[END] [Markhyuck] 17 ! Not 24

By ChiiSalun

666K 78.7K 8.9K

Haechan seorang anak berusia 17 tahun tiba-tiba terbangun dan menemukan dirinya berusia 24 tahun. Bagaimana r... More

1. Prologue
2. Confused
3. Jaemin
4. Mark
5. Lucas
6. Home
7. Hospital
8. Getting to Know
9. Enemy
10. Beautiful
12. Accident
13. The Truth
14. James
15. Taeil
16. END
Sequel 1
Sequel 2

11. Real Problem

27.3K 3.9K 525
By ChiiSalun


MarkChan

Semuanya terjadi begitu cepat, membuat Mark tidak bisa beristirahat bahkan satu jam pun. Satu minggu mereka jalani seperti biasa, ingatan Haechan belum kembali dan Mark yang menjalani hidup sebagai Mark berusaha bekerja dengan keras di rumah sakit dan berusaha lebih keras untuk menggoda Haechan agar mau 'tidur' dengannya saat mereka di rumah. Jeno berhasil membuat Jaemin kembali berkencan dengannya sementara persiapan pernikahan Renjun dan Lucas berjalan dengan lancar tanpa kendala.

Tapi semua ketenangan ini tentu terlalu janggal, sampai ayah Mark datang ke rumah sakitnya, menggantikan direktur rumah sakit tempat Mark bekerja. Mark tau dirinya tidak akan mendapatkan ketenangan yang sama selama di rumah sakit, awalnya tuan Lee hanya mengacaukan jadwal kerja Mark, membuat Mark tidak bisa beristirahat, bahkan pria tua itu tidak bergeming setelah di protes beberapa koleganya. Hal ini hanya masalah kecil untuk Mark, hanya Doyoung dan rekan kerjanya yang mempermasalahkan keadaan Mark.

"dia tidak bisa bertindak seperti itu, bukankah direktur sangat membias ?" ujar Winwin kesal.

"apa dia sengaja datang kesini untuk membuat hidup Mark menderita ? wow, orang tua macam apa dia ?" balas salah satu rekan kerja Mark ya.

Ya Mark tidak apa-apa sampai ada sebuah kesalahan medis yang Mark lakukan. Pasien mereka berhasil diselamatkan, tapi tidak dengan hati Mark yang terus menangis di pelukan Haechan.

"kurasa itu bukan salahmu Mark" Haechan terus memberi tahu Mark, tapi Mark tidak mendengarkan dan Haechan hanya bisa memeluk Mark malam itu sampai keduanya tertidur.

"aku menemukan sesuatu yang janggal kau tau, kurasa seseorang mengganti dosis obatnya sebelum kau menyuntikannya kepada nyonya Park" ujar Doyoung suatu pagi. Mark sudah tidak mau mendengarkan atau diingatkan atas kejadian itu lagi.

Semua tidak selesai disitu, mungkin permainan mereka baru dimulai ketika seseorang kembali menyerang Haechan, di depan kantornya, di siang bolong ketika banyak orang sedang melakukan aktivitas mereka. Haechan ditusuk oleh orang tidak di kenal, membuatnya harus dilarikan ke rumah sakit karena kehilangan banyak darah. Beruntung golongan darah Jaemin sama dengan Haechan sehingga mereka tidak perlu lebih panik saat rumah sakit kekurang stock darah untuk Haechan. Malamnya setelah menyelesaikan semua administrasi dan urusan pekerjaannya di rumah sakit Mark mendatangi kediaman orang tuanya, meminta penjelasan kenapa mereka melakukan ini semua kepada Mark dan Haechan, Hyeri juga ada disana karena ia memang tinggal bersama orang tua Mark selama berada di Korea.

"maaf Mark tapi kami tidak mengerti apa yang kau maksud" ucap ayah Mark saat Mark menanyakan kenapa mereka harus membuat Haechan menderita.

"Kalau kau ingin hidupnya tidak menderita tinggalkan dia" itu yang Hyeri katakan sebelum pergi dari ruang makan, meninggalkan Mark dan kedua orang tuanya dengan senyum licik.

"bagaimanapun juga aku tidak menyukai ketika seseorang mengambil milikku" bisik Hyeri saat dirinya tepat di sebalah Mark dan berlalu pergi.

"Mark kau harus tau apa yang kita lakukan ini semuanya untukmu, kau tidak akan bisa mendapatkan rumah sakit dan jabatan tinggi jika kau bersikap seperti ini terus" ujar ibunya kesal. Mark menggerutu, ia tidak membutuhkan semua itu, ia tidak membutuhkan harta mereka, Mark sudah cukup bahagia sekarang dan mereka harus menghancurkan kebahagiaan Mark.

"kau yakin semua itu untukku atau untuk kalian ?" sarkas Mark "aku tidak pernah meminta apapun pada kalian, aku selalu menjadi anak yang baik yang kalian bisa banggakan pada kolega kalian, tapi kenapa ketika aku menemukan kebahagian kalian tidak membiarkanku bahagia ?" Mark mulai menangis, tidak masalah menangis di depan orang tuanya, toh mereka tidak akan peduli pada apapun yang Mark katakan.

"Mark ! Kau harus segera sadar, bagaimanapun juga semua kebahagiaanmu itu hanya semu belaka" Mark berbalik, sudah tidak mau mendengarkan apapun yang orang tuanya katakan.

"anggap ini semua hanya peringatan, yang harus kau lakukan cukup mudah, tinggalkan Haechan dan kembali pada kami, pada Hyeri, maka semuanya akan selesai" Mark memutuskan untuk pergi saat itu juga.

♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡

"pelaku penusukan Haechan dihukum penjara selama tiga tahun" ujar Jeno. Lucas mendesis sebal, tiga tahun terlalu sebentar untuk kejahatan kejam seperti itu "aku sempat menemuinya di penjara, pria itu terlilit hutang dan mereka akan membunuh anaknya jika hutang pria itu tidak segera dilunasi" tambah Jeno.

"ahh aku mengerti, menggunakan orang kecil untuk melancarkan rencana jahat mereka" Jeno mengangguk "aku yakin penusuk itu tidak bisa bilang siapa yang menyuruhnya atau keluarganya akan mendapat masalah" Jeno mengangguk lagi, semuanya terlalu clieche.

"kita sudah tau siapa pelakunya hanya saja buktinya kurang" ujar Renjun "dan lagi pula keluarga Hyeri itu, kenapa mereka harus sekaya itu" protes Renjun setelahnya. Lucas mengacak rambut Renjun gemas, memang keadilan tidak bisa didapat kecuali kalian memiliki uang.

"kurasa tidak ada yang bisa kita lakukan sekarang sampai Haechan sadar" Jeno menghela nafas, semuanya membuat kepalanya pusing dan Jaemin tentu saja akan makin menjauh darinya karena kejadian ini karena Jaemin terlalu paranoid untuk meninggalkan Haechan sendiri di rumah sakit.

"bagaimana kalau Hyeri mencoba membunuhnya saat kita tidak ada dan Haechan masih belum sadar"

Itu yang Jaemin katakan sebelum dirinya mengurung diri di kamar rawat Haechan selama tiga hari ini. Untungnya Doyoung mengerti dengan perasaan Jaemin dan membiarkan sahabat Haechan itu diam di dalam ruangan walaupun dokter sedang memeriksa Haechan.

"Tapi aku lebih kasihan pada Mark kau tau" ujar Lucas, Jeno mengangguk setuju.

"tentu saja kau akan lebih kasihan pada Mark tapi aku disini teman Haechan" protes Renjun. Lucas kembali terkekeh karena kalimat tunangannya itu. Lucas pikir dirinya beruntung, karena walaupun dirinya dijodohkan dengan Renjun, keduanya bisa saling mencintai dan menerima keberadaan masing-masing sehingga tidak ada pihak yang disulitkan karena hubungan mereka.

♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡

Jaemin menghela nafas lega, akhirnya keadaan Haechan sudah mulai membaik. Sayangnya Mark tidak bisa mengambil cuti karena pekerjaannya sekarang atau dia akan benar-benar dipecat karena terlalu banyak absen. Padahal rekan kerja yang lain mengerti keadaan Mark, tapi ayahnya yang juga direktur rumah sakit tidak, sehingga jika Mark melakukan kesalahan lagi mungkin Mark akan dipecat atau itu yang keluarganya inginkan dari Mark. Untung bos Jaemin itu Jeno, yang bisa Jaemin peralat dengan mudah, walau terdengar kasar Jaemin bersyukur pada Jeno sekarang.

"Aku khawatir pada Mark" Haechan mulai berbicara, dirinya masih terbaring di tempat tidur dengan lemas tapi yang ada di pikirannya hanya Mark saat ini.

"Pikirkan dirimu sendiri untuk saat ini" Jaemin menjawab. Doyoung datang ke kamar Haechan dengan kantung penuh makanan.

"lebih baik kau makan sebelum pasien disini bertambah satu" Doyoung memberikan kantong berisi makanan itu kepada Jaemin lalu menatap Haechan lelah "apa kau merasa lebih baik ?" Haechan mengagguk pelan. Doyoung mengangguk lalu memeriksa tekanan darah Haechan dan pergi keluar dari kamar Haechan.

"dia baik kalau kondisi seperti ini" ujar Jaemin lalu membuka roti yang ada di kantong yang Doyoung berikan.

"dia memang baik, kalian saja membuatnya menjadi antagonis" balas Haechan, dirinya rasanya ingin kembali tidur "bukankah lebih baik kau pulang ? kau disini sudah berapa hari ?" tanya Haechan. Jaemin hanya menaikan bahu sebelum memakan rotinya dengan lahap, ternyata setelah dipikir-pikir dirinya lapar "dan kau terus membolos kerja, kita berdua bolos terus aku kasihan pada Jeno" tambah Haechan.

"Jeno bisa membayar lagi orang untuk mengerjakan semuanya, lagipula aku akan disini sampai kau sembuh" Haechan menatap Jaemin tajam, tidak suka dirinya ketika Jaemin over seperti itu "atau mungkin sampai Mark kembali dan dia harus pergi lagi" Jaemin mengganti kalimatnya, Haechan hanya mengangguk, Mark masih sibuk bekerja dan belum bisa menjenguk Haechan semenjak Haechan sadar, padahal mereka berada di gedung yang sama.

"dia akan kesini jam 9 nanti" mulai Jaemin "lebih baik dia pulang dulu untuk membersihkan diri lalu dia bisa menunggumu disini" Haechan mengangguk, setuju dengan perkataan Jaemin. Saat itu Jaehyun datang untuk menjenguk Haechan sambil memberi informasi tentang pelaku penyerangan pada junior kesayangannya itu, Doyoung datang lima menit setelah Jaehyun datang, menatap tajam pada Jaehyun lalu pada Haechan dan duduk di sofa di sebrang tempat tidur Haechan.

"kau tidak kembali bekerja ?" tanya Jaemin bingung.

"aku sedang istirahat" jawab Doyoung.

"baiklah kalau begitu, kita semua tau siapa pelaku dibalik semua kekacauan ini" Jaehyun memulai "tapi sayangnya kita tidak punya cukup bukti untuk membuat pelakunya masuk ke dalam penjara" Doyoung mengangguk pelan, sementara Haechan menepuk paha Jaemin karena ia tidak mengerti dengan apa yang Jaehyun katakan.

"pelakunya sudah jelas tunangan Mark" Doyoung menjawab ketika ia melihat wajah kebingungan Haechan.

"mantan" Jaemin menambahkan dengan penekanan.

"mereka belum putus secara legal" tambah Doyoung tak acuh. Jaehyun menghela nafas, kenapa kehidupan Mark dan Haechan sangat rumit, jika tau akan begini jadinya Jaehyun tidak akan mengiyakan permintaan putus Haechan waktu itu.

"bukankah ini semua akan selesai jika Mark dan Haechan bercerai ?" Doyoung bertanya bingung, dia memang sudah memikirkan kenapa mereka tidak berpisah saja jika Hyeri dan keluarga Mark akan senekat ini pada Haechan.

"dan lalu Haechan akan menikah dengan Jaehyun" ucap Jaemin, menampilkan senyum penuh kemenangan pada Doyoung. Haechan sudah tidak mau mendengarkan pembicaraan ini sekarang, dirinya lelah padahal seharian yang ia lakukan hanya tidur.

"berhenti bicara ngawur kalian" ujar Jaehyun "aku akan mencoba menggali lagi kasus ini dan mungkin menginterogasi pelaku penusukan untuk mendapat bukti" Jaehyun menjelaskan "keluarga Hyeri sangat berpengaruh di negeri ini jadi akan sulit mendapat bantuan kecuali dari kalian" setelahnya Jaehyun pergi karena dirinya masih ada tugas kepolisian, sayang sekali Jaehyun tidak bisa diam lama-lama.

"kalau dipikir-pikir Mark itu beruntung, lahir di keluarga penuh dengan dokter, dijodohkan dengan keluarga pengusaha paling kaya di Korea, hidupnya di masa depan sudah sangat terjamin" Doyoung berdiri, Jaemin menatap Doyoung tidak suka "tapi mungkin hanya Haechan yang bisa membuatnya bahagia, jadi mungkin berjuanglah" dan setelahnya Doyoung pergi, mengikuti Jaehyun yang belum lama keluar.

"dia bilang begitu karena takut Jaehyun akan mendekatimu lagi" ucap Jaemin cepat. Haechan tidak mendengarkan, perkataan Doyoung memang salah, Mark mungkin memang sakit karena sudah memilihnya dibandingkan masa depan terjamin yang sudah menantikannya, tapi Haechan disini tidak tau apapun, ia tidak yakin apakah menyalahkan dirinya sendiri juga adalah hal yang tepat atau bodoh.

♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡

Pagi itu kedua kalinya Haechan terbangun dengan tangan Mark menggenggam tangannya. Haechan sudah merasa lebih baik dibanding kemarin dan bekas tusakannya tidak sesakit saat pertama kali bangun.

"kau tidak apa-apa ?" pergerakan tangan Haechan membuat Mark terbangun dan langsung menatap Haechan khawatir. Haechan mengangguk kepalanya pelan, tersenyum tipis pada Mark.

"aku sudah lebih baik" jawabnya "kau tidak mau tidur lagi ? kau pasti lelah" Mark menggelengkan kepalanya pelan.

"aku sudah tidak lelah" jawab Mark. Mark menatap Haechan dalam, rasa bersalah tiba-tiba muncul dalam dirinya. Bukan hanya kali ini Haechan harus berurusan dengan keluarganya dan dengan Hyeri. Haechan bahkan sampai tidak diakui oleh keluarganya agar ia bisa bersama Mark. Mark pikir dunia tidak adil pada mereka berdua.

"maafkan aku" gumam Mark pelan. Haechan menggelengkan kepalanya.

"bersyukurlah aku tidak mengerti apapun karena mungkin aku akan meminta surat cerai sekarang" gurau Haechan. Mark hanya terkekeh pelan, surat cerai ya ?

"bagaimana kalau kita benar-benar berpisah ?" tanya Mark serius.

"tidak bisa, aku takut ingatanku akan kembali dan menyeseli keputusanku" jawab Haechan. Mark kembali tertawa, mungkin dirinyalah yang akan lebih menyesal jika mereka berpisah. Mark tidak bisa hidup tanpa Haechan.

"kalau kondisimu makin membaik dalam tiga hari kau bisa pulang" ujar Mark "dan kita bisa datang ke pertemuan kolegaku, kau tau, tidak mungkin kau melewatkan memakai setelan orange kemarin" tambah Mark. Haechan hanya mengangguk, ia harus berusaha untuk sembuh sekarang agar dirinya juga bisa mencari tau bagaimana cara mengatasi semua masalah mereka sekarang.

Bersambung

Chapter ini tidak jelas dan aku gatau ini nyambung atau engga bahasanya. but yeah.

mungkin sedikit lagi ff ini bakal tamat.

see you soon

Continue Reading

You'll Also Like

121K 20.5K 39
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
1.2M 105K 59
Ziel adalah candu. Tawanya Candanya Aroma tubuhnya Senyum manisnya Suara merajuknya dan Umpatannya. . . . "Ngeri bang." - Ziel "Wake up, Zainka."...
267K 36.8K 25
Sederhana saja. Hanya tentang kehidupan tiga bersaudara putra Pak Bratadikara yang akan membuatmu harus memutuskan antara dua pilihan, yakni mengingi...
162K 14K 79
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...