[END] [Markhyuck] 17 ! Not 24

By ChiiSalun

665K 78.6K 8.9K

Haechan seorang anak berusia 17 tahun tiba-tiba terbangun dan menemukan dirinya berusia 24 tahun. Bagaimana r... More

1. Prologue
2. Confused
3. Jaemin
5. Lucas
6. Home
7. Hospital
8. Getting to Know
9. Enemy
10. Beautiful
11. Real Problem
12. Accident
13. The Truth
14. James
15. Taeil
16. END
Sequel 1
Sequel 2

4. Mark

42.5K 5.8K 557
By ChiiSalun

MarkChan

Haechan terbangun dengan perasaan berat di hatinya. Dirinya masih berada di dalam kamar Jaemin, jadi benar dia masih belum bangun dari kejadian aneh ini. Jaemin sudah tidak ada di tempat tidur, itu artinya sahabatnya itu sedang menyiapkan sarapan. Akhirnya setelah sepuluh menit melamun Haechan memutuskan untuk keluar dari kamar Jaemin.

"Kau sudah bangun ? Sikat gigi dan cuci muka dulu sana" perintah Jaemin. Perkiraan Haechan benar karena ia melihat banyak makanan di atas meja makan.

"Kau ingin membuatku gemuk ?" tanya Haechan sambil menatap makanan di atas meja. Ada beberapa makanan kesukaannya.

"Kau sepertinya sangat sedih semalam dan hanya makanan yang akan membuatmu senang" Haechan tersenyum, apa yang ia lakukan di masa lalu sehingga memiliki sahabat seperti Jaemin ? Perlahan Haechan mengambil sumpit dan duduk di depan meja, tapi dirinya malah mendapat pukulan dari sendok yang ada di tangan Jaemin.

"Cuci muka dan sikat gigi, dasar jorok" perintah Jaemin galak.

"Iya iya eomma !" Haechan kembali bangkit dan berjalan ke kamar mandi. Setelah beberapa menit akhirnya Haechan selesai dengan urusannya dan kembali ke meja makan, Jaemin sudah duduk disana dengan sambil membaca pesan di hp nya.

"Mark hyung bilang dia baru bisa menjemputmu sebelum makan siang" Haechan hanya mengangguk pelan, berusaha terlihat tidak peduli pada apapun yang berhubungan dengan Mark.

"Tiba-tiba aku lelah" keluh Haechan. Jaemin menatapnya khawatir "tiba-tiba saja badanku panas, kepalaku sakit, dadaku sakit, mungkin aku harus ke rumah sakit, bagaimana ini ?" Jaemin melempar sendok yang sedang ia gunakan.

"Kau ini ingin menghindari atau bertemu dengan Mark hyung sih ? Dia kan kerja di rumah sakit!" ketus Jaemin.

"Oh iya" Haechan hanya berpura-pura bersikap bodoh lalu kembali memakan makanannya.

"Kau tau aku sangat bersyukur" ujar Haechan tiba-tiba, Jaemin melihat ke arah Haechan heran "kau, hubungan kita, rumahmu, adalah satu-satunya hal yang tidak berubah disini.. Terima kasih" Jaemin langsung berdiri dan berjalan ke arah Haechan lalu menyentuh keningnya.

"Jangan-jangan kau memang harus dibawa ke rumah sakit" Haechan menyingkirkan tangan Jaemin dari wajahnya dengan kasar. Sahabatnya ini benar-benar menyebalkan. Haechan sadar, dirinyalah yang tidak rasional disini, sekarang dirinya berumur 24 tahun dan yang pasti mimpi atau bukan ia harus menghadapi ini.

"Berbaikanlah dengan suamimu, aku tidak tau masalah kalian tapi ingat kata-kataku, percayalah pada Mark hyung apapun yang terjadi" Haechan hanya mengangguk pada perkataan Jaemin, karena percuma juga kalau ia menjawab lagi "good" lalu Jaemin kembali duduk dan memakan makanannya.

"Jisung bilang kau akan berkencan dengan Jeno malam ini" ujar Haechan. Tiba-tiba saja hatinya sakit, tentu saja hatinya sakit. Jaemin ini adalah orang yang disukai Jeno, tapi Haechan tentu saja tidak bisa menyalahkan Jaemin.

"Huh ? Ahhh iyaa ! Itu semua gara-gara dirimu kau tau" jawab Jaemin sebal. Sebenarnya Jaemin tidak menginginkan kencannya malam ini, tapi ia bisa apa sekarang ?

"Ahhh, maaf,, hanya saja......." Haechan tidak tau bagaimana ia harus bertanya pada Jaemin, tapi ia penasaran "setelah selama ini, Jeno masih menyukaimu ?" okee baiklah, Haechan tidak boleh menangis disini, disaat seperti ini, dalam kondisi seperti ini.

"Kau menanyakan ini untuk membuatku memikirkan menerima Jeno atau benar-benar tidak tau apa-apa ?" Jaemin balas bertanya. Haechan tentu saja terkejut. Dirinya ? Menyuruh Jaemin untuk menerima Jeno ?

"Jujur saja, jika kau berakting untuk menjahiliku, kau benar-benar hebat Lee Donghyuck" apa ini ? Kenapa tiba-tiba Jaemin menggunakan nama aslinya ? "Tapi asal kau tau, sampai kapanpun aku tidak akan menerima Jeno" lanjut Jaemin, tatapannya mengeras, dia marah "aku tidak mau bersama seseorang yang sudah menyakiti sahabatku" setelah itu Jaemin berdiri dan pergi ke kamar, meninggalkan Haechan yang berpikir sendiri. Kenapa tiba-tiba isi kepalanya mendadak menjadi lebih rumit ?

Karena merasa sangat pusing akhirnya ia memutuskan untuk mandi. Memakai pakaian Jaemin bukanlah hal baru bagi Haechan dan Jaemin juga tidak keberatan. Ketika Haechan selesai mandi dan ganti pakaian, ia keluar dari kamar Jaemin dan melihat Jaemin membukakan pintu untuk seseorang yang dapat Haechan lihat dengan jelas adalah Mark, ya Mark, sang Mark Lee kata orang-orang, yang kemarin sudah melihat tubuh polosnya. Haechan dapat melihat Jaemin membisikan sesuatu pada Mark yang mengangguk dengan ekspresi bingung. Lalu Jaemin dan Mark pun menghampiri Haechan yang tidak sadar hanya mematung disana.

"Ayo pulang" ujar Mark lembut sambil menggenggam tangan Haechan.

"Kami pergi yaa, terima kasih untuk semuanya" ujar Mark pada Jaemin yang hanya tersenyum kecil. Mark menarik tangan Haechan pelan agar ia mengikuti Mark keluar dari apatermen Jaemin menuju mobil Mark yang terparkir di depan apatermen.

"Masuklah" Mark membukakan pintu mobil untuk Haechan yang hanya menurut pada perkataan Mark. Mark pun masuk ke dalam mobil dan mulai menjalankan mobilnya.

"Kau mau makan apa ? Sebentar lagi sudah jam makan siang" tanya Mark. Haechan merasa suara Mark saat bicara padanya sekarang sangatlah lembut.

"Aku tidak tau, kau saja yang pilih" jawab Haechan. Mark menghela nafas panjang, berusaha sabar dengan sikap Haechan yang benar-benar sama sekali tidak seperti dirinya.

"Kenapa kau meninggalkan hp dan dompetmu ? Aku hampir gila karena kau tidak menjawab teleponku" tanya Mark, untung saja dirinya membuka video live Jisung saat mendapat notifikasi, karena saat itu dirinya benar-benar khawatir pada Haechan dan tidak bisa fokus pada pekerjaannya.

"Aku tidak tau yang mana hp dan dompetku" jawab Haechan jujur, karena mau bohong pun ia bingung mau berbohong apa. Mark memarkirkan mobilnya di restoran itali favorit mereka sambil berpikir bagaimana cara menjawab pernyataan Haechan. Akhirnya Mark memutuskan untuk menyuruh Haechan keluar dari mobil diikuti dengan dirinya yang juga keluar.

"Kau tidak keberatan dengan pasta ?" Haechan menggelengkan kepalanya dan lalu Mark kembali menggenggam tangannya untuk membawanya masuk ke dalam restoran.

"Hai dua manusia favoritku, meja untuk dua orang di paling pojok segera datang" seorang pelayan menyambut mereka, Mark tertawa pelan karena sikap antik pelayan itu. Mark kembali menarik Haechan pelan ke kursi yang pelayan tadi sudah siapkan, benar-benar tempat duduk di pojok ruangan.

"Dia mengenal kita ?" tanya Haechan heran, ia tidak pernah disambut seperti itu di restoran manapun selama masa hidupnya.

"Haha, ya begitulah, kita cukup sering datang kesini dan selalu meminta untuk duduk disini" jawab Mark ketika pelayan tadi datang menghampiri meja mereka dan memberikan buku menu pada keduanya.

"Kalian ingin yang biasa atau ingin memilih dulu ?" tanya si pelayan ramah.

"Sepertinya Hyuck ingin memilih dulu, nanti kau kami panggil lagi" jawab Mark. Si pelayan memberikan gerakan hormat sebelum pergi dari meja mereka.

"Wow, dia benar-benar mengenal kita" Haechan benar-benar terkesan, setelah keduanya memesan makanan akhirnya Mark bertanya.

"Jaemin menceritakan semuanya kepadaku, apa yang sedang kau rencanakan ? Apa benar kau menjahili kita atau kau serius amnesia ?" tanya Mark serius. Seingat Mark tidak ada kejadian apapun yang menimpa Haechan yang bisa membuatnya hilang ingatan akhir-akhir ini.

"Aku serius dan sedang tidak bercanda" jawab Haechan sama seriusnya. Mark menghela nafas panjang, jujur ia bingung harus bagaimana.

"Baiklah, apa hal yang terakhir kau ingat ?" tanya Mark lagi. Haechan terdiam lagi, tiba-tiba hatinya kembali menjadi sakit.

"Jeno...." gumam Haechan pelan.

"Jeno ?"

"Yang terakhir kali aku ingat, aku berlari dari Jeno dan Jaemin dan......"

"Dan ?"

Haechan lalu menggebrak meja dengan keras, lalu meringis sendiri karena telapak tangannya jadi sakit, Mark pikir pasangan hidupnya ini sangat lucu. Ingin mengintimidasi Mark dengan memukul meja tapi malah dirinya yang kesakitan sendiri.

"Kau terlalu banyak bertanya....." ujar Haechan sambil memajukan bibirnya dan mengacungkan pisau makan pada Mark.

"Oke oke baiklah" Mark mengalah sambil menaikan kedua tangannya keatas, menyerah. Haechan tersenyum penuh kemenangan.

"Jadi.... Karena kau tidak mau aku bertanya dan kau sekarang sedang di dalam kondisi 'hilang ingatan' maka apa yang harus kita bicarakan ?" Mark menekan kata hilang ingatan, karena kemungkinan Haechan sedang mempermainkan dirinya masih sangat besar.

"Hmmmmm.........." Haechan kembali duduk sambil memasang pose berpikir "aku yang akan menginterogasimu" jawab Haechan akhirnya "karena aku tau kau seorang mesum yang memaksa tidur bersamaku.."

"Aku tidak memaksamu, kau yang minta" Potong Mark yang tidak dipedulikan oleh Haechan.

"Apa benar kita menikah ?" tanya Haechan akhirnya.

"Kau mau melihat foto pernikahan kita ?" tanya Mark balik lalu mengambil hp nya untuk mencari foto pernikahan mereka.

"Awww, kau memakai fotoku untuk wallpappermu" Haechan itu usil, tentu saja ia akan menggoda orang dalam kondisi seperti ini.

"Ya masa aku pakai foto Jaemin" balas Mark ketus. Lalu memperlihatkan foto pernikahan mereka pada Haechan.

"Kita... Menikah di pantai ??? Woooowwwww" Haechan terkejut, dirinya memang pernah bermimpi untuk mengadakan pesta pernikahan di pantai. Apa Mark adalah pangeran kuda putih dari dunia dongeng yang dikirim untuk mewujudkan mimpi-mimpi Haechan ?

"Yup, kita menikah di pantai" jawab Mark, entah mengapa dia puas dengan reaksi Haechan, tapi reaksi ini terlalu nyata jika Haechan hanya berakting.

"Kau yakin kau baik-baik sa....."

"Ini pesanan kalian, dua pasangan bahagiaku" pelayan itu meletakan semua makanan pesanan Mark dan Haechan di atas meja "selamat menikmati" lalu pergi untuk mengambil pesanan pelanggan lain.

"Kapan kita bertemu ?" tanya Haechan sambil menyuapkan spaggheti ke mulutnya, ia sudah lapar lagi padahal tadi pagi makan banyak masakan Jaemin.

"Waktu kita kuliah di SNU..."

Prang

Haechan tanpa sengaja menjatuhkan alat makannya.

"Maksudmu aku kuliah di SNU ????" tanya Haechan tidak percaya. Seingatnya otaknya tidak sepandai itu untuk masuk salah satu Universitas terbaik Korea.

"Kau belajar bisnis disana dan aku mahasiswa kedokteran, aku satu tingkat diatasmu" lanjut Mark sambil memberikan garpunya pada Haechan lalu meminta lagi yang baru pada pelayan yang dengan senang hati memberikan alat makan baru.

Haechan tidak sadar setelahnya ia makan dengan garpu bekas dipakai Mark.

"Well, sangat klise sebenarnya, waktu itu kau baru masuk masa orientasi, kau pingsan karena terlalu lama dijemur di lapangan dan kau sedang sakit, waktu itu aku tim medis dan begitulah" Mark mencoba menjelaskan, tapi entah mengapa hanya hal yang tidak jelas keluar dari mulutnya.

"Seminggu kemudian kau datang ke kampus dengan cast di kakimu karena kau jatuh dari tangga" tambah Mark, Haechan hanya mendengarkan dengan seksama "bisa dibilang aku sering kebetulan ada disana ketika kau kesulitan saat di kampus dan lalu kita jatuh cinta dan menjalin hubungan" jelas Mark yang lalu melanjutkan makannya.

"Hooo, apa benar se klise itu ?" Haechan tidak bisa tidak bertanya.

"Drama dalam hubungan kita memang bukanlah yang terbaik, tapi aku yakin aku bahagia sekarang" jawab Mark. Haechan hanya mengangguk dan meneruskan makannya, tidak tau harus bertanya apa lagi sampai mereka menghabiskan semua makanan mereka.

"Boleh aku memesan dessert ?" tanya Haechan sambil memelas, Mark tertawa pelan sebelum mengangguk pada Haechan. Sekarang Mark semakin yakin ada yang salah dengan Haechan karena dirinya tidak pernah makan sebanyak ini dalam sehari kecuali ada sesuatu yang membebani pikirannya. Jaemin tadi pagi cerita kalau ia menghabiskan semua masakan Jaemin saat sarapan.

"Aku penasaran..." ujar Haechan tiba-tiba setelah dirinya memesan dessert "apa yang terjadi setelah Lucas menceburkanmu ke kolam saat kau akan melamarku..... Lalu... Siapa Lucas ?" rasanya Mark ingin menceburkan dirinya ke sungai saat itu.

---------------------------------------------------------

"Apa kau juga mengenal Renjun ?" tanya Haechan, mereka sedang diperjalanan pulang sekarang.

"Renjun kan tunangan Lucas sayaanng" jawab Mark greget.

"Oh iyaa" Haechan hanya mengangguk paham. Lalu kembali menatap Mark terkejut, apa ? Renjun memiliki tunangan ? Dan dia adalah Lucas yang dalam cerita.

"Sebaiknya sekarang kita ke dokter saja agar kau diperiksa" Mark memutarkan mobilnya menuju arah rumah sakit. Walau daritadi Haechan berkata tidak mau, tidak usah, dan mengklaim dirinya baik-baik saja, tapi tingkahnya benar-benar tidak baik dari apa yang Mark lihat.

Akhirnya mereka sampai di rumah sakit tempat Mark bekerja, banyak pegawai dan dokter yang menyapa Mark dan bertanya apa yang Mark lakukan disini padahal dirinya baru saja pulang.

"Hyuck sepertinya sakit, hanya mau memastikan" Doyoung mengangguk mengerti, menatap Haechan sejenak lalu pergi meninggalkan mereka.

"Bukankah itu Doyoung sunbaenim" ujar Haechan tidak percaya. Doyoung itu wakil ketua osis dan dia sangat galak.

"Ahh iya, dia seniormu di SMA yaa makanya kau ingat, dia seniorku disini" Haechan mengangguk paham dan keduanya kembali berjalan, Haechan tidak tau Mark akan membawanya kemana, tapi seperti yang Jaemin katakan, ia harus percaya pada Mark. Karena pada siapa lagi Haechan harus percaya di tempat dan waktu asing seperti ini ?

---------------------------------------------------------

Akhirnya Haechan selesai diperiksa dan dinyatakan sehat, tidak ada apapun yang salah di kepalanya, membuat Mark jadi heran sendiri, apa Haechan hanya bersikap jail seperti biasanya ? Tapi ini sudah berlebihan dan skill aktingnya tidak sebaik ini, itu yang Mark tau.

"Mereka bilang aku baik-baik saja"

"Mereka bilang tidak ada yang salah denganku"

"Tapi semuanya sangat salah"

Mark hanya mendengarkan Haechan merancau, ia juga berharap dirinya mendapat jawaban apapun itu atas kondisi pasangan hidupnya itu.

Keduanya sampai di rumah yang Haechan kenali sebagai rumah tempat pertama ia bangun.

"Apa kita harus tinggal disini bersama ?" tanya Haechan tidak enak. Ia harus percaya pada Mark tapi ia merasa tidak nyaman berada satu atap dengan orang asing, ya baginya Mark masih orang asing.

"Tentu saja, kalau kau tinggal di tempat orang lain kita pasti disangka bertengkar" Mark mengisyaratkan Haechan untuk turun dari mobil, keduanya keluar dari mobil dan masuk ke dalam rumah. Benar juga, Jaemin juga terus bertanya apakah mereka bertengkar atau tidak.

Haechan tidak tau apa yang akan terjadi kalau ia tidak segera bangun dari mimpi ini.

Bersambung...

Mohon maaf untuk hiatus yang cukup lama ... 😥😥 harus kembali ke kehidupan nyata...

Mohon maaf atas salah kata dan keanehan cerita...

See you soon

Kembali dulu ke kenyataan....

Continue Reading

You'll Also Like

842K 72.4K 28
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
183K 16.2K 32
Bro,ayo balik. Aku tunggu di parkiran ya sayang.
161K 18.3K 22
warn (bxb, fanfic, badword) harris Caine, seorang pemuda berusia 18 belas tahun yang tanpa sengaja berteleportasi ke sebuah dunia yang tak masuk akal...
90.4K 9.5K 28
Markhyuck Area!! .. bagaimana seorang Hanan yang berpura-pura tidak mengerti dengan tujuan dan maksud Marselio mendekatinya- pemuda yang ia sukai pad...