Rose In the Mist and Flame [...

By aurumsulistyani

289K 17.3K 1.1K

Update setiap hari Fantasy || Romance || Young Adult Grishold tempat di mana mimpi buruk hidup dan bernapas... More

Map
Trailer RITMAF
Siapa yang akan Rose Pilih?
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
12
13
14
15
16
17
18
19
20
VOTE COVER
O P E N P R E O R D E R

11

5.9K 669 27
By aurumsulistyani

Suatu hari mereka mengangkat piala bir di meja yang sama. Dan di hari yang lain mereka mengangkat pedang di bukit yang berjajar. Darah tumpah mengubah tanah cokelat dan rumput hijau menjadi warna merah gelap pertempuran.

Perang Briar hill, catatan sejarah Grishold 

Tiga hari sejak kematian Yeva hidupku jatuh ke dalam rutinitas yang sama. Aku bangun, Kaia menyiapkan air hangat untukku mandi, aku mengurus diriku sendiri, kemudian Afra, gadis pelayan baru yang menggantikan Yeva akan membawkanku sarapan. Pangeran akan datang beberapa menit untuk bicara padaku, memberi tahuku apa yang harus aku lakukan hari itu, siapa yang harus aku dekati, apa yang harus aku dengarkan, bagaimana aku bisa menemukan mereka. Lalu sore datang, Pangeran akan menjemputku untuk makan malam, kami akan berpura-pura menjadi pasangan yang dimabuk cinta, dan meninggalkan meja makan lebih awal. Kami akan kembali ke kamarku dan aku akan memberi tahu dia semua yang aku dengar hari itu. Setelah itu dia akan kembali ke kamarnya, dan aku sendirian.

Setiap malam setelah dia pergi aku akan menggosok belati yang berhasil diselundupkan Kaia untukku, memastikannya tetap tajam dan memolesnya dengan racun. Aku tidak tahu bagaimana Kaia berhasil mendapatkan hemlock, tapi aku senang dia mendapatkannya. Lalu di sela-sela waktuku yang lain, aku mencoba untuk memanggil hantu Pangeran Leander tapi sebanyak apa pun aku membisikkan namanya atau memikirkannya di kepalaku, dia tidak pernah muncul lagi. Hingga aku setengah percaya telah membayangkannya selama ini.

"Apa yang sudah kamu denger hari ini?" Pangeran menarik kursi ke samping ranjangku, duduk menungguku untuk mengisinya tentang apa pun yang telah aku pelajari.

"Tidak ada yang penting. Lord of Celdron berencana mengambil lebih banyak budak untuk tambang batu bara mereka. Tapi itu berita lama. Aku tidak mendengar apa pun tentang Cenesty dan meskipun Lord of Cenesty sendiri sepertinya gelisah, tidak ada rumor yang bocor keluar." Pangeran menggaruk dagunya, terlihat lelah. Dia tidak pernah memberi tahuku tentang keseluruhan rencananya kecuali bahwa dia punya sekutu di luar sana, menunggu waktu yang tepat untuk kudeta. Dan dia terus mendorongku untuk mendapatkan sesuatu yang berguna karena dia yakin Raja sedang menyiapkan sesuatu.

'Dia merencanakan sesuatu, aku tahu itu. Sesuatu yang besar dan berbahaya, aku sudah memperhatikan bagaimana akhir-akhir ini dia terus gelisah.' Pangeran memberi tahuku di suatu malam.

"Bukankah kau memiliki makan siang dengan Lord Aldebaron?"

"Aku punya tapi satu-satunya hal yang dia ocehkan hanyalah kekayaannya di Ryohan. Seolah dengan mengatakan itu aku akan melemparkan tubuhku ke ranjangnya." Aku praktis mengeluarkan itu dengan dengusan kesal. Lord of Ryohan harus menjadi pria terburuk sejauh ini. Bahkan Laksamana bisa menghargaiku. "Dia berani mengundangku ke kediamannya malam ini."

Pangeran memberiku pandangan tertarik. "Dan jawaban apa yang kamu berikan?"

"Bukankah itu jelas? Tentu saja aku menolaknya!" Aku tidak akan memikirkan bahkan sedetik kemungkinan aku akan menghabiskan malam dengan pria sepertinya. Teffa tahu apa yang akan terjadi di balik pintu tertutup.

"Kamu mungkin harus mempertimbangkan itu. Orang menjadi longgar di rumah mereka," ucapnya. Aku mengirimkan tatapan sedingin es yang membuatnya meringis.

"Kenapa tidak katakan saja, kamu ingin aku berakhir di ranjang bersamanya agar dia mengatakan semua yang aku ingin tahu setelah dia tinggi dari menggunakan tubuhku." Dia menunduk dengan malu, menatap ke jari-jarinya.

"Maafkan aku, bukan itu yang aku maksudkan." Aku hanya mendengus, masih jengkel bahkan meski aku merasakan penyesalan yang tulus darinya karena berani menyarankan itu.

"Lupakan saja itu. Apakah kau sudah mendengar sesuatu dari Kapten?" Dia kembali mengangkat kepalanya, kerutan di dahinya lebih dalam.

"Belum. Dia belum kembali dari Cenesty dan dia juga belum mengirimkan surat. Mungkin dia menemukan sesuatu yang penting yang menyita perhatiannya." Aku merosot kecewa ke kasurku. Aku sudah bertemu beberapa kali dengan Lis sejak yang terakhir kali tapi dia juga belum mendapatkan pembaruan informasi dari orangnya. Aku berharap Drake punya peluang lebih baik.

"Tidak bisakah kita pergi ke Cenesty? Aku
tahu ada yang salah di sana. Laksamana
mengisyaratkan itu dan hantu kakakmu juga." Rahangnya menegang dan punggungnya kaku saat aku mengatakan tentang hantu Putra Mahkota. Pernah suatu malam sebelum dia kembali ke kamarnya aku memberi tahunya tentang hantu Pangeran Leander, dia sangat marah, berpikir aku telah kehilangan akal. Tapi lebih dari itu aku tahu rasa sakit mencekiknya di dalam.

"Dewa tahu aku sudah mencoba, Rose. Tapi Ayahku tidak akan membiarkan aku pergi. Terakhir kali aku bicara dengannya tentang kunjungan ke Cenesty dia mengirimku untuk memeriksa Tananian. Jika aku bertanya lagi dia hanya akan mengirimku ke ujung yang lain."

"Lalu biarkan aku. Kirim aku ke sana." Sesuatu melintas di matanya dan dia menggeleng.

"Tidak. Kamu lebih berguna di sini."

"Fakta bahwa Raja tidak ingin kamu dekat hanya memastikan bahwa ada yang salah di sana. Kita harus menemukan apa itu." Aku berdiri dari ranjangku dan mulai berjalan mondar-mandir di sekeliling kamarku. "Katakan saja aku menginginkan sutra terbaik Cenesty dan kamu tidak bisa menolak keinginanku. Katakan kamu ingin menemaniku, jika Raja menolak, kirim seseorang bersamaku."

"Jujur saja Rose, aku tidak mau kamu pergi." Dia tidak menemui mataku saat mengatakan itu, memandang melewati bahuku ke tembok di belakangku. "Aku senang untuk sekali ini, aku bisa memiliki teman untuk berbagi. Drake mungkin temanku tapi bahkan bersamanya aku tidak bisa memberi tahu dia semua yang aku rasakan. Kamu satu-satunya orang yang tahu tentang bagaimana kakakku mati dan masih percaya aku mungkin tidak melakukannya."

Itu membuatku lengah, mataku melihat rasa frustrasi yang telah dia coba sembunyikan selama ini. Rasa sakit yang memarut wajahnya menjadi kesedihan yang gelap. Sejak dia kembali dari sayap penyembuh dia tidak pernah mengatakan apa pun tentang kematian Yeva. Dia menjaga setiap ekspresi di wajahnya tapi perasaannya selalu bocor padaku. Aku sadar bahwa apa yang dia lihat di sini hari itu, Yeva dengan darah yang bocor disekelilingnya membuat ingatan tentang kematian kakaknya kembali segar di kepalanya, menghidupkan kembali rasa bersalah yang dia coba lupakan. Aku kembali duduk di depannya, lutut kami bersentuhan, aku condong ke arahnya dan mengambil tanganya. Tidak pernah seumur hidupku aku membayangkan akan menghibur Pangeran, satu-satunya hal yang pernah aku bayangkan tentang dia sebelum mengenalnya adalah mengirimnya ke neraka dengan pedangku setelah aku mengirim ayahnya. Tapi di sini, aku melakukannya.

"Orang-orang bisa percaya apa pun yang mereka inginkan dan itu tidak akan membuatnya menjadi benar. Apa yang membuat itu benar adalah apa yang kita percaya." Dia balas menggenggam tanganku, menyelipkan jari kami untuk terhubung. "Bahkan jika benar kamu membunuhnya, semua penyesalan itu memberi tahu kita bahwa kamu tidak menginginkannya, itu bukan salahmu."

Dia ikut condong ke depan dan membawa tanganku ke bibirnya. Menciumnya sementara matanya terus memperhatikan wajahku. "Terima kasih Rosemary sudah mengatakan ini padaku."

Jantungku balap terhadap kedekatan di antara kami. Tiba-tiba aku terlalu sadar pada lutut kami yang menempel. Wajah kami yang telalu dekat dan napas hangat yang kami bagi. Aku berkedip sekali, memutus koneksi apa pun yang ada di antara kami beberapa saat yang lalu. Aku mundur dan dia melakukan hal yang sama, terlalu canggung untuk membentuk kata-kata di keheningan yang terjadi hingga akhirnya dia berdiri. Mengacak rambut hitam dengan jarinya, aku memperhatikan bagaimana rambutnya berkilau di bawah cahaya api, dan wajahnya setengah tertutup bayangan, menyembunyikan matanya yang memperhatikanku.

"Aku sebaiknya pergi ke kamarku."

"Benar," kataku.

Apakah itu kekecewaan yang melintas di wajahnya?

"Besok adalah Festival Musim Panas." Dia berhenti. Sekali lagi engacak rambutnya tapi kemudian menggeleng. "Mungkin Kapten akan kembali besok."

"Kita akan tahu nanti."

Dia mengangguk dan menawarkan senyum. "Selamat malam, Rose."

"Selamat malam, Yang Mulia," balasku dan dengan itu, perlahan senyumnya memudar.

***

Pagi berikutnya aku terbangun dengan langit bersih dari awan, udara manis, dan suasana tegang perayaan. Kaia sudah menyiapkan sebuah gaun putih, tergantung di dekat meja riasku yang akan aku kenakan ke upacara pemberkatan Dewi Heliaf pagi ini. Beberapa saat kemudian Kaia muncul menyiapkan air untukku.

"Selamat Rathúnas, Lady." Aku tersenyum pada Kaia, membuka laciku dan mengeluarkan pin emas yang aku dapat dari Lord Aldebaron kemarin.

"Untukmu juga Kaia, semoga berkat kemakmuran Heliaf mengikutimu." Aku menyematkan pin berbentuk daun dafna ke kain cokelat gaunnya. Itu berkilau saat cahaya mengenainya.

"Lady, Anda tidak bisa—"

"Aku bisa dan aku juga memiliki sesuatu untuk Afra, bisakah kau memberikannya?" Aku mengambil satu kantung penuh seal perak. "Katakan padanya untuk mengambil cuti dan bersenang-senang. Sekarang tinggalkan aku untuk mengurus diriku sendiri."

Begitu Kaia pergi aku mandi, mengenakan gaunku, tepat saat aku selesai ketukkan muncul di pintuku. Pangeran berdiri dengan tunik putih sederhana, untuk sekali ini dia tampak seperti rakyat Grishold pada umumnya.

"Aku berpikir untuk menjemputmu ke upacara pemberkatan. Kita bisa pergi begitu kamu siap."

"Kita bisa pergi sekarang lalu. Aku sudah selesai."

Dia menawarkan lengan, aku setengah memutar mataku tapi tetap mengambilnya. Seakan wanita tidak cukup pintar untuk berjalan tanpa bantuan seorang pria, pikirku.

"Selamat Rathúnas, Semoga Dewi Heliaf memberkatimu dengan banyak kemakmuran," ucapnya.

"Anda juga Yang Mulia," balasku, wajahnya berkerut. Aku menyeringai. "Dan aku terkejut kamu tidak berdoa agar aku diberkati dengan banyak bayi. Itu yang aku dapat setiap tahun saat Rathúnas sebagai seorang gadis."

Ingatan tentang Gavin menggodaku di setiap pagi Rathúnas membuatku rindu dengan rumah, dengan Dalia. Adikku akan memiliki hadiah untukku, kadang-kadang gelang dari tanah liat yang dia bakar sendiri, atau sapu tangan dengan sulaman inisial namaku. Ibuku akan memasak sesuatu yang layak untuk kami makan setelah upacara pemberkatan dan ayahku akan memberi tahuku bahwa aku selalu diberkati setiap hari, bukan hanya saat Rathúnas, dan bukan hanya oleh Dewi Heliaf, tapi semua Dewa dan Dewi yang menguasai tanah Grishold. Lalu saat matahari lebih tinggi aku akan berkuda bersama Gavin ke bukit-bukit batu giok, dia akan membawa lilin, sepotong roti, dan madu. Kami akan melihat jauh ke tambang, membuat janji untuk memperbaiki tanah tempat kami tinggal, kemudian dia akan bernyanyi untukku dan memintaku untuk meniup lilin, kami akan makan roti yang dia bawa dengan madu yang manis, tertawa karena percaya suatu saat semua akan menjadi baik. Tahun ini tidak akan sama.

"Aku tidak tahu kamu menginginkan bayi," balasnya bodoh.

"Aku kira pada suatu titik setiap wanita akan menginginkannya."

"Benar. Dan Kapten kembali semalam." Aku semua mendengarkan setelah itu. "Ada banyak cerita yang dia dengar, tapi semuanya tidak masuk akal."

"Tidak masuk akal seperti apa?" tanyaku. Pangeran mengangkat bahunya.

"Hampir semua orang di Cenesty bersumpah setidaknya pernah melihat hantu sekali, tapi ini, ini sesuatu yang lain." Dia berjalan lebih cepat memaksaku untuk berlari kecil untuk mengimbanginya. "Sosok manusia bayangan. Sesuatu dengan bentuk seperti manusia, dengan kaki dan tangan, jubah mereka gelap seperti malam, dan tidak ada daging dan tulang di tubuh mereka. Mereka seperti kegelapan yang memiliki bentuk, kegelapan yang berwujud. Dan ketika mereka muncul mereka membawa rasa dingin ke tulangmu, memberimu rasa takut dan putus asa, dan mengambil kewarasanmu. Beberapa orang yang tinggal dekat dengan Gate of Abyss bersumpah melihat mereka, beberapa lagi ditemukan mati persis seperti Yeva."

Tiba-tiba aku merasa dingin bahkan saat matahari membakar di langit. "Lalu kenapa tidak ada laporan tentang kematian itu?"

Pangeran melirikku, wajahnya suram. "Aku pikir ada, hanya saja Raja menjaganya tenang, kamu sendiri yang mengatakan Lord of Cenesty gelisah, mungkin karena ini."

"Apa makhluk itu? Jenis kengerian apa?" Otakku mulai bertanya, apakah itu bisa dibunuh? Jika ya, bagaimana caranya? Jika mereka hantu dan jenisnya bagaimana kita melawan mereka.

"Kita belum tahu. Awalnya Drake tidak percaya dengan rumor yang dia dengar hingga dia melihat sendiri makhluk itu sekali di malam pertamanya di Abyss. Dia mencoba mengikutinya tapi makhluk itu lenyap. Karena itu dia tinggal lebih lama di sana, tapi dia tidak pernah melihat hal itu lagi."

"Lalu apa yang kita lakukan?" Jika makhluk ini adalah apa yang direncanakan Raja, kami perlu mencari tahu apa yang dia inginkan dari mereka. Aku punya tebakkan yang tidak menyenangkan. Sebuah pasukan. Itu akan menjadi sempurna untuk memiliki satu pasukan yang membawa rasa takut dan putus asa, serta kegilaan.

"Kapten akan kembali ke Abyss setelah Rathúnas, mencoba untuk mendapatkan lebih bayak berita di sana."

"Lalu aku akan pergi bersamanya." Kami mencapai kuil Dewi Heliaf, kehangatan di sini menenangkan tulang-tulangku yang menggigil. Semua orang mengenakan gaun dan tunik putih berkumpul, membawa persembahan ke kaki patung sebelum pendeta mulai untuk nyanyian pemberkatan. Aku memotong rambutku dan meletakkannya bersama persembahan lain karena aku tidak memiliki barang yang benar-benar mililkku di sini. Pangeran melepas gelang kayu dari tangannya meletakkannya di kaki Dewi dan mundur. Kami berdiri berdampingan untuk berdoa, aku memohon berkat untuk keselamatan orang-orang yang aku cintai dari kengerian apa pun yang akan bangkit di tanah Grishold. Begitu kami selesai kami menepi memberi kesempatan untuk yang lain.

***

Pingin bikin QnA tentang RITMAF tapi takut kalau ga akan ada yang nanya :( menurut kalian gimana?

Continue Reading

You'll Also Like

1M 128K 73
***WATTYS WINNER 2021 KATEGORI FANTASI*** --- Setelah menikah dengan seorang duke paling berpengaruh di negaranya, Gwen harus berperang melawan intri...
1.6K 508 32
Bagi Aya yang hidup dengan "good girl syndrome", kebahagiaan orang lain adalah segalanya. Dia akan melakukan apa saja demi itu, termasuk mengorbankan...
1.3M 114K 33
Ares, mantan Dewa Perang dan juga seorang Titan yang berasal dari Planet lain, berkunjung kembali ke Bumi untuk kekasihnya. Namun ternyata mereka buk...
20.6K 1.4K 14
COMPLETED ✔ "hidup gua gini banget yah, jangankan ciuman.. pacaran aja gua belum pernah" - Yoojung "aku kabulkan satu permintaan" - Mimi peri :')