Ten Rumors about the Mute Girl

fibiway tarafından

264K 26.8K 2.3K

Orang-orang bilang ada gadis bisu di rumah itu. Dan akhirnya aku tahu bahwa itu benar setelah kejadian dimana... Daha Fazla

0.0 | copyright
epigraph
prologue
1 | people said, the house is haunted
2 | people said, she is from the other city
3 | people said, the carpenters have often moved house because 'she' is mute
4 | people said, they are anti-social family
5 | people said, Julia is a whiny girl
6 | the beginning
7 | the warming party
8 | why Mrs. Carpenter gets mad?
9 | the taro flavor
10 | Seth, the stalker
11 | Seth and the truth
12 | why Mrs. Carpenter gets mad? (pt.2)
13 | a middle-aged man asked us about the Carpenters' house
14 | what the hell?
15 | she; a gone girl
16 | ten rumors about the mute girl and her family
17 | Mom said that she will try
18 | but Mom never trying
19 | the Carpenters' truth
20 | a girl who was slapped
21 | what happen; why Penelope calling?
22 | Julian
24 | stupidity
23 | a big confusion
25 | a stranger
26 | he is the hero, again
27 | Herbert Carpenter
28 | she said she really sorry for her father
29 | the day with them
30 | a ticket, to Iceland
31 | me, and the sun, and the girl-who-will-go to reach her dream
32 | the truth, but not the whole truth
33 | the truth happened later, i think it's the end
34 | too late to say goodbye
35 | everything's back to normal, like when the girl has not come yet
36 | new neighbor, isn't it?
37 | yeah, they are gone
38 | a diary
39 | page 1, 30 November
40 | page 2, 3 December
41 | page 3, 10 December
42 | page 4, 12 December
43 | page 5, 15 December
44 | page 6, 28 March
45 | page 7, 30 March
46 | page 8, 31 March
47 | page 9, 3 April
48 | page 10, 30 May
50 | "...until it teaches us what we need to know."
epilogue
[ author's note ]

49 | "nothing ever goes away..."

1K 184 12
fibiway tarafından

Sabtu pagi, sehabis sarapan, Herbert Carpenter meneleponku lewat nomor pribadi. Pria itu sempat mengucapkan selamat pagi dari seberang sana sebelum kutanyakan ada apa dan kenapa ia menelepon pagi-pagi.

"Tidak ada apa-apa Jason, aku hanya ingin berbicara denganmu untuk terakhir kalinya."

Otakku heran mengapa Herbert Carpenter berkata demikian seolah-olah dia tahu tentang takdir yang mengatakan bahwa kami mungkin akan berpisah dan tidak akan bertemu lagi. Maka, kutanyakan padanya dengan penuh kekhawatiran yang melanda, "Apakah Anda baik-baik saja, Tuan?"

Hening sejenak, mungkin jika kini aku berhadapan dengan Herbert Carpenter, mungkin, memang terjadi sesuatu dengannya. Itu sebabnya dia menelpon, karena tidak mau aku mengetahuinya secara langsung padahal rumah kami hanya bersebelahan.

"Dengar, ada satu hal yang belum kukatakan padamu tentang istriku."

"Apa itu?" tanyaku. Hening lagi, namun aku masih menunggunya—lanjut bicara—dengan tetap membungkam mulut, menghitung detik-detik angka di layar ponselku yang terus berjalan.

Lalu akhirnya ia berkata, "Kau tahu apa itu bipolar disorder?"

Astaga ... Bipolar disorder ... Itu gangguan kejiwaan yang menyebabkan penderitanya mudah sekali berganti suasana hati.

"Ya, sedikit tahu," jawabku kemudian. Perasaanku mendadak tidak nyaman. Ada semacam dugaan kecil mengenai penyakit kejiwaan itu serta merta kaitannya dengan Olivia Carpenter. Apakah benar wanita itu....

"Dia penderita bipolar."

"B-bagaimana Anda bisa mengatakannya?"

"Kutemukan surat keterangan dokter. Surat itu dibuat Januari lalu, dan itu asli."

"Aku tidak—aku tidak menyangka...."

"Aku sering mendapatinya begitu bahagia ketika bersamaku. Ia memperlihatkan wajah penuh kebahagiaan setiap kali berhadapan denganku."

Herbert Carpenter berhenti bicara dan aku belum akan meresponnya karena kuyakin sekali dengan nada akhir bicaranya yang menggantung itu, ia belum menyelesaikan ceritanya. Kutunggu selama hampir lima detik, namun ia masih belum melanjutkan hingga akhirnya kuputuskan untuk mengecek apakah ia masih di sana.

"Tuan Carpenter?" panggilku.

"Jason ... Aku juga sering mendengarnya menangis sendirian di kamar ketika aku pulang larut malam. Isakannya sangat dalam, menusuk, dan berarti. Pertama kali kudapati ia menangis malam-malam, kupikir itu hanya akan berhenti di situ dan tidak akan berkelanjutan. Namun aku salah; malam-malam sesudahnya, ia tetap seperti itu. Kemudian, dia mulai membuka diri; ia mau membicarakannya. Diceritakan padaku bahwa ia punya masa lalu yang kelam."

"Akhirnya, kumaklumi perbuatannya perlahan-lahan. Dirinya yang sering emosional pada Julia kuanggap sebagai hal yang wajar."

"Apakah Anda pernah melihatnya melakukan kekerasan kepada Julia?" tanyaku akhirnya.

"Pernah sekali, ketika Olivia benar-benar marah dan ketakutan sewaktu Julia mencoba kabur. Tapi waktu itu, aku hanya bisa membayangkannya sebagai hal yang wajar karena aku tidak tahu yang sebenarnya terjadi di antara mereka."

"Apakah ... Apakah Julia juga ... Punya bipolar disorder?"

"Kurasa tidak. Gadis itu jarang menunjukkan gejala-gejala seperti perubahan emosi yang drastis."

Kuhembuskan napas, lega mendengar pernyataan bahwa Julia tidak kenapa-napa (dalam artian, gadis itu normal). Tidak bisa kubayangkan apabila Julia menderita gangguan emosi seperti ibunya, apa yang kira-kira qkan terjadi dengan mereka berdua? Bisa-bisa rumah mereka akan meledak berhari-hari kalau mereka terus emosi dan bertengkar. Ah, bodohnya, mendadak aku menjadi merindukan Julia, sialan.

"Menurut Anda, mengapa Julia mencoba kabur?"

Pertanyaanku mengambang begitu saja di udara ruangan kamarku. Seketika hening sejenak karena Herbert Carpenter dari seberang sana tidak berkata apa pun.

"Tuan? Kau masih di sana?"

"Ya—eh, entahlah Jason, aku tidak tahu alasannya. Julia bukan putri kandungku."

Mendengar ia berkata pasrah seperti itu, aku langsung menyahut, "Tapi setidaknya Julia telah menjadi bagian dari keluargamu."

"Aku tidak begitu akrab dengan Julia, Jason."

"Julia gadis yang baik, Tuan. Anda tahu itu."

"Ya, dia gadis yang baik...."

"Tuan? Anda tidak apa-apa?"

"Tentu saja. Maaf aku harus segera pergi, Jason. Kalau kau melihat keluar sekarang, aku sudah di mobil."

"Anda pergi bekerja?"

"Aku akan kembali ke Minnesota lagi, dan menetap di sana."

"Mengapa begitu?" tanyaku.

"Karena di sini tidak tersisa apa-apa lagi."

Telepon ditutup dari seberang, menyisakan nada terputusnya panggilan telepon di ponselku. Buru-buru aku berlari menuju jendela kamarku, menyibakkan gorden penutupnya. Sial, aku tidak melihatnya. Halaman depan rumah Herbert Carpenter tertutup bangunan rumah dan aku hanya bisa melihat sisi samping tembok rumah itu. Tanpa pikir panjang aku langsung turun melalui tangga dan berlari menuju pintu depan. Aku mendengar deru mesin mobil yang dinyalakan dari sisi kanan rumahku begitu aku mencapai ambang pintu.

Herbert Carpenter telah menyalakan mobilnya dan langsung melaju, pergi meninggalkan rumahnya, meninggalkan Bloomington tanpa sempat kupanggil ia untuk berhenti. Kini aku mematung di halaman rerumputan, menyaksikan mobil pria itu yang perlahan mengecil di kejauhan, melintasi lurus dan sempitnya Jalan Fess sebelum akhirnya menghilang di persimpangan Jalan Henderson. []

Okumaya devam et

Bunları da Beğeneceksin

111K 15K 33
(CHICKLIT-MYSTERY-comedy) Rate: 16+ (kissing scene, bad words, adult jokes) Ada tiga hal yang harus diketahui setiap orang di dunia. Pertama, kepingi...
37.9K 8.7K 36
[Pemenang Wattys 2022 Kategori Misteri/Thriller] [Follow author, ya. IGnya juga boleh. @iyoniae] "Arini enggak mungkin kabur. Dia diculik. Dan, aku t...
127K 19.5K 53
Netta buta warna parsial merah-hijau. Dunia Netta seakan runtuh. Cita-citanya masuk jurusan DKV terancam kandas. Beruntung dia bisa memalsukan surat...
30.4K 2.8K 23
Dalam diriku mengalir sungai panjang, darah namanya. Dalam diriku menggenang telaga darah, sukma namanya. Dalam diriku meruak gelombang suara, hidup...