Jodoh Sang Duda

By Eria90

37.5K 1K 160

- Sudah tersedia di google play - Zona dewasa Sekuel Takdir Cinta Sebagai makhlukNya, tentu kita tidak akan... More

๐ŸProlog๐Ÿ
๐ŸDua๐Ÿ
Promosi

๐ŸSatu๐Ÿ

427 30 0
By Eria90

Nggak tau apakah masih ada yang minat baca cerita ini. Tapi, karena cukup banyak yang minta cerita ini di publish sampai tamat, maka saya akan mempublish cerita ini. Tapi saya nggak janji bisa sering update cerita ini.

Salam dari penulis amatir yang hari ini posting ceritanya kemalaman.
                                                    
🍁🍁🍁
                                                    
"Pokoknya om mesum harus tanggung jawab."

Fari menghela napas panjang sambil terus menatap lurus ke depan, tidak ingin hanya karena meladeni ucapan kekanakan gadis yang duduk di sampingnya, mereka akan berakhir di rumah sakit. Masih untung kalau mereka masih hidup, kalau nyawa melayang saat itu juga, bisa gawat jadinya. Fari tidak akan rela meninggalkan putrinya sebelum ia melihat anaknya itu menemukan kebahagiaannya.

"Kalau om mesum nggak mau tanggung jawab, nanti aku laporin ke pak polisi, biar om mesum ditangkap sekalian."

"Laporkan saja." akhirnya Fari bersuara setelah menghentikan mobil yang dikendarainya di pingging jalan.

Ayah satu anak itu sedang kesal. Hari minggunya yang tenang, yang ingin dihabiskannya bersama keluarga serta anaknya malah dikacaukan oleh gadis yang duduk di sampingnya itu dengan datang ke rumah sang ayah dan meminta pertanggung jawaban darinya. Untung saja setelah penjelasan yang cukup panjang, akhirnya orang-orang yang Fari kasihi itu percaya kalau ia tidak pernah melakukan apapun kepada gadis bernama Chayra Nadhifa itu.

Tatapan tajam Fari melembut kala melihat gadis kecil di sampingnya itu menunduk dan memilin jemarinya. Entah karena apa, tiba-tiba saja Fari merasa kasihan pada gadis asing itu. Saat menunduk begitu, Fari seakan bisa merasakan ada aura kesedihan dan mungkin takut yang mengililingi gadis itu.

"Umur kamu berapa?" suara Fari sudah terdengar biasa saja, tidak ada nada kesal ataupun marah.

"Mau jalan 17... " jawab Ifa seraya mengangkat kepala, menatap pria di sampingnya dengan ekspresi cemberut. "Lagian, kenapa sih om mesum nanyain umur umur aku segala? Mau ngalihin perhatian ya, biar aku nggak jadi ngelaporin om mesum ke pak polisi?"

Kembali Fari menghela napas panjang. Ia sangka gadis itu akan menjawab lembut sebagaimana dirinya, tetapi kenyataannya gadis itu malah kembali bersuara keras padanya.

Tunggu dulu

Berapa umurnya tadi?

17 atau mau jalan 17?

Ah iya... mau jalan 17, katanya

Seketika Fari melotot setelah mendengar suara-suara gaib di kepalanya. Tanpa sadar tatapan Fari memindai keseluruhan diri gadis bernama Chayra Nadhifa itu. Mulai dari puncak kepala sampai ke ujung kaki. Meski bertubuh pendek, tapi gadis bersuara cempreng ini bisa dibilang memiliki aset yang cukup besar, karena ia pernah tanpa sengaja merasakan gundukan membukit di dada gadis yang sekarang tengah cemberut membalas tatapannya.

Cemberut

Kenapa harus cemberut segala?

"OM MESUM KURANG AJAR! KATANYA NGGAK MAU TANGGUNG JAWAB, TAPI MALAH MANDANGIN SUSUNYA AKU. MINTA DIHAJAR YA, OM INI!"

Oh... ok, Fari mengerjapkan matanya lamat-lamat seraya membuang pikiran mesum dari benaknya. Rupanya tanpa Fari sadari, ia telah lancang memandang salah satu aset berharga milik gadis itu.

"Tanggung jawab, om!" Ifa ngotot dengan niatnya saat mendatangi rumah orang tua pria dewasa yang duduk di balik kemudi itu.

"Saya ini sudah tua, nona, nggak cocok kalau harus menikahi perempuan yang bahkan belum punya KTP seperti kamu. Lagi pula, saya tidak menghamili kamu, jadi maaf saja, kamu salah kalau berpikiran bisa memperalat saya."

"Memperalat apanya?" nada suara Ifa terdengar tak suka saat secara tersirat dikatakan ingin memanfaatkan pria dewasa di sampingnya itu. Meski memang ada niat lain saat ia meminta pria bernama Ghifari Biantara itu menikahinya, tetapi bukan niat jelek. Sebenarnya Ifa hanya ingin...

"Kalau bukan punya maksud tertentu, apa lagi memangnya? Kamu datang ke rumah papa saya, lalu mengatakan hal menggelikan seperti itu." pungkas Fari menyuarakan pemikiran yang masuk akal menurutnya. "Dan ngomong-ngomong, darimana kamu tau alamat rumah papa saya? Kita cuma ketemu sekali, itupun tidak sengaja. Jadi, tidak mungkin kamu bisa tau rumah papa saya dimana."

Setiap kata-kata yang diucapkan penuh kecurigaan tersebut, membuat Chayra Nadhifa terdiam. Dalam benaknya yang paling liar, bisa-bisa ia berurusan dengan polisi andai jawaban yang ia berikan tak memuaskan bagi pria yang saat ini menatap tajam padanya itu.

Namun, jika Ifa tetap kekeuh berbohong, maka tabungan dosanya di akhirat sana akan semakin berat. Kalau begitu, ia tidak lagi memiliki kesempatan untuk bersua dengan mendiang ayahnya di surga.

"Hah... kok malah ngelantur kemana-mana sih, pikirannya." ucap Ifa dalam hati.

"Chayra Nadhifa, kalau kamu masih tidak mau menjawab dengan jujur pertanyaan saya, saya akan laporkan kamu ke polisi karena sudah berbuat keributan di rumah papa saya!" ancam Fari balik, tak sepenuhnya besar, hanya sekedar menggertak supaya Ifa tak merangkai kalimat bohong di depannya.

"Jangan, om. Iya deh, aku bakalan jawab dengan jujur." desah Ifa menyerah kalah. "Waktu itu, aku ngikutin om mesum dari belakang. Mulai dari taman, trus sampai ke rumah tadi."

Tak ada satupun kata yang bisa ucapkan selain tatapan mata yang menajam. Gadis belia yang ngotot minta dinikahi olehnya itu benar-benar menguji batas kesabarannya hingga ke tingkat tertinggi. Sudah datang ke rumah ayah dengan mengatakan hal-hal menggelikan, sekarang dia malah mengakui jika dirinya adalah penguntit.

Belum pernah dalam hidupnya Fari bertemu dengan orang yang tingkahnya sangat aneh begini. Meski tak Fari pungkiri, gadis bernama Chayra Nadhifa yang berusia amat belia nyatanya memiliki bentuk tubuh seperti wanita dewasa.

"Om mesum, mau ya nikahin aku? Hitung-hitung beramal sama anak yatim, om."

Fari menggeleng. Tidak ingin menanyakan pertanyaan apapun yang saat ini ada di benaknya. Ia tidak ingin mengetahui lebih banyak lagi mengenai gadis itu. Biarlah apapun itu berakhir detik ini juga. Karena setelah hari ini, mereka tidak akan pernah bertemu lagi.

"Sebaiknya saya antar kamu pulang sekarang. Dan tolong, jangan pernah datang ke rumah papa saya lagi. Dan ini adalah pertemuan terakhir kita. Kalau kamu nekat, saya laporkan kamu ke polisi karena sudah memata-matai saya, kamu mengerti, 'kan?"

Setelah anggukan tanpa daya dari kepala gadis itu Fari lihat, maka ia kembali menghidupkan mesim mobil, lalu segera mengendarainya menuju alamat rumah yang tadi disebutkan oleh gadis aneh itu.

                                                   
🍁🍁🍁

                                                        
Kedua wanita cantik itu tampak menikmati menu makanan yang mereka pesan. Di restoran yang mereka datangi ini, memang terkenal akan cita rasa masakannya yang bisa menggoyang lidah. Pantas saja setiap harinya selalu banyak pelanggan yang datang ke sana.

Evelina Rafani sesekali berbincang akrab dengan kenalan lama yang sudah dianggap seperti kakak sendiri. Memiliki paras yang cantik dan tubuh aduhai, membuat temannya itu digilai banyak pria yang terus mencoba mendekatinya. Bahkan sampai saat ini, di saat wanita itu sudah berhijrah, masih saja para pria akan menatap dua kali padanya.

Sudah lama tidak bertemu, Evelina dibuat pangling dengan penampilan temannya itu. Masih tetap cantik, namun membuat hati tenang saat melihat penampilannya.

Meski jarak usia mereka terpaut cukup jauh, saat berbicara dengan temannya ini, jarak usia diantara mereka seakan tak ada artinya.

"Ngapain kamu ngeliatin aku sampai segitunya, Lin? Kamu nggak lagi naksir sama aku, 'kan?"

Lina melempar temannya yang sedang tersenyum usil itu menggunakan gumpalan tisu sisa mengelap mulutnya tadi, yang tentu saja temannya itu mengelak, hingga gumpalan tisunya menggelinding di lantai.

"Sembarangan kalau ngomong. Biar janda begini, aku doyangnya masih sama yang batangan." sangkal Lina tak terima.

"Ya habisnya kamu mandangin aku sampai ngeces gitu. Siapa juga yang nggak berpikir ke arah sana." si wanita yang tampak anggun dengan gaun muslimahnya itu mengedikan bahu santai, namun tetap mempertahankan senyum usil di bibirnya.

"Ya udahlah, nggak usah ngebahas yang nggak mutu gitu." Lina mengibaskan tangannya, tidak mau meladeni sikap usil seorang Sasa, yang saat mereka masih tetanggaan dulu suka sekali mengusilinya. "Gimana kabar kamu, sekarang? Lama nggak ketemu, penampilan kamu kok bisa beda banget? Jangan bilang kalau ada ustad yang mau nikahin kamu, makanya kamu bisa berubah kayak gini?" tanyanya dengan tatapan menelisik.

Senyum usil di bibir wanita yang selalu dipanggil Sasa oleh orang-orang yang mengenalnya itu luntur, berganti seulas senyum yang hanya ia sendiri yang tahu apa arti di balik senyumnya itu. Tak ada lagi binar jahil di matanya kala ia menjawab, "Kabar aku baik-baik aja, Lin. Seperti yang kamu liat sekarang. Dan jangan bilang perubahan yang aku lakukan karena ada ustad yang nikahin aku. Nggak akan ada lelaki baik-baik yang mau nikahin aku kalau dia tau mengenai masa laluku."

"Sasa... maaf, aku nggak maksud nyinggung perasaan kamu. Aku nggak ada maksud apa-apa, cuma sekadar tanya aja tadi. Jangan marah ya, aku nggak mau kehilangan satu-satunya teman yang masih mau ngehubungin aku setelah aku jadi janda. Ada sih satu, tapi udah pindah ke luar kota." cepat Lina mengucapkan maaf, tidak ingin temannya itu marah.

"Nggak ada yang perlu dimaafkan, lagian kamu nggak salah apa-apa sama aku." senyum tulus tersungging di bibir Sasa. "Nasib kamu jauh lebih baik ketimbang aku dong. Soalnya setelah aku nggak lagi menggeluti pekerjaan aku yang lama dan merubah penampilan seperti ini, nggak ada lagi orang yang mau beramah tamah sama aku."

Evelina merasa prihatin kepada Sasa setelah mendengar apa yang temannya itu katakan. Bukan hanya ia saja yang bernasib malang di dunia, ternyata Sasa juga mengalami nasib yang serupa, bahkan mungkin saja lebih parah darinya.

"Eh Lin, aku dengar kamu udah punya anak, benar nggak tuh, kabar yang aku dengar?" tanya Sasa cepat karena tak ingin ada yang mengasihaninya. Akan tetapi, sepertinya ada yang salah dengan pertanyaan yang ia ajukan, karena ekspresi Lina jadi tak sedap dipandang. "Kenapa? Ada yang salah ya, sama pertanyaan aku?"

Evelina menggeleng. "Nggak ada yang salah."

"Trus kenapa muka kamu jadi nggak enak diliat gitu?"

"Nggak enak, gimana?"

"Ya itu, kayak orang lagi nahan marah, kesal, sedih dan kalau aku boleh nebak, kamu juga kayak orang lagi nanggung banyak masalah." Sasa memaparkan apa yang bisa ia nilai dari ekspresi di wajah Lina. "Kamu tau, Lin, biar udah lama nggak ketemu, tapi aku masih bisa jadi tempat curhat buat kamu. Sama kayak dulu, waktu kita masih kuliah. Aku ini bisa kamu anggap kakak yang siap dengerin segala keluh kesahmu. Jadi, jangan sungkan ya sama aku." tambah Sasa lagi, agar Lina mau membagi beban dengannya.

Untuk beberapa menit lamanya, Lina hanya terdiam seraya menatap kosong jalinan kedua tangannya yang ia letakan di atas meja.

Pikirannya mulai berkelana ke beberapa tahun silam, saat ketukan palu hakim memisahkan Lina dengan pria yang ia cinta. Kemudian, datangnya Azka, anak yang dibuangnya sedari lahir itu ke dalam hidupnya.

Masalah yang silih berganti datang menghampiri hidupnya, pernah membuat Evelina hampir berputus asa sampai berniat mengakhiri hidupnya. Namun ancaman yang diberi oleh ayahnya membuat ia tak berdaya. Meski begitu, setelah hampir lebih dari 3 tahun tinggal di bawah atap yang sama, Evelina tetap tidak bisa sepenuh hati menyayangi anak yang ia lahirkan dari hasil hubungan berlandas nafsu dengan seorang pria.

"Lin... "

Evelina mengerjapkan mata setelah mendengar suara Sasa merasuki pendengarannya. Setelah mengatur ekspresinya agar terlihat tenang, Evelina kembali menegakan kepala untuk membalas tatapan Sasa yang terlihat mengkhawatirkan dirinya.

"Aku nggak apa-apa, Sa, jadi nggak usah sampai sekhawatir itu." ucap Evelina kalem. "Mengenai anak yang kamu tanyakan tadi, memang benar aku memiliki seorang anak." jawabnya berusah terlihat biasa saja.

"Lalu, dimana anak kamu sekarang?"

Kembali senyum tanpa makna terbentuk di bibir Evelina saat menceritakan, "Papa menyekolahkan dia di sekolah asrama. Papa tahu, kalau anak itu ada di rumah, dia akan disiksa mama dan diabaikan olehku."

Mata Sasa membelalak terkejut. Tidak menyangka akan mendengar temannya mengatakan hal seperti itu.

"Nggak usah kaget gitulah, Sa, mukanya. Memang pada kenyataannya aku belum bisa menerima kehadiran anak itu, walaupun dia lahir dari rahimku."

"Serius, Lin, anak kamu sendiri loh itu, kok tega sih kamu abaikan kehadirannya? Jangan sampai kamu nyesal, Lin, kayak mendiang teman aku, yang sampai mati, dia nggak bisa ngakuin jati dirinya di depan anaknya sendiri." Sasa berdecih tak suka.

"Buat sekarang, aku nggak mau dipusingkan sama masalah itu, Sa. Yang aku pikirin itu, cuma gimana caranya bisa ngedekatin mantan suami aku lagi."

"Tapi Lin... "

"Udah ya, Sa, nggak usah ngebahas itu lagi." cepat Evelina memotong perkataan Sasa. "Karena kamu kakak sekaligus merangkap sebagai temannya aku, kamu harus mau ngebantu aku supaya bisa dekat lagi sama mantan suamiku itu. Aku masih cinta, Sa, sama dia, dan pengen rujuk sama dia."

Sasa menghembuskan napas kasar. Ia tidak mengangguk ataupun menolak permintaan temannya itu. Sasa tidak ingin kembali gegabah dalam melangkah, hingga mungkin saja berimbas buruk padanya. Biarlah dulu ia jadi pengamat, melihat apakah keinginan Evelina kembali kepada mantan suaminya itu benar dan tidak akan menyakiti orang lain?

                                                                   
🍁🍁🍁

                                                         

                                                       

                                                                        
🍁🍁🍁
Salam, eria90 🐇
Pontianak,-30-10-2022

Continue Reading

You'll Also Like

552K 4.3K 24
GUYSSS VOTE DONGG ๐Ÿ˜ญ๐Ÿ˜ญ๐Ÿ˜ญ cerita ini versi cool boy yang panjang ya guysss Be wise lapak 21+ Gavin Wijaya adalah seseorang yang sangat tertutup, ora...
8.8M 109K 44
(โš ๏ธ๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž๐Ÿ”žโš ๏ธ) [MASIH ON GOING] [HATI-HATI MEMILIH BACAAN] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] โ€ขโ€ขโ€ขโ€ข punya banyak uang, tapi terlahir dengan satu kecac...
398K 43.6K 26
Yg gk sabar jangan baca. Slow up !!! Bagaimana jika laki-laki setenang Ndoro Karso harus menghadapi tingkah istrinya yang kadang bikin sakit kepala. ...
241K 18K 43
Nara, seorang gadis biasa yang begitu menyukai novel. Namun, setelah kelelahan akibat sakit yang dideritanya, Nara terbangun sebagai Daisy dalam dun...