POTRET

By PenaLc

286 28 14

Bolehkah aku bercerita? Tentang kilasan masalalu yang pahit. Tentang bagaimana cara menghargai dan dihargai... More

Berawal dari 15
16
17
18
19
20
21
22
23

24

16 3 0
By PenaLc

Umumnya mengatakan bahwa penyesalan selalu datang di akhir kalau di awal namanya pendaftaran.

×××

"Jujur Di, kamu membutuhkan aku atau tidak?"

Aku mematung di tempat dan sedetik berikutnya menoleh pada Suga yang menatapku dalam. Mata itu...

Aku menelan ludah. Apa yang harus aku jawab?

Jika saat ini aku bilang aku membutuhkannya, menginginkannya apa aku tidak akan membuatnya kecewa suatu saat nanti?

Aku takut dia akan kecewa lalu pergi meninggalkanku.

Namun, jika aku bilang aku tidak membutuhkannya, aku bohong. Aku membutuhkannya. Sangat.

Lalu apa yang harus aku lakukan sekarang. Kebodohan masa lalu itu kembali menghantuiku. Memporak-porandakan hatiku saat ini.

Apa yang harus aku lakukan?

"Jujur Di." tanganya menyentuh jemariku. Melingkupi kehangatan di sana hingga berakhir kerelung hati yang menangis menjerit.

Aku menatap Suga dalam. Untuk kali pertamanya aku membiarkan dia menggenggam tanganku. Aku menelan ludah. Mataku sudah memanas.

Aku tidak ingin kebodohan itu menghantuiku lagi dan membuatku semakin menyesal suatu saat nanti,namun jika ku abaikan, suatu hal lain yang tak di ingin pun akan datang.

Jadi aku harus bagaimana? Apa aku harus?

Aku menghela napas. Cukup lama aku bergulat dengan perasaan sendiri dan mencoba mencari jawaban atas sesuatu. Akan tetapi, aku tidak menemukan jawabannya selain mencoba.

Haruskah?

×××

Dua jam berlalu dari kejadian di mobil dan sekarang di sinilah kami. Di bawah pohon rindang di taman. Dua jam pula kami hanya duduk diam tanpa suara. Membiarkan angin berembus menerpa kulit dan menenangkan hati atas gelisah kekhawatiran yang dibuat sendiri.

"Jawabanku tetap sama," Mendengar itu aku menoleh dan mendapatkan Suga yang menatapku yakin. Dia meraih tanganku lalu kembali menggenggamnya, "aku akan tinggal." lanjutnya.

"Tap-"

Dia tersenyum dan meremas tanganku. "Aku tidak masalah Di. Aku senang mendengarmu jujur. Aku menghargai kekhawatiranmu, tapi kamu tidak usah takut. Aku tidak akan pernah pergi darimu, Di. Tidak akan. Terlebih tangan ini sudah bisa ku genggam seerat ini dan tidak akan ku lepas."

Aku melongo mendengar keputusan Suga. Sejak tadi dia mampu membuatku terkejut-kejut. Ya, tadi aku memutuskan untuk menceritakan 'kebodohan di masa lalu' ku itu dan jawaban mengejutkan Suga mampu membuatku tak berkutik.

Aku kira dia akan pergi dan memandangku rendah, namun nyatanya sampai sekarang dia masih tinggal sehingga kami bisa duduk bersisian seperti ini.

Aku bahkan berulang kali menyuruhnya untuk memikirkan apa yang di ucapkannya itu dan beberapa detik lalu dia kembali mengatakn jawaban yang sama atas pertanyaan yang aku lontarkan tadi.

Ia berhak memilik, antara pergi atau tinggal.

"Suga ini bu-" ucapanku kembali di sela.

"Dari awal aku menerima kamu apa adanya, Di. Apa yang ada di diri kamu, aku terima. Aku tidak menuntut kamu untuk sempurna. Aku mencintaimu tulus. Menyukaimu tanpa memandang apapun. Aku menyukai kepribadianmu, menyukai apa yang ada di diri kamu. Karena itu aku memilih kamu Di. Dari awal." Dia tetap mempertahankan senyumannya dan menatapku penuh meyakinkan. "Aku tidak mempermasalahkan masa lalu mu. Karena setiap kita memiliki masa lalu sendiri-sendiri. Ada yang mengalami hal baik dan buruk."

"Di, kamu hidup bukan untuk masa lalu tapi untuk masa sekarang dan depan. Karena itu, dimasa kini kamu mulai dari awal. Apa yang perlu di perbaiki di perbaiki dan apa yang perlu di hias, di hiaslah." Suga mencium tanganku. "Jangan kamu lupakan. Di masa sekarang ada aku, Dia. Jadi ajak aku untuk memperbaiki masa sekarang dan masa depanmu. Mari kita bersama-sama berjalan ke depan. Menghadapi susah senang bersama saling bergenggaman tangan seperti ini?"

Lidahku kelu mendengar setiap kata yang keluar dari bibir Suga. Airmataku tanpa diminta menetes begitu saja. Di antara kekhawatiran yang masih menyelimuti hati, ada secercah rasa haru di dalam sana.

Sudah berapa banyak aku melukai perasaan pemuda di depanku ini? Orang yang memberanikan diri mengajakku berjalan bersama ke depannya.

Aku tidak bisa begini terus. Aku tidak bisa memungkiri bahwa masalalu itu bagian dari masa depanku. Apa yang aku jalani di masalalu akan bersambung di masa depan. Lalu semua ini akan sia-sia. Aku hanya akan mengecewakan Suga.

"Jangan khawatirkan apa yang belum benar-benar terjadi, Dia dan aku tidak akan pernah melakukan apa yang kamu khawatirkan itu. Aku tidak akan pernah meninggalkanmu." Suga menyeka airmataku dan merapikan rambutku yang diterbang angin. "Trust me, Andia Anaya".

Aku menatap mata elang milik Suga dan mencoba mencari keyakinan lebih di dalam sana, perlahan aku mengangguk. Apa boleh buat. Aku hanya harus mencoba dan belajar menerima apa yang akan terjadi ke depannya.

Meskipun aku tahu masa lalu akan selalu mengikuti masa depan. Namun bukannya memusuhi, aku harus menerimanya. Belajar untuk berdamai dengan diri sendiri yang berada di masa lalu, maka dari itu apapun yang terjadi nantinya, aku akan baik-baik saja.

Sekali lagi aku mengangguk, menerima tawaran Suga. Aku harus berdamai dan dengan itu aku bisa bersama pemuda yang ku cintai tanpa takut bumbui penyesalan lagi.

Suga tersenyum dan menarikku dalam pelukannya. Setetes airmata mengalir di wajahnya.

"Penantianku tidak sia-sia, Dia. Sungguh aku mencintaimu."

Aku mengangguk dalam tangis di pelukannya. Aku percaya bahwa dia mencintaiku dan aku pun begitu.

Benar. Apa yang menjadi milikmu akan kembali lagi padamu. Bagaimanapun caranya. Apapun yang telah di alaminya. Jodoh memang tidak akan kemana.

×××

Malam minggu pertama untuk hubungan kami, Suga tidak lagi mau menurutiku untuk membawaku ke warung Rendi dan begitu pula aku kali ini tidak memaksakan kehendak untuk ke tempat itu.

Aku tersenyum lebar. Malam minggu yang indah, di mana Suga membawaku ke tempat yang palingku sukai. Tempat yang paling damai dan tentram. Pantai.

Aku tertawa ketika ombak mengejar langkahku. Membasahi kaki yang di penuhi oleh pasir pantai. Sesekali aku mengejar kepiting yang berlarian. Aku menikmatinya.

Aku mendongak dan melambai pada Suga yang berdiri tertinggal di belakangku. Dia balas melambaik seraya tersenyum aku berlari menghampirinya.

Dia mengacak rambutku. "Sudah mainnya?"

Aku tertawa lalu mengangguk. Sudah lama aku tidak menikmati moment seperti ini terlebih bersama orang yang aku cintai.

Suga berjogkok lalu meletakkan sendal dan memasangkannya di kaki ku setelah ia menyiraminya dengan sebotol minuman.

Aku hanya diam menerima perlakuan yang memang selalu ia berikan apa adanya padaku.

"Thanks, Suga," bisikku yang langsung ia bawa ke dalam pelukannya.

"Apapun yang membuatmu bahagia akan aku lakukan, Di. Jangan berterimakasih, karena itu kewajibanku."

Aku mengangguk. Suga mencium puncak kepalaku setelah itu aku melepaskan pelukan kami. Menatapnya dengan senyum bahagia.

Suga mencubit hidungku. "Kamu kenapa?" tanyanya gemas. Aku menggeleng.

Suga terkekeh dan melangkah ke depan mengambil sebuah kerang yang terlihat cantik putih.

"Jika kamu diberi kesempatan bertemu lorong waktu, apa yang kamu lakukan?"

Aku menatap Suga yang berdiri kokoh di hadapanku dengan balutan jaket kulit coklat yang hangat sambil memperhatikan benda di tangannya.

"Kembali ke masalalu," jawabku singkat.

"Kenapa?"

"Karena bagiku, masa depan berawal dari masalalu."

Dia menoleh dan kembali tersenyum. "Sayangnya aku tidak bisa memberikan kamu lorong waktu yang akan membawamu ke masa lalu, tapi aku bisa memberimu kesempatan untuk bisa memperbaiki diri di masa ini dan bahagia," ujarnya panjang lebar seraya berjalan mendekat dan memberikan padaku bintang laut yang di pegangnya.

Aku mengangguk."I'm waiting for it, Suga!"

"Kamu tidak perlu menunggunya, tapi menikmatinya."

Suga meraih jemariku dan menggenggamnya erat.

Cekrek.

Sebuah gambar berhasil di abadikan. Potret pertama untuk aku dan Suga dengan senyum yang mereka indah dan mata yang memantulkan cahaya cinta yang bahagia.

Moment yang tidak akan terlupakan telah diabadikan dengan potret yang sempurna.

Dan jika boleh mengutip perkataan Tatya, 'maka nikmat tuhanmu manakah yang kamu dustakan?'

Ya, benar. Nikmat mana lagi yang harus aku dustakan?

×××

Huaaa....

Keylar mak. Kelar juga. Jika ada yang bertanya padaku, apa hal yang tersulit dalam membuat cerita yaitu menentukan opening dan penutupnya.

Bagiku, opening haruslah di buat sebaik mungkin agar di minati para reader's dan penutup menentukan seberapa berhasilnya kamu menyelesaikan cerita itu dengan alur yang mengalir.

Penutup adalah tolak ukur bukti bahwa readers menyukai ceritamu atau tidak. Karena para pembaca ceritamu akan memberikan respon yang luar biasa di setiap akhir cerita. Mereka akan mengeluarkan unek-uneknya selama cerita berlangsung di sana.

Sekiranya begitu pendapatku dan mungkin pendapatmu berbeda?

Semoga suka dan jangan lupa untuk klik suka dan tinggalkan komentar ya.

Love guys😘😘

3 Nov 19
#Lc

Continue Reading

You'll Also Like

748K 6.6K 20
WARNING 18+ !! Kenzya Adristy Princessa seorang putri terakhir dari keluarga M&J group yang diasingkan karena kecerobohannya. Ia hanya di beri satu...
330K 96 9
FOLLOW AKUN INI DULU, UNTUK BISA MEMBACA PART DEWASA YANG DIPRIVAT Kumpulan cerita-cerita pendek berisi adegan dewasa eksplisit. Khusus untuk usia 21...
SCH2 By xwayyyy

General Fiction

133K 18.4K 48
hanya fiksi! baca aja kalo mau
My sekretaris (21+) By L

General Fiction

335K 3.2K 22
Penghibur untuk boss sendiri! _ Sheerin Gabriella Gavin Mahendra