Tegang dan mencekam. Itulah suasana yang menyelimuti ruang interogasi sekarang. Keheningan pun ikut bergabung, sebab tersangka masih saja bungkam akan pertanyaan yang diajukan.
Sedang Jungkook memperhatikan dalam diam. Rahangnya mengeras dengan tangannya yang terkepal kuat, serta matanya yang menyorot tajam lurus ke depanㅡke balik kaca bening (read : ruang interogasi) yang di sana ada Nancy. Tetapi hatinya tak bisa berdusta, ia menunggu pernyataan perempuan itu dengan harap-harap cemas.
Setengah berharap Yugyeom tidak ikut serta dalam kecelakaannya.
Dan Taehyung memperhatikan, ia sadar jika Jungkook sedang cemas. Maka tangannya bergerak perlahan membelai rambut Jungkook pelan-pelan. Menyalurkan seluruh afeksi yang sudah lama ia simpan.
Jungkook mendongak. Mendapati Taehyung yang melemparkan senyum lembut padanya. Dan perasaan memuakkan yang tadi sempat bersemayam kini menguar, tergantikan dengan perasaan nyaman dan aman.
Lalu ada tuan Jeon yang memperhatikan keduanya. Lelaki tua itu menghela napas. Ia bisa melihat dengan jelas bahwa Taehyung dengan mudah menenangkan putranya.
Juga ada nyonya Jeon yang ikut sadar akan di mana letak perhatian yang dijatuhkan suaminya. Ia membelai lembut lengan suaminya itu. Dan ketika sang suami menatapnya, nyonya Jeon memberikan senyuman hangat yang seakan mengatakan bahwa semua tidak apa; Jungkook mereka akan baik-baik saja.
Dan ketika sedikit suara Nancy terdengar, semua yang ada di ruang monitor itu segera menoleh ke sumber suara.
"Nancy?" Jongin bersuara, menanti kalimat yang ingin Nancy ucapkan.
"Bu-bukan aku..." lirih Nancy. "Bukan aku..."
"Bukan kamu? Lalu siapa yang ada di rekaman ini jika bukan kamu?" Jongin mempertontonkan rekaman yang berhasil ditangkap black box mobil milik pengemudi mabuk yang kemudian tak sengaja menabrak Jungkook. "Kembaranmu? Jangan mengatakan iya karena aku tau kamu gak punya kembaran!"
Nancy tak menjawab. Ia menutup matanya ketika Jungkook terlempar ke pembatas jalan. Nancy terisak.
"Jawab! Menangis gak akan membuatmu bebas!"
Nancy terkejut bukan main. Ia tak pernah dibentak seperti ini. Bahkan orang tuanya selalu melimpahi ia banyak kasih.
Ah.. pernah, sekali. Ia pernah dibentak seperti ini. Ia pernah dibentak hingga tak lagi sanggup menangis di malam yang dingin oleh monster dengan rupa yang manis.
Monster...
Seketika takut menyerang Nancy. Tubuhnya bergetar dan ia menggigil ketakutan. Nancy sungguh tertekan.
"Nancy? ...Nancy? Kamu kenap--"
"A-aku.. benar. Aku pelakunya dan-- d-dan aku merencanakan kecelakaan itu gak sendirian..." Nancy mengambil napas dengan sedikit bergetar. Ia menunduk bersamaan dengan air matanya yang jatuh. "Aku merencanakan kecelakaan itu bersama Kim Yugyeom."
Maka pernyataan yang Nancy lontarkan total membuat harapan Jungkook luluh lantak.
...
Rasanya begitu menyesakkan untuk Taehyung lihat ketika Jungkook menahan keras tangisannya. Benar, pemuda Jeon itu menangis dengan matanya yang terpejam sepanjang perjalanan menuju tempat ia dirawat. Namun ketika Taehyung merangkul pundaknya, maka Jungkook sudah tidak bisa menahan isakannya; ia menangis keras.
Jungkook benar-benar berada di titik terendahnya dan Taehyung merasa sangat bersalah melihatnya.
Empat puluh lima menit perjalanan kini terasa berjam-jam lamanya. Bahkan Jungkook telah tertidur dengan mata sembab di dekapan Taehyung (yang tertidur juga). Sedang tuan dan nyonya Jeon hanya diam, mereka tak kalah sedih saat mendengar putranya menangis lirih.
Hingga sampailah mereka di tujuan. Nyonya Jeon dengan tega tak tega membangunkan dua pemuda yang tengah tertidur cukup pulas. Suara lembutnya membuat Taehyung bangun yang pertama.
Taehyung melihat ke sekitar. Lalu mendapati Jungkook yang sayup-satup bangun di dekapannya. Taehyung mengerjap, rautnya tampak sedikit kebingungan.
"Taehyung, kita sudah sampai di rumah sakit," ujar nyonya Jeon.
"A-ah.. ya.."
"Jungkook? Sayang? Ayo, turun ..." Nyonya Jeon membelai rambut Jungkook dan si empunya mengangguk.
Kini mereka berjalan menuju ruang Jungkook dirawat. Nyonya Jeon mendorong kursi roda putranya dan berjalan di depan. Sedang dua pria lainnya berjalan di belakang.
"Taehyung..." Tuan Jeon memanggil lirih.
Taehyung menoleh kaku. "Y-ya?"
Tuan Jeon menghela napas. Ia menghentikan langkahnya ketika beberapa langkah lagi sampai di ruanh inap Jungkook. "Terimakasih dan... maaf."
"Y-ya..?" Taehyung menggaruk tengkuknya kikuk. "Untuk apa, paman?"
"Terimakasih sudah menjaga Jungkook. Terimakasih sudah menenangkan dirinya. Dan... terimakasih sudah mencari pelaku sebenarnya," Tuan Jeon menghela napas. "Dan maaf karena telah berburuk sangka padamu, memaki, bahkan menamparmu."
Taehyung sedikitnya menjadi linglung. Ia mengerjap bingung dan kikuk. Lagi-lagi ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Namun satu yang ia berhasil cerna, bahwa tuan Jeon yang terlihat sekarang bukan tuan Jeon yang tegas seperti biasa melainkan tuan Jeon yang sedang berada di titik lemahnya.
"Sekarang, pulanglah. Kamu sudah sejak pagi berjalan dan menemani kami," Tuan Jeon menepuk pundak Taehyung. "Pasti kamu lelah."
"A-ah.., ya..." Taehyung menghela napas, mengusir kegugupannya. "Izinkan saya berpamitan dengan Jungkook dulu sebelum pulang. Boleh?"
Tuan Jeon mengangguk mempersilahkan. Taehyung berjalan memasuki ruang inap Jungkook dan menemukan pemuda itu telah tertidur. Maka Taehyung hanya berjalan mantap menuju pemuda itu untuk membelai rambut Jungkook dan membisikkan selamat tidur.
"Jungkook titip terimakasih untukmu, Taehyung," Nyonya Jeon berujar.
Taehyung memberikan senyumnya dan mengangguk sekilas. "Sampaikan terimakasih juga dari Taehyung untuk Jungkook saat nanti ia bangun," ujarnya dan nyonya Jeon menjawab dengan anggukan.
Lalu ketika Taehyung baru akan melangkah melewati pintu, tuan Jeon bersuara. "Kemarilah besok lagi, Taehyung."
Taehyung menoleh dan tersenyum simpulㅡia mengangguk. "Pasti."
...
Sepanjang perjalanan pulang, sembari mengendari mobilnya-- Taehyung memijat pelipisnya. Otaknya tengah berkerja keras. Ia tengah mengingat-ingat.
Tak kunjung mengingat sesuatu yang ia rasa lupa, Taehyung mencengkram rambutnya. Kepalanya tiba-tiba bersuara membisikan kalimat yang tak jelas. Membuat Taehyung sakit kepala.
Apa yang terjadi?
Apa yang terlupakan?
Ada apa sebenarnya?
Taehyung memacu mobilnya lebih cepat. Membelah jalanan ibu kota yang mulai ditimbun salju-salju yang berjatuhan. Dan ketika Taehyung melihat kaca spionnya, ia menepikan mobilnya secara mendadak.
Napas Taehyung tak beraturan. Seakan ia baru saja dikejar-kejar anjing liar. Ia perlahan mendongak untuk kembali melihat kaca spionnya.
Hazelnya berkedut terkejut. Lama ia menatap spion itu dengan dahi berkerut hingga pandangannya mengabur akibat air mata yang menggenang dan siap untuk meluncur. Bibirnya bergetar hendak mengucapkan sesuatu.
"...kamu... siapa?"
Dan sosok yang Taehyung lihat kini menyeringai lebar.
|To Be Continue|
▪▪▪
Gak semudah itu untuk kalian bermimpi indah, sayang.
Well, selamat malam dan selamat beristirahat♥🌻