Cliche | YoonGyu

By Aniraaiya

208 47 2

Kim Yeongyu jatuh cinta, Ha Yoonbin tak bisa bicara. More

Mengenalmu
Jatuh
Dekat
Hubungan
Muse
Akibat

Sebanyak Puisi [Final]

33 8 1
By Aniraaiya

Yang Yeongyu tahu, samar ia dengar bentakan murka dan sedu sedan anak gadis. Ia tahu ia terbaring di Ruang Kesehatan, kepala berdenyut tanpa ampun sampai ia tak mau membuka mata. Bahunya juga sakit, mungkin tulangnya bergeser, ia tak tahu.

Ia tersentak saat mendengar suara pintu terbanting dan keresak kasar seseorang membanting badan di kasur sebelah. Yeongyu mengerang, berusaha bicara. Sosok di sebelahnya bergerak.


"Saya menunggu sampai kamu tahu." sosok itu bicara. Yoonbin, tak salah lagi.

Mau seisi sekolah menjerit bersama pun, Yeongyu bisa tahu mana yang merupakan suara Yoonbin tanpa kesulitan.


"Cepat atau lambat kamu akan mengalami hal ini. Dibully hanya karena kamu kenal saya."

Yeongyu menyimak. Mendengar suara Yoonbin saja rasanya nyerinya hilang setengahnya.


"Saya tak melarang kamu mendekat karena saya tahu kamu bukan tipe yang bisa dilarang. Maaf kalau saya keterlaluan, tapi ini konsekuensi dari anak baru yang berani mendekati saya yang mereka anggap segalanya."


Yeongyu tahu. Yoonbin populer. Yoonbin terkenal. Yoonbin cerdas. Yoonbin berandal. Yoonbin bukan anak baik. Yoonbin nyaris dikeluarkan jika sekali lagi diciduk polisi karena ketahuan bergulat liar. Yoonbin adalah ikon pemberontak sekolah yang diidolakan anak remaja yang tak punya cukup nyali untuk melakukan hal yang sama. Yeongyu tahu.



"Saya bukan anak baik. Kamu sebaliknya. Kamu dipuja. Saya dicerca. Untuk apa kamu terus mendekati saya?"

Yeongyu masih memejam. Ingin tahu apa lagi yang akan dicurahkan Yoonbin.

"Kamu cuma buang-buang waktu untuk menunggu saya dan mengantar barang saya, kamu sebenarnya tidak perlu sampai melakukan itu."

"Bisa kamu berhenti?"


Kali ini Yeongyu memaksa untuk menegakkan punggung, secara langsung beradu pandang dengan Yoonbin yang kali ini wajahnya bertabur emosi.

"Berhenti melakukan apa?"

"Memperlakukan saya seperti manusia. Menjadikan saya tujuan dari surat tak terjawabmu yang memenuhi majalah dinding. Menjadikan saya model dari beratus lembar puisi yang mendeskripsikan cinta polos tak bernoda. Membuat seolah saya adalah manusia tak tahu diri yang menolak curahan cinta."


Tanpa komando, airmata Yeongyu meledak. Ia tergugu di balik selimut Ruang Kesehatan yang berbau seperti desinfektan. Yoonbin tak bergeming. Memang Yeongyu tak berharap ia merespon.

"Lalu kenapa?" alasan yang biasanya ia telan dalam hati kini menjelma menjadi kata-kata bersuara. "Lalu kenapa, kak? Saya cuma jatuh cinta.."


Airmuka Yoonbin mengeras, ia tak bisa mengutarakan lebih banyak kata.

"Lihat? Sekarang saya membuat kamu menangis. Bagaimana saya bisa melindungi kamu kalau alasan kamu menangis itu saya?"

Otak Yeongyu terlambat memproses ucapan Yoonbin. Ia mendongak dengan hidung memerah.

"Apa maksudnya?"

"Menurutmu?" Yoonbin balik bertanya.

"Kenapa kakak mau melindungi saya?"

"Karena saya sayang kamu, bodoh."

Yeongyu tergagap, tak ada kata yang bisa ia ucapkan.

"Bo-bohong, kan?"



"Menurut kamu kenapa saya mau bangun pagi setiap hari dan datang sebelum bel berbunyi kalau bukan ingin melihat kamu tersenyum di ujung tangga dan melambai ke saya? Menurut kamu kenapa saya sengaja bolos jam terakhir di pelajaran Bahasa Inggris yang sudah saya kuasai dan meninggalkan tas saya kalau bukan karena ingin kamu mengantar tas bodoh itu ke saya?" Yeongyu tahu dari cara bicara dan sorot mata Yoonbin bahwa pemuda itu sama sekali tidak bercanda.

"Saya sayang kamu. Saya juga jatuh cinta sejak kamu datang tanpa permisi dan minta berkenalan. Saya baca semua puisimu, saya buka kamus demi kata-kata yang saya sama sekali tidak paham artinya. Menurut kamu saya melakukan semua itu bukan karena saya juga menaruh rasa?"

Yeongyu tahu seharusnya ia tak menangis. Seharusnya ia bahagia saat tahu sosok yang dipujanya juga membalas cintanya. Namun airmatanya sudah kadung mengalir tak mampu ditahan.

"Saya tahu cara saya kurang ajar. Maafkan saya. Tapi saya tidak tahu bagaimana caranya menyatakan perasaan saya dengan tulus." Yoonbin memberanikan diri untuk meraih jemari Yeongyu.

"Kamu boleh benci saya sehabis ini. Maaf. Saya bodoh."

"Siapa.. siapa bilang saya benci kakak?" Tukas Yeongyu di sela isakannya.

"Mau saya mati ditimpuki bola voli pun saya tetap sayang kakak. Karena bukan kakak yang menimpuk saya."

Yoonbin mengeluarkan suara seperti menahan tawa. "Maaf saya sama sekali tidak bisa bersikap romantis."

"Saya tahu." Tangis Yeongyu kini terciprati tawa. "Saya tidak berharap kakak bersikap romantis. Mau saya menulis seribu juta puisi lagi pun, kakak tak akan bisa membalas dengan bahkan hanya satu puisi saja."

"Tapi saya bisa mencium kamu sebanyak huruf dalam puisimu."

Keping mata Yeongyu membelalak. "Kakak bercanda."

Yoonbin mengangkat alisnya penuh goda. "Saya serius." Ujarnya, lalu mendekati wajah Yeongyu yang membatu. "Permisi." Ia berbisik sebelum menempelkan bibirnya ke bibir Yeongyu.









Yeongyu sering membaca puisi tentang bagaimana sebuah ciuman bisa berlangsung. Dusta bila ia tak pernah membayangkannya, menelaah setiap kata menjadi rasa, mencerna huruf menjadi indera. Tetap saja rasanya tak sama saat bibir seorang Ha Yoonbin kini benar-benar jatuh tepat di bibirnya.

Yeongyu pikir waktu sudah berhenti. Ia pikir rasanya seluruh dunia sedang tertahan di sekitar mereka, bersiap meledak kapan saja.

Benaknya bertalu mencari kata yang tepat untuk mendeskripsikan perasaannya.

Seperti vanilla.

Seperti marsmallow.

Seperti kelopak bunga.

Seperti permen kapas.

Seperti tergantung di antara tidur dan bangun.

Seperti tenggelam di dalam air yang kau masih bisa bernapas di dalamnya.

Seperti pusaran tata surya hanya berpusat padanya, matahari dan bulan terbit hanya untuknya, malam turun hanya untuk tidurnya, pagi menjelang hanya demi dirinya, dan dunia hanya berputar hanya karenanya saja.


Seperti.. segalanya.



Yoonbin mundur terlebih dahulu, namun tak sejengkalpun menjauh dari wajah Yeongyu yang terpaku seperti kena sihir. Pipinya merah luar biasa, tak mampu mencerna kejadian yang sebenarnya hanya berlangsung tak lebih dari sepuluh detik saja.


"Bumi kepada Yeongyu." Yoonbin berbisik parau. Senyumnya terbit saat Yeongyu mengerjap bingung.

"Kak."

"Hm?"

"Kalau begini terus rasanya aku benar-benar bisa mati karena jatuh cinta jutaan kali."




Dan untuk pertama kalinya sejak mereka saling mengenal, Yoonbin tertawa. Yeongyu berani sumpah kalau itu adalah tawa termanis yang pernah ia dengar sepanjang hidupnya yang belum seberapa lama.

"Mulai besok, saya bisa membuat semua murid yang membully-mu sengsara sampai akhir tahun ajaran, kalau kamu mau." Nada suara Yoonbin kembali serius, itu melempar Yeongyu kembali kepada kenyataan bahwa ia baru saja menjadi korban timpuk bola voli. Ia menggeleng.

"Jangan. Kakak yang bisa kena masalah nantinya." Toh sejujurnya Yeongyu sudah tak mempedulikan apapun lagi. Ia sudah punya Yoonbin. Tak ada yang harus dikhawatirkan.

"Lalu kamu mau saya berbuat apa?"


Yeongyu tersenyum, manis sekali sampai ia yakin hati Yoonbin sudah meledak karenanya.

"Saya Cuma mau satu hal. Saya mau kakak jatuh cinta pada saya sebanyak saya sudah jatuh cinta pada kakak."

"Seberapa banyak?"

"Sebanyak seribu juta puisi, sebanyak bintang di langit, sebanyak biji dandelion yang sedang beterbangan, sebanyak.. sebanyak segalanya."

"Sebanyak segalanya." Yoonbin mengulangi kalimatnya bak berdoa. "Saya mencintai Kim Yeongyu, sebanyak segalanya." Lalu mendorong kembali wajahnya agar bibir mereka kembali beradu.



"I swear it."





-fin-


gue ngetik ini sambil senyam senyum ga karuan

Continue Reading

You'll Also Like

7.3M 303K 38
~ AVAILABLE ON AMAZON: https://www.amazon.com/dp/164434193X ~ She hated riding the subway. It was cramped, smelled, and the seats were extremely unc...
1.3M 58.9K 105
Maddison Sloan starts her residency at Seattle Grace Hospital and runs into old faces and new friends. "Ugh, men are idiots." OC x OC
221K 4.6K 47
"You brush past me in the hallway And you don't think I can see ya, do ya? I've been watchin' you for ages And I spend my time tryin' not to feel it"...
28.9M 916K 49
[BOOK ONE] [Completed] [Voted #1 Best Action Story in the 2019 Fiction Awards] Liam Luciano is one of the most feared men in all the world. At the yo...