faster than a wedding

By andirananda

1.9M 61.5K 1.4K

Nalani Lituhayu, gadis yang baru saja memasuki masa SMA-nya harus kehilangan mimpinya karena hamil di luar ni... More

chapter 1
chapter 2
chapter 3
chapter 4
chapter 5
chapter 6
chapter 7
chapter 8
chapter 9
chapter 10
chapter 12
chapter 13
chapter 14
chapter 15
chapter 16
chapter 17
chapter 18
chapter 19
chapter 20
chapter 21
chapter 22
chapter 23
chapter 24
chapter 25
chapter 26
epilog

chapter 11

68.7K 2.2K 20
By andirananda

setelah sekian lama akhirnya faster than a wedding kembaliiiii haha

maaf kalo update-nya lama abisan ini inspirasi susah banget baliknya.

maaf juga kalo masih banyak kekurangan juga. enjoy

******

Meski sukar diakui, Radina melihat kalau Nalani menjadi lebih ceria sejak bertemu dengan Agung. Hebatnya, hanya bertemu Agung saja membuat Nalani mau diajak bicara oleh Radina. Radina bingung antara berterima kasih dan benci karenanya.

Untung saja kedekatan Nalani dan Agung terganggu urusan Agung yang bekerja. Agung itu entrepreneur muda yang sukses dan merupakan entrepreneur terbaik Indonesia tahun lalu. Ia tidak mengandalkan orang tuanya, tapi dirinya sendiri. Entah apa yang dilakukannya sampai ayah Radina begitu memujinya sehingga Radina makin tidak menyukai Agung.

Nalani sendiri sangat bahagia dengan hadirnya Agung. Ia rindu sekali pada Agung yang sudah ia anggap kakaknya sendiri. Hal yang paling penting bagi Nalani adalah, Agung tahu kebutuhannya meski ia tidak bilang apa-apa.

Hal yang paling disayangkan oleh Nalani adalah kesibukan Agung yang sedang membantu mengembangkan perusahaan ayahnya Radina. Nalani mau tidak mau harus bersama Radina jika ada apa-apa. Kali ini mereka ke rumah sakit untuk menjenguk anak mereka yang sudah ditinggal empat hari di rumah sakit.

Nalani sedih ketika mendengar kabar buruk yang menimpa anaknya. Ternyata anaknya itu memiliki banyak penyakit yang bahkan Nalani sendiri tidak tau apa itu. Sekarang ini hanya kekuatan Tuhan yang bisa menyembuhkan anaknya.

“Nal, makan dulu, yuk,” ajak Radina.

“Kamu aja,” kataku.

Radina jadi mengurungkan niatnya dan ikut memandangi anaknya bersama Nalani. Setelah cukup lama mereka berdua melakukan itu, mereka pergi makan di food court rumah sakit.

“Nal, anak kita mau dikasih nama apa?” tanya Radina.

Nalani langsung menatap Radina dengan tatapan terkejut. Radina sudah memikirkan hal yang lebih jauh sementara dirinya sendiri tidak memikirkannya.

“Aku gak punya ide, kamu aja yang kasih,” kata Radina.

“Tanya aja ayah kamu,” kata Nalani dengan cueknya.

“Papa juga udah nyiapin pernikahan kita. Papa bermaksud menikahkan kita,” kata Radina.

Nalani langsung tersedak dibuatnya.

“Jangan bilang kamu lupa perjanjian itu, Nal,” kata Radina.

“Aku nggak mungkin lupa,” kata Nalani.

Suasana langsung jadi tidak enak. Nalani sangat tidak ingin menikah dengan Radina, begitu pula Radina tidak ingin menikahi Nalani.

Selagi dua ‘sejoli’ itu makan, handphone Radina berbunyi dan ternyata nomer tidak dikenal. Baru saja Radina mengiyakan kalau ia adalah orang yang dicari si penelepon, ia langsung menjatuhkan handphone-nya karena perkataan si penelepon.

“Kita harus pergi sekarang,” kata Radina sambil menarik tangan Nalani yang mengambilkan handphone Radina.

“Ke mana?” tanya Nalani.

Radina tidak menjawab dan menarik Nalani dengan kasar. Nalani sampai kesakitan di buatnya.

“Ada apa?” tanya Nalani.

“Orang tua kamu dateng ke rumah,” jawab Radina.

Nalani terkejut mendengar perkataan Radina dan ia turut berjalan dengan cepat.

***

Nalani langsung turun dari mobil begitu Radina menghentikan mobilnya dengan sembarang begitu sampai di rumah. Begitu pula Radina yang jadi ikut terburu-buru karena Nalani. Keempat orang tua itu sedang duduk di ruang tamu dan Nalani langsung memeluk ibunya.

“Ibu,” kata Nalani pelan sambil memeluknya erat.

“Maaf, Lani, Ibu sama Bapak nggak bisa mengabari kamu,” kata ibu Nalani.

Nalani lalu duduk di samping ibunya sementara Radina duduk di samping ayahnya sendiri.

“Kalian menikahnya besok saja,” kata ayah Radina.

Nalani dan Radina langsung melotot mendengar perkataan ayah Radina itu.

“Kenapa buru-buru gini, Pa?” tanya Radina.

“Supaya kalian bisa menjadi suami-istri yang sah ketika anak kalian ada di rumah,” jawab ayah Radina.

“Tapi, Pa...” kata Radina.

“Tidak ada kata tapi. Pertanggungjawabkan perbuatanmu sendiri, Radina. Cepat tidur kalian berdua, masuk kamar masing-masing sekarang karena kami masih ada urusan yang harus diselesaikan,” kata ayah Radina.

Radina langsung berjalan ke kamarnya dengan gusar sementara Nalani masih sempat mencium tangan empat orang tua yang ada di hadapannya sebelum pergi ke kamar meski dengan tangan yang gemetar.

***

Ibarat batu baterai, Nalani dan Radina sudah kehilangan banyak energinya dan kini mereka harus dipaksa untuk menambah energi meski energi dengan cara menjemurnya di atas atap rumah untuk mendapat energi tambahan dari sinar matahari.

Nalani sudah lelah selama proses hamil dan melahirkannya, sementara energi Radina terkuras habis saat menjaga Nalani yang sakit-sakitan. Pikiran mereka berdua sedang tercurah pada bayi mungil hasil ‘kecelakaan’ yang dibuat oleh Radina. Kini, mereka juga harus menikah dan menikah bukanlah jawaban dari kesulitan yang mereka hadapi sekarang.

“Lani, Lani,” panggil ibu Nalani.

“Iya, Bu,” sahut Nalani.

Ibu Nalani membuka pintu kamar Nalani sambil membawa peralatan yang Nalani kenali sebagai peralatan bagi ibu yang baru melahirkan.

“Untuk apa itu, Bu?” tanya Nalani.

“Untuk kamu pakai. Ibu mau mijetin kamu biar kamu kembali lagi seperti semula,” jawab ibunya.

Nalani mengerutkan keningnya, tidak mengerti maksud perkataan ibunya itu.

“Mandi dulu, bentar ibu tabur bunga dulu biar harum,” kata ibunya.

Mandi kembaaaang! Hari gini Nalani harus mandi kembang?! Nalani benar-benar tidak mengerti hal ini. Selesai mandi, Nalani harus minum jamu yang rasanya tidak bisa dijabarkan lalu ibunya memijati perutnya dengan ramuan dari tetumbuhan yang wangi. Nalani sampai tertidur karena kenyamanan yang diberikan oleh ibunya untuk pertama kali dalam hidupnya.

Sementara itu Radina tidak bisa tidur dan melempar barang-barang yang ada di kamarnya sampai kamarnya sangat berantakan. Pikirannya sangat kacau. Menikah bukanlah hal yang mudah dan ia akan melakukannya besok. Kepalanya serasa ditusuk-tusuk oleh jarum raksasa.

“Maaaas,” kata Madina sambil membuka pintu kamar abangnya itu.

Radina tidak tahu kalau Madina mengunjungi kamarnya. Radina sedang menjenggut rambutnya sendiri kala itu.

“Mas, Mas, tenang, Mas,” kata Madina.

Radina langsung menatap adiknya itu dengan sewot.

“Minum dulu, minum dulu,” kata Madina sambil memberikan secangkir susu hangat pada kakaknya.

“Madina...” Radina yang benar-benar kesal ingin sekali mengusir adiknya ini.

“Mas, minum dulu biar agak enakan. Mas butuh yang manis gini nih,” kata Madina.

Radina meminum coklat panas itu dan Madina yang memeganginya karena Radina sudah malas sekali untuk memegang cangkir.

“Tidur, Mas,” kata Madina.

“Gimana gue bisa tidur?!” protes Radina, tambah sewot.

“Pikirin aja kalau Mas bisa tetep seneng-seneng seperti dulu meski Mbak Lani lagi susah. Papa bakal ngerjain apa pun untuk hidup Mas berlangsung seperti biasa, dengan atau tanpa status menikah sama Mbak Lani,” kata Madina.

“Bukan itu yang bikin Mas takut, Mad...”

“Terus apa?”

“Gak tau. Galau.”

“Yeee tidur sana.”

Radina segera berbaring sementara Madina membereskan barang-barang yang sukses membuat kamar Radina menjadi kapal pecah.

“Ngapain diberesin?” tanya Radina.

“Siapa tau besok mau sekamar,” jawab Madina dengan sangat polosnya.

Radina langsung terbelalak dan gagal sudah rencana tidurnya sekarang.

***

Pernikahan itu berlangsung jauh dari kesan sederhana, apalagi mewah. Hanya segelintir orang yang menyaksikan pernikahan itu. Kedua orang tua dari pihak yang menikah tentunya, beberapa saudara dari pihak laki-laki, dan pemuka agama yang menikahkan mereka.

Janji suci telah terucap, tidak ada raut bahagia dari pengantin baru yang baru dinikahkan itu. Hanya senyum terpaksa yang menghiasi wajah mereka berdua.

“Mas, cium dong keningnya,” kata Madina.

Nalani hanya menunduk diam sementara Radina menghembuskan napas dengan berat lalu mengecup kening Nalani dan Madina mengabadikan momen itu dalam kamera DSLR-nya.

Sekilas Radina teringat perkataan ayahnya saat di mobil tadi pagi. Pernikahan itu bukan hanya dilandaskan oleh cinta, cinta itu bisa tumbuh dengan sendirinya ketika pernikahan semendadak itu dilakukan. Ayah Radina enggan berkata lebih banyak, ia hanya menyuruh anak laki-laki satu-satunya itu untuk belajar dari pernikahan ini.

Pak Diman menyetir mobilnya dalam diam. Ia ditugaskan ayah Radina untuk mengantar Nalani dan Radina ke rumah sakit begitu pernikahan dan acara bincang-bincang ringan selesai. Radina mengantuk sekali karena kemarin ia tidak bisa tidur sementara Nalani menatap kosong jalanan.

"Mas, Mbak, mau makan dulu apa mau makan di rumah sakit?" tanya Pak Diman.

"Mau makan di mana, Nal?" tanya Radina.

"Terserah," jawab Nalani.

"Di rumah sakit aja, Pak," kata Radina.

"Iya, Mas," kata Pak Diman.

Radina menyesal karena ia memakai VW golf yang biasa ibunya pakai. Mobil ini tidak senyaman Subaru yang biasa dipakai ia pakai untuk jalan-jalan dan balap (baik olehnya, atau terkadang oleh ayahnya) sehingga ia sulit tidur.

"Nal, bangunin aku kalo udah sampe," kata Radina.

Tidak ada bantal, Radina sudah mencak-mencak kesal. Apalagi mereka tidak menikah di Jakarta. Modalnya sih nekat, tapi Radina sudah tidak bisa menahan diri lagi untuk tidur dengan menjadikan paha Nalani sebagai bantalnya.

"Bentar aja, Nal. Aku ngantuk minta ampun," kata Radina.

Nalani sama sekali tidak memrotes dan menatap suaminya yang sudah lebih dulu menutup kedua matanya. Nalani menghembuskan napasnya lalu berusaha untuk ikut tertidur juga.

Continue Reading

You'll Also Like

22.9K 1.7K 25
[PRIVATE ACAK] YUK FOLLOW Aku adalah pria yang sangat beruntung sejak lahir tapi aku sangat tidak beruntung dalam hal cinta , di umurku yang bukan...
465K 15.5K 18
Seorang laki-laki berusia 25 tahun menyukai anak TK berusia 5 tahun yang tak lain adalah anak dari sahabatnya sendiri. -Mahen Alifindra- -Farra Illy-
91K 4.9K 47
Kehilangan adalah fase tertinggi mencintai kamu. U N A B L E (Without Love) a/n : _tezaloffical
2.9K 564 46
[STRAY KIDS - LOONA] manis pahit nya kehidupan mahasiswa di dalam satu kosan