Are You There? | Monsta X Fan...

By porumtal

18.8K 2.5K 1.8K

kesepian adalah temanku, jadi aku tak lagi terganggu dengan hal itu- Im Changkyun kau suka keabadian? aku jus... More

Are You There | Cast
Are You Dare? | Chap.1 (Comeback)
Are You There | Chapter.2 (Meet)
Are You There | Chapter.3 (New Friend)
Are You There | Chapter.4 (Rival)
Are You There | Chapter.5 (Janus)
Are You There | Chapter.6 (Jealousy)
Are You There | Chapter.7 (Little Closer)
Are You There | Chapter.8 (Belive)
Are You There | Chapter.9 (Secret Room)
Are You There | Chapter.10 (Clue)
Are You There | Chapter.11 (Lost Memories)
Are You There | Chapter.12 (Partner)
Are You There | Chapter.13 (Mate)
Are You There | Chapter.14 (Full Moon)
Are You There | Chapter.15 (Random)
Are You There | Chapter.16 (Painful Fact)
Are You There | Chapter.17 (Perhaps)
Are You There | Chapter.19 (Desire)
Are You There | Chapter.20 (Liar)
Are You There | Chapter.21 ( The Code)
Are You There | Chapter.22 (Enemy)
Are You There | Chapter.23 (Shelter)
Are You There | Chapter.24 (Bad Scenario)
Are You There | Chapter.25 (Puzzle)
Are You There | Chapter.26 (A Choice)
Are You There | Chapter.27 (Lonely)
Are You There | Chapter.28 (Finding the road)
Are You There | Chapter.29 (Howler)
Are You There | Chapter.30 (Lee?)
Are You There | Chapter.31 (Blue Or Red)
Are You There | Chapter.32 (Hurt)
Are You There | Chapter.33 (Love)
Are You There | Chapter.34 (War)
Are You There | Chapter.35 (Destiny)
Are You There | Chapter.36 (Is This The End?)
Are You There | Chapter.37 (Ending Credit)

Are You There | Chapter.18 (Healing)

471 75 63
By porumtal

"Mereka akan meminta Hyunsik untuk datang ke kediaman Hyungwon"

"Lalu?"

"Apa aku harus mencari alasan agar tak bertemu dengannya?"

"Kenapa kau harus melakukan itu? Apa kau takut bertemu dengannya?"

"Aku tak takut bertemu dengannya, tapi aku takut identitas asliku akan terungkap karena kedatangannya"

"...."

"Hyung...apa aku benar2 harus bertemu dengannya?"

"..."

"Hyung"

"Jangan menghindar, itu...akan membuatmu semakin terlihat mencurigakan"

"Lalu...apa itu berarti aku harus tetap bertemu dengannya?"

"Tentu saja"

"Tapi hyung..."

"Dia takkan buka suara adikku sayang"

"Bagaimana kalau dia buka suara?"

"Maka buatlah penawaran dengannya"

"Penawaran?"

"Hmm, buat penawaran yang menguntungkan baginya. Karena...Hyunsik yang kukenal sangat suka melakukan penawaran"

"Lalu...penawaran apa yang bisa kuberikan padanya hyung"

"Kau akan tahu, setelah bertemu dengannya"

-
-
-


"Kkung" Jooheon memanggil nama Changkyun dengan suara lirih, berharap pria mungil yang kini tengah memandang keluar jendela bus yang mereka tumpangi menoleh padanya.

Sudah sejak mereka menaiki bus, sosok Changkyun terus termenung tanpa mengatakan apapun pada Jooheon. Entah apa yang sedang Changkyun pikirkan, Jooheon sendiri tidak tahu. Yang jelas, apapun itu pastilah bukan sesuatu yang baik.

"Kkung" Tak mendapat respon dari Changkyun, kali ini Jooheon sengaja menyentuh bahu sang sahabat pelan.

"Eoh, eh...ada apa?"Dengan raut wajah yang terlihat kaget, Changkyun mengarahkan tubuhnya menghadap Jooheon.

"Apa yang kau pikirkan?" Tanya Jooheon

Kepala Changkyun menggeleng pelan sambil menarik sebuah kurva manis yang menghiasi wajah imutnya.

"Tidak ada" Elaknya

"Bohong" Tukas Jooheon tak percaya.

Changkyun terkekeh pelan mendengar ucapan Jooheon, bukan untuk menertawakan lelaki itu melainkan menertawakan dirinya sendiri.

Ia –Changkyun- merasa bodoh karena tak bisa mengendalikan ekspresi di wajahnya, sehingga Jooheon dengan mudah mendapati kebohongan yang coba ia rangkai.

"Apa masalah itu terlalu menganggu pikiranmu?" Tanya Jooheon membuat tawa pelan yang Changkyun urai seketika terhenti.

Mata srigalanya menatap bingung pada Jooheon karena tak begitu paham dengan maksud ucapan sang sahabat.

"Kenyataan tentang pengkhianatan ommamu dan fakta kalau appamu yang membunuhnya, apa itu sangat menganggu pikiranmu?" Paham kalimat yang dilontarkannya membingungkan Changkyun, Jooheon coba menjelaskan maksud ucapannya.

"Menurutmu?" Balas Changkyun dengan wajah datar.

"Humm, aku tidak tahu. Soalnya aku tidak berada dalam posisimu"

"Kalau itu terjadi padamu? kira2 apa yang akan kau rasakan?" Changkyun kembali bertanya masih dengan ekspresi yang sama.

Jooheon diam sejenak sambil memikirkan dirinya yang berada di posisi Changkyun. Pria Lee itu coba membayangkan bagaimana perasaan yang Changkyun rasakan saat ini.

"Itu bahkan terlalu menyesakkan untuk dibayangkan" Jooheon akhirnya berujar setelah membiarkan hening beberapa saat.

Sebuah kurva manis melengkung di wajah Changkyun yang justru membuat dahi Jooheon dihiasi kerut2 halus bertanda heran.

"Kenapa tersenyum?" Tanya Jooheon bingung.

"Lalu aku harus apa? Apa aku harus menangis?" Balas Changkyun.

"Kalau memang itu perlu, ya lakukan saja"

Changkyun terkekeh pelan kini sambil menggelengkan kepalanya.

"Menangis takkan mengubah apapun Lee Jooheon. Semua fakta menyakitkan itu, takkan berubah hanya karena aku mengeluarkan air mataku" Papar Changkyun.

"Walau itu tidak merubah apapun, tapi...itu tetap bisa mengurangi sesak di dalam sini bukan"Tangan Jooheon terhulur guna menyentuh dada Changkyun.

"Rasa sesak itu akan sedikit berkurang kalau kau meluapkannya dengan cara menangis" Tambahnya lagi kemudian.

"Tidakkah aku terlihat seperti seorang yang lemah jika melakukannya?"

"Siapa yang bilang perkataan konyol seperti itu?" Dengan dahi yang berkerut Jooheon balas bertanya pada Changkyun.

"Tidak ada...itu hanya pemikiranku sendiri saja"Changkyun membuang pandangannya dari Jooheon setelah mengucapkan kalimat itu.

"Jika kau berlari dari masalah yang kau hadapi..itu baru disebut lemah" Suara Jooheon kembali memaksa Changkyun menoleh.

Mata srigalanya memandang Jooheon yang tengah menatapnya serius. Dua manik hitam milik Jooheon menatap dirinya tajam, namun entah kenapa Changkyun justru merasa tenang saat mendapati tatapan itu.

"Menangis itu tak membuatmu kelihatan lemah, justru...jika kau berlari dari masalahmu dan coba sok kuat dengan menahan semuanya, itulah yang disebut lemah" Lagi Jooheon berujar.

"Hal yang wajar bukan merasa sakit dan terluka, karena itu...menangis saja kalau memang kau sudah tak sanggup menahan semuanya di dalam dadamu"

"Tapi aku sudah sering merasakan ini Jooheon-a, maksudku....luka adalah sahabatku jadi tak ada alasan bagiku untuk menangis hanya karena merasakan hal itu lagi" Masih enggan meluapkan rasa sedih di hatinya, Changkyun terus mengurai alasan yang terdengar tak masuk akal di telinga seorang Lee Jooheon.

"Kau tahu?" Tanya Jooheon tiba2.

Changkyun hanya menggeleng pelan merespon pertanyaan dari Jooheon barusan.

"Seorang chef sering terkena irisan pisau saat sedang membuat makanan kreasinya" Kalimat yang baru saja Jooheon lontarkan membuat Changkyun menaikkan sebelah alisnya bingung.

"Lalu apa hubungannya hal itu denganku?" Changkyun bertanya guna mengutarakan rasa heran atas ucapan Jooheon yang terdengar tak ada hubungannya sama sekali dengan masalah yang dia hadapi.

"Meski seorang chef sudah berkali2 terkena irisan pisau di tangannya, ia tetap merasakan sakit saat benda tajam itu mengenai tangannya Im Changkyun" Jelas Jooheon

"Tak ada kata terbiasa, dia akan tetap merasakan perih dari luka itu walau...ia bisa menahan hal tersebut lebih baik dari saat pertama kali dia merasakan luka"

"Kau juga begitu, aku rasa kau tetap merasakan sakit di hatimu saat satu per satu luka baru muncul. Tapi...kau mencoba menahan semua seorang diri, karena....tak ingin ada orang lain ikut merasakan luka yang kau rasakan"

"Kau hanya merasa tak pantas menerima pertolongan dari orang lain karena merasa lukamu sama sekali tak ada kaitannya dengan mereka"

Jooheon menarik nafas sesaat menjeda perkataannya.

"Tapi...nyatanya orang2 yang melihatmu memendam lukamu, lebih dari siap mengulurkan tangannya untuk menyambut tubuh ringkihmu Kkung"Entah kenapa sesak di dada Changkyun semakin terasa setelah mendengar ucapan dari Jooheon.

Ia sama sekali tak menyangka pria Lee yang dikenalnya dengan sikap acuh bisa mengucapkan kalimat yang sedemikian menyentuh kepadanya.

"Tuhan menciptakan air mata kan memang agar kita bisa meluap kesedihan kita. Jadi kenapa kau harus menahan sedihmu. Luapkan saja Kkung, luapkan segala beban yang kau simpan di hatimu"

"Dan jika ada yang menyebutmu lemah hanya karena kau menangis...maka katakan siapa orang itu padaku, karena aku akan mengurusnya untukmu" Tambah Jooheon lagi mengakhiri kata2 nasehatnya.

Kalimat terakhir yang dilontarkan Jooheon berhasil menghancurkan benteng pertahanan Changkyun. Satu tetes air mata pun luruh dari netra srigala pria bermarga Im tersebut.

Jooheon yang melihat hal itu segera membuka topi yang dia kenakan, lalu memakaikannya pada Changkyun agar tak ada yang bisa melihat tangisnya.Tangannya terhulur guna mengusap pelan punggung Changkyun yang terlihat bergetar karena tangis yang pemuda manis itu urai.

"Nah...begitu, luapkan saja" Bisik Jooheon pelan yang masih bisa ditangkap telinga srigala Changkyun.

*

Kihyun memasuki kamar Hyungwon dengan membawakan obat yang biasa pria tinggi itu konsumsi. Dahi pria vampire itu pun mengkerut mendapati bukan sosok Wonho yang membawa obat2 itu kepadanya pagi ini.

"Mana Wonho hyung?" Tanya Hyungwon saat Kihyun meraih pergelangan tangannya untuk menyuntikkan serum.

"Pergi" Jawab Kihyun singkat, bahkan tanpa berniat memandang Hyungwon.

"Kemana?" Tanya Hyungwon lagi.

"Tidak tahu" Masih dengan cara yang sama Kihyun membalas.

"Tidak bilang dia mau kemana?" Kali ini Kihyun hanya menggeleng pelan guna menjawab pertanyaan yang Hyungwon lontarkan.

Wajah Hyungwon semakin heran mendapati sikap Kihyun, tangannya yang bebas pun langsung meraih dagu Kihyun dan mengarahkan padanya.

"Kau kenapa?" Tanya Hyungwon menyuarakan rasa herannya.

Kihyun yang sudah selesai menyuntikkan serum di tangan Hyungwon segera menjauhkan wajahnya dari sang sahabat.

"Tidak apa2...ini obatmu" Jawabnya lantas menyerahkan 2 butir obat pada Hyungwon.

Cepat Hyungwon menelan obat tersebut kemudian menahan tubuh Kihyun yang akan beranjak pergi meninggalkannya.

"Kau marah padaku?" Tanya Hyungwon saat Kihyun mengarahkan tatapan bingung padanya.

"Marah?" Untuk apa?" Alih2 menjawab, si pemuda Yoo justru balas bertanya pada Hyungwon.

"Entahlah...mungkin karena aku menuduh teman baikmu" Sarkas Hyungwon.

"Aku tak perlu marah karena hal itu" Balas Kihyun mencoba menarik tangannya dari Hyungwon namun tak berhasil.

Hyungwon masih bersikeras menahan Kihyun karena memang lelaki Chae itu tak puas dengan jawaban yang sang sahabat berikan.

"Benarkah? Lalu kenapa kau bersikap seperti ini padaku?" Tanya Hyungwon sinis

"Bersikap seperti apa?" Balas Kihyun tak mengerti.

"Kau bersikap dingin Yoo Kihyun, kau...seolah sedang menghakimiku dengan sikap yang kau tunjukan"

Dahi Kihyun berkerut bersama dengan manik almondnya yang ia arahkan pada Hyungwon.

"Itu hanya perasaanmu saja, aku...sama sekali tak seperti itu" Sanggah Kihyun.

"Benarkah?" Hyungwon tersenyum miring.

"Iya, benar...sekarang lepaskan aku. Aku mau buat sarapan untuk Minhyuk" Kihyun kembali berusaha melepaskan tangannya dari Hyungwon.

"Chae..." Rengek Kihyun karena merasa genggaman tangan Hyungwon di lengannya semakin erat bukannya melonggar.

"Apa hanya dia yang terpenting bagimu?" Tanya Hyungwon dengan suara yang terdengar syarat kecewa.

Kihyun terdiam sambil memandang lurus sosok Hyungwon yang menatap tajam dirinya. Ada sorot luka disana, di manik kembar milik pria vampire itu. Dan Kihyun tentu saja bisa mendapati hal itu.

"Kenapa aku merasa hanya dia yang jadi prioritasmu?" Tambah Hyungwon lagi yang hanya disambut bungkam oleh Kihyun.

"Bukankah kau lebih dulu bertemu dengan kami Yoo Kihyun? Bahkan...kamilah orang2 yang menyelamatkan hidupmu. Lantas kenapa aku merasa kau selalu berpihak pada seorang Lee Minhyuk dan lebih sering mengabaikan kami?" Tukas Hyungwon meluapkan rasa kecewanya.

"Aku tak pernah melakukan apa yang kau tuduhkan padaku barusan. Kau saja mungkin yang menyimpulkan semua itu dalam pikiranmu sendiri" Balas Kihyun tak mau kalah.

Hyungwon menarik senyum lebar di wajahnya yang justru membuat Kihyun bergidik saat melihat ukiran senyum tersebut.

"Kau melakukannya Kyeon-a...kau melakukannya. Sikapmu padanya dan caramu berinteraksi dengan Lee Minhyuk, sudah sangat menjelaskan kalau kau...lebih suka berteman dengan dia daripada kami. Padahal kamilah orang2 yang berjasa menolongmu, tapi kau..." Hyungwon menunjuk kearah Kihyun.

"Selalu saja lebih memilih memihak pada Minhyuk daripada orang2 yang menyelamatkan nyawamu"

"Lagi" Lirihnya bernada kecewa "Kenapa kau terus mengungkit apa yang sudah kau lakukan padaku tiap kali kita berdebat?" Masih dengan nada yang sama, Kihyun menambahkan.

"Apa aku pernah memintamu melakukannya? Menolongku dan merawatku hingga aku tumbuh dengan baik seperti ini, apa aku pernah memintamu melakukan itu?"

"Jawabannya tidak Chae Hyungwon, aku tak pernah meminta kau dan kedua hyung menyelamatkan hidupku"

"Kalian melakukan atas kehendak kalian sendiri dan setelah aku tumbuh dengan baik seperti sekarang, kau selalu mengungkit hal yang sama padaku"

Hyungwon bungkam mendengar rentetan kalimat kekecewaan yang Kihyun lontarkan. Sedangkan Kihyun terlihat menatap lurus Hyungwon seolah ingin meghakimi pria tinggi tersebut dengan tatapannya.

"Seharusnya kau mengatakan terimakasih atas semua yang kami lakukan padamu bukan?" Mencoba membalikkan situasi yang sedikit tak menguntungkan baginya, Hyungwon berujar sarkas pada Kihyun.

"Aku sudah sering melakukannya Chae Hyungwon, seharusnya kau tahu itu" Balas Kihyun tak kalah sarkas.

Tawa remeh Hyungwon lontarkan setelah mendengar jawaban cepat dari Kihyun.

"Kau benar2 berubah Yoo Kihyun. Entah kenapa aku merasa kau bukanlah Kihyun yang pernah aku selamatkan dulu"

"Tentu saja aku berubah dan kurasa semua hal di dunia juga akan berubah seiring berjalannya waktu Chae" Lagi Kihyun membalas ucapan Hyungwon barusan.

"Tak ada yang benar2 abadi di dunia ini, jadi semua hal cepat atau lambat pasti akan berubah"

Tangan Hyungwon yang mengenggam lengan Kihyun mengendur dan terlepas begitu saja tepat setelah Kihyun mengakhiri kalimatnya.

"Dan kurasa kau juga bisa merubah dirimu sendiri Chae, setidaknya...rubahlah cara pandanganmu pada teman2 dekatmu dengan lebih mempercayai mereka"
Kihyun kembali menambahkan saat melihat raut wajah Hyungwon.

"Kau tahu apa yang membuatku sulit memberikan kepercayaanku pada orang lain Ki, kau bahkan sangat tahu alasannya" Hyungwon coba membela diri.

"Jadi kau mau memakai alasan itu untuk terus menerus curiga pada temanmu sendiri?"

"Aku tak bermaksud mencurigai siapapun, tapi kenyataan yang kita dapatkan membuatku tak bisa untuk tidak melakukannya"

"Kenyataan apa memangnya yang kita dapati?" Kihyun membulatkan matanya kearah Hyungwon membuat pria yang lebih tinggi langsung terbungkam

"Bukan kenyataan namanya Chae bila tak disertai bukti, itu tuduhan namanya"

"Tuduhan?" Ulang Hyungwon dengan raut wajah tak terima.

"Iya, tuduhan. Kau...menuduh Minhyuk saat kau tak memiliki bukti kuat atas tuduhanmu"

"Hey, Yoo Kihyun. Bukankah kau dan Changkyun yang membawa kebenaran tentang pria bernama Lee Minhyuk itu?"

"Aku dan Changkyun hanya mengatakan kalau pria berinisial LM itu adalah Lee Minhyuk. Tapi diantara kami tak ada yang mengatakan kalau sosok itu adalah Minhyuk"

Hyungwon tak bisa mengelak dengan apa yang Kihyun lontarkan padanya, sebab sejak awal memang pria jangkung itu yang paling curiga pada sosok Minhyuk sang sahabat.

"Pikirkan lagi semuanya dengan kepala dingin Wonnie-ya, jangan hanya membiarkan keegoisanmu yang bekerja tapi biarkan perasaanmu juga ikut" Lagi Kihyun menambahkan, lantas berlalu meninggalkan Hyungwon yang tercenung memikirkan tiap kata yang Kihyun lontarkan padanya.

*

Changkyun tak tahu kalau bergantung pada orang lain itu membuat hatinya menjadi nyaman. Selama ini dia berpikir kalau menjadi mandiri itu akan lebih baik, jadi remaja itu tak pernah mengeluh tentang beban di hatinya pada siapapun. Bahkan Yasuo, sang paman saja tak pernah Changkyun libatkan dalam masalah2 yang dia hadapi.

Tapi kini, seorang Lee Jooheon mengubah pola berpikir Changkyun. Pemuda yang dikenal acuh dan sempat dia sangka seorang yang lemah justru membuka matanya lebar. Jooheon mengajarkan Changkyun bagaimana bergantung pada orang lain tanpa membuat dirinya sendiri menjadi sosok yang manja. Pria berlesung pipi bermarga Lee itu juga mengajarkan Changkyun bagaimana membagi lukanya pada orang2 yang perduli padanya.

"Sekarang aku tahu" Ujar Changkyun pada Jooheon.

Saat ini keduanya tengah berada di atap sekolah, menikmati es krim sambil menatap awan yang berarak di atas mereka.

"Tentang apa?" Balas Jooheon sambil memandang lurus kearah Changkyun.

Changkyun menyeka ujung bibirnya yang belepotan es krim, lalu kembali melahap makanan manis tersebut.

"Aku tahu kenapa Sangah bisa jatuh cinta padamu"

"Uhuk...uhuk" Jooheon tersedak es krim yang baru saja akan dia telan.

"ke...huk...napa kau jadi bawa2 dia?" Sedikit kesulitan Jooheon bertanya pada Changkyun.

Changkyun mengusap punggung Jooheon pelan untuk membantu menghilangkan rasa tersedak pria besar itu.

"Aku hanya tiba2 berpikir tentang Sangah, makannya membahas gadis itu" Jawab Changkyun bahkan tanpa rasa bersalah sedikitpun.

"Buat apa kau memikirkan kekasih orang lain?" Tanya Jooheon lagi.

"Tunangan maksudmu?" Ralat Changkyun.

"mereka belum bertunangan!"Dengan tidak santainya Jooheon balas meralat kata2 Changkyun membuat pria yang –sebenarnya- lebih muda darinya itu sedikit kaget.

"Kenapa kau jadi marah?" Tanya Changkyun bingung.

"Aku tidak marah" Balas Jooheon.

"Iya, kau marah Lee Jooheon"

"Tidak...aku tidak"

"Mau berkelit heh?"Jooheon menghembuskan nafas kuat sambil membuang pandangannya ke arah lain.

Rencananya ia mau pasang aksi merajuk, namun hal itu justru urung dilakukannya ketika Changkyun kembali berujar padanya."Aku mendengar semua ceritamu dari Minwoo"

"Saat mendengar semua dari Minwoo,aku merasa kau sangat menyedihkan" Tambah Changkyun lagi.

"Kenapa...kau bisa berpikir seperti itu?" Pertanyaan itu meluncur begitu saja dari bibir Jooheon, bahkan tanpa ia inginkan.

Changkyun tak langsung menjawab melainkan kembali menikmati es krim miliknya yang sudah sedikit mencair.

"Bagaimana aku tak berpikir seperti itu, disaat Minwoo mengatakan bagaimana kacaunya dirimu setelah berpisah dengan Sangah" Papar Changkyun kemudian.

"Kau...bahkan kehilangan predikat siswa kebanggaan karena kehilangan Sangah, tidakkah itu terdengar begitu menyedihkan?"Jooheon tersenyum hambar mendengar apa yang Changkyun lontarkan padanya.

"Aku terlalu bodoh saat itu" Gumam Jooheon yang dia tujukan untuk dirinya sendiri.

"waktu itu pikiranku terlalu sempit, jadi...kukira dengan menghancurkan diri sendiri akan membuatku merasa lebih baik" "Lalu apa yang membuatmu sadar dengan sikap tololmu itu?"

Mata Jooheon memicing saat merasa Changkyun sengaja menekan kata tolol untuk mengejeknya.

"Bukan apa, tapi siapa" Ralat Jooheon dengan wajah yang nampak cemberut.

"Ok..siapa orang yang mengubahmu?"

"Minhyuk hyung" Jawab Jooheon.

"Minhyuk hyung?" Ulang Changkyun tak percaya.

Bukan maksud Changkyun sebenarnya bereaksi seperti itu, hanya saja melihat bagaimana sikap yang Minhyuk tunjukan selama ini membuat pria Im itu enggan untuk percaya ucapan Jooheon barusan.

"Ya! Jangan meremehkan Minhyuk hyung hanya karena dia sering terlihat tak serius" Seolah mampu membaca pikiran Changkyun, Jooheon berujar untuk membela Minhyuk.

"Walau dia suka bercanda dan tak pernah terlihat serius, Minhyuk hyung itu orang yang mengerti keadaan dengan baik hanya dengan melihat sekitarnya. Dia peka dengan keadaan sekelilingnya, karena itu...aku senang berlama2 dengan Minhyuk hyung"

"Kau juga senang mengumpatinya bukan?" Tambah Changkyun

"ya itu juga" Jooheon terkekeh pelan memabalas ucapan Changkyun.

"Lalu bagaimana dia melakukannya?" Tanya Changkyun yang sudah terlanjur penasaran dengan cerita Jooheon mengenai Minhyuk.

Jooheon mengarahkan matanya lurus sambil mengulang memori pertemuannya dengan Minhyuk.

"Minhyuk hyung mengatai aku idiot akut, lalu dia mengumpatku dengan berbagai macam koleksi umpatannya" Tukas Jooheon sambil terkekeh.

"Ne?"

Mendengar nada kaget yang Changkyun lontarkan, Jooheon kembali mengarahkan pandangannya pada sang sahabat.

"Kenapa? Apa kau mengira dia akan menasehatiku dengan kalimat2 yang lembut?" Tanya Jooheon kemudian.

Changkyun hanya mengangguk pelan menjawab pertanyaan itu.

"Eeeeiy, percayalah. Kalau Minhyuk hyung melakukan itu, aku takkan pernah merubah keputusanku untuk menghancurkan diriku sendiri" Jooheon kembali terkekeh diakhir kalimatnya.

"Aku pribadi yang keras Changkyun-a dan sepertinya Minhyuk hyung langsung menyadari hal itu saat pertama kali kami bertemu. Minhyuk hyung tahu, akan sia2 menasehatiku dengan bahasa2 halus. Jadi...dia memakiku dengan kasar bahkan mengumpatku semaunya" Urai Jooheon kemudian.

"Lalu apa yang kau lakukan padanya?" Changkyun semakin tertarik dengan cerita Jooheon.

"Aku balas mengumpatinya dan bahkan hampir memukul wajahnya"Mata Changkyun membulat mendengar ucapan Jooheon.

"Tapi untung dia menunjukan lembaran uang padaku, jadi...aku mengurungkan niatku memukulnya" Jooheon kembali melanjutkan ceritanya

"Menunjukan lembaran uang?" Changkyun sedikit tak paham.

"Minhyuk hyung memintaku bergabung di kelompoknya dan menjadi hacker untuk mereka. Dia menunjukan uang yang banyak padaku sehingga aku tak bisa menolak pekerjaan yang ia tawarkan" Jelas Jooheon.

"Lalu bagaimana dengan Hyungwon hyung? Apa dia menerimamu dengan baik"

Jooheon mengembangkan seulas senyum sombong di wajahnya.

"Tentu, Hyungwon hyung menerimaku dengan sangat baik. Bahkan berbanding terbalik dengan apa yang dia lakukan padamu"

"Begitukah" Changkyun berujar dengan raut santai bahkan jauh dari kesan cemburu sama sekali.

"Kau...tak marah?" Tanya Jooheon.

"Marah? Kenapa harus marah?"

"Ya karena Hyungwon hyung itu lebih ramah meyambutku"

"Itu hal sepele, jadi kenapa harus marah dengan hal itu" Sambil kembali menikmati es krimnya, Changkyun kembali berujar.

Jooheon mencebik mendengar kalimat Changkyun, lagi2 dia harus merasa kalah berdebat dengan pria srigala itu.

Drrt...drrt...drrrt

Ponsel Changkyun bergetar membuat remaja itu sedikit berjengit kaget. Buru2 tangannya mengeluarkan benda persegi itu dari dalam saku celana dan mendapati nomor Minwoo tertera disana.

"Hmm, Minwoo" Jawab Changkyun mengangkat panggilan dari teman sekelasnya itu.

"Kau dimana?" Tanya Minwoo dari seberang

"Aku ada di atap, ada apa?"

"Seo sonsaeng mencarimu"

"Seo Sonseang?" Changkyun mengarahkan pandangannya pada Jooheon sesaat

"Kenapa Se sonsaeng mencariku?" Tanyanya kemudian pada Minwoo.

"Aku tidak tahu, saem hanya memintaku mencarimu dan mengatakan kalau kau harus menemuinya di ruang guru"

"Begitu ya?" Minwoo bergumam di seberang.

"Baiklah...aku akan segera ke ruang guru" Tambah Changkyun kemudian.

Kembali Minwoo bergumam dari seberang, sebelum teman sekelas Changkyun itu memutuskan panggilannya.

"Seo sonsaeng memanggilmu?" Tanya Jooheon yang melihat Changkyun bangkit dari duduknya.

"Hmm" Jawab Changkyun

"Ada apa?" Tanya Jooheon lagi.

"Tidak tahu"

"Apa kau mau aku menemanimu?"

"Tidak usah, kau langsung ke kelas saja"Jooheon mengangguk pelan

"Baiklah kalau begitu"Pria Lee itu bangkit lantas sama2 berlalu bersama dengan sang sahabat meninggalkan atap sekolah tempat mereka berbagi cerita.

*

Changkyun berjalan dengan langkah pelan kembali ke kelas, bahkan tatapan mata bocah srigala itu terlihat begitu kosong. Pembicaraannya dengan Seo Sangwoo guru sekaligus wali kelasnya, meninggalkan sedikit beban berat di hati pria manis tersebut.

"Sungjae mengadu padaku, katanya beberapa hari ini kau dekat dengan Jooheon" Sangwoo berujar tenang, bahkan dengan seulas senyum di wajah manisnya.

"Ne, matsemnida" Changkyun membenarkan.

Kepala Sangwoo mengangguk mendengar jawaban dari Changkyun

"Jauhi dia Im Changkyun!"

"Ne?"

"Jauhi Lee Jooheon" Ulang Sangwoo meski dia tahu kalau sebenarnya Changkyun mendengar dengan jelas kalimat yang pertama kali pria itu lontarkan.

"Kenapa?" Changkyun bertanya dengan raut wajah tak mengerti.

"Sungjae memintaku agar mengatakan itu padamu" Masih dengan nada tenang yang sama, Sangwoo menjawab pertanyaan Changkyun barusan.

"Dia tak suka ada yang bergaul dengan Jooheon, jadi...memintaku agar mengatakan hal ini padamu" Tambah Sangwoo lagi.

Beberapa saat Changkyun diam buat mencerna apa yang baru saja wali kelasnya itu sampaikan padanya.

"Dan saem benar2 melakukan itu? Maksudku...menuruti permintaan aneh Sungjae itu?"Sangwoo tersenyum lebar lantas menganggukkan kepalanya tanpa beban.

"Saem, tidakkah itu keterlaluan. Maksudku...anda memintaku menjauhi Jooheon, hanya karena Sungjae menyuruh anda mengatakan ini kepadaku"

"Itu kertelaluan jika kau melihat dari sudut pandangmu, tapi saat kau melihat dari sudut pandangku semua akan terlihat jauh berbeda." Balas Sangwoo.

Changkyun mengernyitkan dahinya, remaja Im itu benar2 tak paham dengan maksud ucapan Sangwoo.

"Aku hanya seorang guru di sekolah ini Im Changkyun dan Sungjae....adalah putra ketua Yayasan. Apa kau kira aku bisa membantah permintaannya disaat aku mengais penghasilanku dengan menjadi bawahan ayahnya?"Kalimat jujur Sangwoo membungkam Changkyun, bahkan remaja 19 tahun itu hanya bisa diam sambil menatap lurus sang guru.

"Bagaimana? Kau mau melakukannya bukan?"

"Apa itu menjadi masalah jika aku menolak melakukannya?" Changkyun balas bertanya.

Lagi Sangwoo menarik senyum di wajahnya sambil menggeleng pelan.

"Itu takkan menjadi masalah untukmu" Tukasnya begitu tenang

"Tapi aku tak tahu untuk Jooheon" Tambahnya kemudian.

"Maksud anda?"

"Sungjae itu adalah anak yang egois, dia akan melakukan apapun agar keinginannya tercapai. Jadi...kukira dia takkan diam saja kalau melihatmu masih bergaul begitu dekat dengan Jooheon"

"Dia akan melukaiku begitu?"

"Bukan kau...tapi Jooheon. Mungkin dia akan melakukan banyak hal yang akan melukai Jooheon"Changkyun kembali diam, rasa cemas kini mulai merayap di perasaannya.

"Hanya pikirkan yang terbaik untukmu dan Jooheon, setelah itu...kau bisa memutuskan apa yang akan kau lakukan"

Helaan nafas Changkyun mengakhiri ingatan percakapan antara dirinya dan Sangwoo. Kini srigala muda itu pun sudah terlihat menyandarkan tubuhnya di dinding sambil termenung.

"Aku menunggumu di kelas, ternyata kau disini" Suara Jooheon menyentak Changkyun.

Buru2 Changkyun menegakkan tubuhnya, lantas menarik seulas senyum kepada Jooheon.

"Kenapa kau disini? Apa...terjadi sesuatu?" Tebak Jooheon melihat ekspresi di wajah Changkyun.

"Hmm, terjadi sesuatu" Aku Changkyun sambil menganggukan kepalanya.

"Apa yang terjadi? Mau berbagi?" Kali ini Changkyun tak langsung menjawab, pria Im itu hanya diam sambil menatap lekat kearah Jooheon.

"Nanti saja aku ceritakan, sebaiknya sekarang kita ke kelas saja" Ajak Changkyun.

"Aish...kau ini" Jooheon melayangkan protesnya, namun tetap melangkah bersama dengan Changkyun.

*

Donghyun melemparkan amplop cokelat ke atas meja sesaat setelah Youngmin mendudukan tubuh di hadapannya.

Kakak kembar Kwangmin itu pun mengernyitkan dahi bingung, meski tangannya tetap meraih amplop cokelat yang baru saja Donghyun lempar padanya.

Mata Youngmin membaca barisan tulisan di kertas yang ada di dalam amplop tersebut. Hingga kedua maniknya membulat melihat sebuah nama yang sangat dikenalnya juga ada di sana.

"Pria ini..." Youngmin tak melanjutkan kata2nya.

Mata pria Jo itu memandang Donghyun yang sudah memandangnya dengan tatapan yang sukar diartikan.

"Bagaimana bisa? Kupikir dia..."

"Aku malah sudah menduga hal ini akan terjadi" memutus ucapan Youngmin, Donghyun berujar sambil tersenyum sinis.

"Mereka seperti pengganti keluarga Chae, yang berusaha menjatuhkan apa yang sudah kubangun" Lagi Donghyun berujar dengan nada yang terdengar marah.

Youngmin hanya terdiam melihat emosi yang Donghyun tunjukan, sembari kembali mengecek nama2 yang tertera di kertas yang ia pegang.

"Lalu...apa yang harus kuperbuat pada nama2 ini tuan?" Tanya Youngmin kemudian.

"Habisi mereka, tapi...sisakan si busuk itu" Perintah Donghyun.

"Baik,aku akan melaksanakannya" Youngmin mengangguk lantas kembali memasukan kertas tersebut dalam amplop.

Setelahnya pria tinggi itu pun berdiri dan berlalu meninggalkan ruang kerja milik Donghyun.

To Be Continue....

Next Chapter

"Pendosa itu tak benar2 berada di pihak kalian, jadi...sebaiknya kau tetap harus waspada"

...

"Takkan kubiarkan kau hidup manusia berengsek"

*

Langsa, 27 April 2019
3724 word

*

Holla, eon Porumtal back lagi...😄
1 minggu lagi mau puasa nih, mau minal minta maaf sekarang boleh kali ya...😊

Mohon maaf lahir batin nih, buat rader2nim tercinta. Kalau2 ada kata2 dan tulisan eon yang bikin kalian tersinggung atau sakit hati.

Menjelang puasa hati kan harus bersih, jadi eon mohon maaf yang sebesar2nya ya untuk readernim semua.

Okelah...itu aja buat part kali ini
Makasih buat dukungan dan atensinya ya. Eon pamit dulu readernim, sampai jumpa di part selanjutnya

Porumtal

Continue Reading

You'll Also Like

113K 13.4K 19
"YEE CABE SINI BANTUIN PEGANGIN KAKINYA HANSOL JANGAN DIEM AJE!" "SYALAN KALIAN SEMUA!" "TANGAN GUE NYELIP DI BO*L YUTA ANJIRR!" #22 in Humor [...
14.7K 1.4K 46
ᴏɴ ɢᴏ↻ ꜰᴛ. ooʟɪɴᴇʀ ㅡkalian waktu lockdown ngapain aja? ᶜᵒᵛᵉʳ ᵉᵈⁱᵗ ᵇʸ ⁿᵃⁿᵃˣˣ⁰¹
919K 55.7K 35
Delissa Lois adalah seorang gadis cantik yang terkenal barbar, suka mencari perhatian para abang kelas, centil, dan orangnya kepo. tapi meskipun begi...
2.9K 279 10
Baca aja baru komen. Tapi komenya jangan pedes - pedes ya maaf kalo kaga nyambung SILENT READER JANGAN BACA MENDING! Eh maksudnya mending jangan baca...