlaluan." aku hanya diam sambil menundukkan kepalaku saat mendengarkan ocehan ayahku.

"Coba kau lihat kakakmu dan matenya sudah memiliki seorang putra dan adikmu pagi ini akan menikah, kau hanya bermain-main saja diluar sana bersama wanita-wanita itu. Apa kau tidak malu dengan sikapmu itu, kau itu memang..." ucapan ayahku langsung di potong oleh ibuku.

"Sudah sayang, tidak baik marah-marah di hari yang baik ini. Varen ayo nak cepat bersiap-siap, pakai jasmu semua orang sudah menunggu kita." seru ibuku dan aku hanya tersenyum.

"Sayang jangan terlalu memanjakan dia, kalau dia terus seperti ini aku khawatir dia tidak akan bertemu dengan matenya." ucapan ayahku itu membuatku sakit kepala, mengapa aku harus mencari seorang mate jika para wanita di luar sana sudah bersedia menghabiskan waktu mereka bersamaku.

"Ayah, kau tidak usah mengkhawatirkan diriku. Aku akan baik-baik saja tanpa ada mateku..." sautku dengan penuh percaya diri.

"Yah... sekarang kau akan mengatakan itu tapi bagaimana jika kau tua nanti. Dan bagaimana dengan nasib serigala yang berada didalam tubuhmu itu, seorang mate itu adalah belahan jiwa bagi kaum kita. Aku tidak habis pikir dengan sikapmu itu," sindiran ayahku membuatku kesal.

"Terus aku harus bagaimana ayah?" tanyaku kesal.

Pria di depanku itu berjalan kearahku dan berhenti tepat di depanku, ia memegang pundakku "Aku mau kau cepat-cepat mencari matemu yang dapat mengurusmu, agar sikap kekanak-kanakanmu  ini hilang." tantang ayahku.

"Baik, dalam waktu satu minggu akan aku bawakan mateku itu. Dan ayah harus tau jika apa yang ayah khawatirkan tidak akan pernah terjadi kepadaku. Aku adalah Varen putra kedua di kerajaan Werewolf dan tidak ada satu orangpun yang dapat menolak pesonaku," jawabku dengan rasa kesal yang membara.

"Buktikan ucapanmu itu. Sudahlah sayang ayo kita kebawah. Lama-lama disini aku bisa tertular penyakit playboynya," ayahku memang paling bisa membuat moodku rusak, ingin rasanya aku menghajar wajah tampan Alpha itu tetapi itu mustahil. Kekuatan ayahku jauh lebih besar dari kekuatan yang aku punya, rasanya aku mau gila. Aku harus fokus mencari mateku agar tidak di ejek oleh ayah dan kedua saudara kembarku.

"Aku akan menemukanmu..." gumamku dengan pelan, lalu aku pergi menuju kamar mandi untuk bersiap-siap menghadiri pernikahan adik bungsuku itu.














.









.











.









Halllo teman-teman sudah kangen belum😄😊 yang kangen jangan lupa untuk like dan comen, yang belum pada follow ayo di follow. Terima kasih😊😊...

Continue Reading

You'll Also Like

42.2K 3.9K 47
Pemeran utama belum tentu bahagia, karena takdirnya hanya bisa ditentukan oleh Tuhan lewat si penulis Seorang gadis yang menyembunyikan laranya ,teta...
975K 12.8K 25
Sebuah Cincin bermata biru yang merupakan warisan dari Pakde suamiku membuat rumah tanggaku hancur. Mampukah aku lepas dari makhluk penunggu cincin...
2.5M 252K 33
"Seperti halnya sang Putri Tidur dalam cerita dongeng Anak-anak, yang harus mendapat ciuman magis dari sang Pangeran, cinta sejatinya, agar terbangun...
14.6K 1.5K 14
Wu Xie seorang Omega dari keluarga Wu, entah kenapa wolf yang ada dalam tubuhnya belum juga bangkit atau bisa di sebut dengan Late bloomer. Wu Xie ti...