The World Where You Exist

By littlesae

168K 3.5K 1.2K

"Standar kecantikan di dunia ini telah menghancurkan dan mengubah kehidupan kita."- Choi Saera, Cho Kyuhyun. ... More

PAGE 2
PAGE 3
PAGE 4
PAGE 5
PAGE 6
PAGE 7
PAGE 8
PAGE 9
PAGE 10
PAGE 11
PAGE 12
Speak Up!

PAGE 1

8.9K 363 92
By littlesae


•••

°Happy Reading°

Mereka selalu memuji wajahku, tetapi mereka juga selalu menertawakan bentuk tubuhku.

Mereka selalu kagum pada kepintaranku, tetapi mereka juga selalu memandang jijik pada bentuk tubuhku.

Mereka selalu menyuruhku bersyukur, tetapi mereka juga selalu menyuruhku untuk mengubah bentuk tubuhku.

Mereka selalu bersikap manis padaku, tetapi mereka juga selalu membicarakan kekuranganku jika aku tidak ada di dekat mereka.

Dan mereka adalah teman-temanku. Mereka yang selalu merendahkan harga diriku. Mereka yang selalu membuat hatiku sakit. Mereka yang selalu membuatku menangis. Mereka yang selalu membuatku tidak percaya diri.

Bahkan ketika aku sudah berhasil mengubah bentuk tubuhku, mereka tetap bersikap seperti itu. Menertawakan tubuhku, memandang jijik tubuhku, dan menyuruhku untuk kembali mengubah bentuk tubuhku seperti apa yang mereka inginkan. Bukan seperti apa yang aku inginkan.

.

Senyum getir terlihat setelah Saera selesai menuliskan kalimat terakhir di lembar pertama buku harian miliknya yang berwarna merah muda. Meskipun senyum itu mengandung makna rasa sakit yang ia miliki. Tetapi tatapan kedua matanya justru mengandung banyak sekali amarah. Bola mata coklatnya memandang begitu tajam ke depan. Pada dinding rumah sakit yang di bagian atasnya terdapat televisi 42 inch

Televisi itu menampilkan tayangan beberapa anggota girlgroup popular di negaranya yang tengah meliuk-liukkan tubuh indah mereka di atas panggung musik. Wajah mereka begitu cantik. Rambut panjang terurai mereka pun tampak begitu berkilau. Tetapi ada satu yang membuat Saera merasa iri, yaitu bentuk tubuh mereka yang ramping, seksi serta kedua kaki mereka yang begitu jenjang.

Tubuh itu adalah tubuh idaman para wanita. Tubuh itu pasti selalu mendapat pujian dari banyak orang. Dan tubuh itu yang menjadi salah satu kriteria standar kecantikan baik di kalangan para wanita maupun para pria di dunia ini.

"Standar kecantikan di dunia tempatku berada benar-benar kejam. Dunia ini hanya akan menghargai dan mencintai setiap wanita yang memiliki kulit putih, mata bulat, rambut panjang, hidung mancung, serta tubuh tinggi ramping dengan kedua kaki yang jenjang." Ujar Saera pelan, lalu menghembuskan napasnya.

"Dan standar kecantikan seperti itu pada akhirnya mengubah hidupku menjadi seperti di neraka. Bahkan, benar-benar hampir membawaku ke neraka." Lanjut Saera dengan suara yang lebih pelan.

"Beruntung kau tidak benar-benar berada di sana sekarang. Kau tau? Neraka jauh lebih kejam daripada standar kecantikan di dunia ini." Balas seorang wanita membuat kepala Saera langsung menoleh pada sisi kanannya.

Seketika Saera mendengus kesal. Wanita cantik bertubuh tinggi, ramping, seksi dan berkaki jenjang itu tengah berjalan ke arahnya sambil membawa nampan yang berisi satu piring makanan. Wanita itu adalah Park Eungyo. Psikiater muda berusia 30 tahun yang menangani kondisi psikis dirinya selama 2 minggu ia berada di rumah sakit ini.

Saera hanya bisa diam seraya memandang datar pada Eungyo yang sekarang sudah duduk di pinggir ranjang besarnya ini. Eungyo tersenyum. Wanita itu memang selalu tersenyum padanya tetapi ia tidak pernah membalas senyuman wanita berambut sebahu itu. Entahlah, rasanya ia malas sekarang untuk berhubungan dengan orang lain lagi.

"Ini waktu makan siangmu. Kali ini kau harus menghabiskan makan siangmu." Eungyo berbicara begitu lembut, tetapi ada ketegasan di sana.

"Jika aku tidak mau?" Sinis Saera.

"Aku akan menyuruh kakakmu itu datang kemari." Saera kembali mendengus kesal. Semakin kesal karena saat ini Eungyo tengah tersenyum sangat manis padanya.

Choi Siwon adalah kakak laki-lakinya. Di usianya yang baru menginjak 35 tahun, Siwon sudah dinobatkan menjadi laki-laki terkaya dan paling berpengaruh di Korea Selatan. Ada banyak perusahaan dengan berbagai bidang yang dipimpin oleh Siwon di mana semua perusahaan itu bernama CS Group.

Semenjak kematian kedua orang tua mereka 5 tahun yang lalu, Siwon memang semakin sibuk membuat kakaknya itu jarang sekali berada di rumah. Jika pun Siwon berada di rumah, pria itu lebih banyak menghabiskan waktu bersama istri tercintanya yang sudah dinikahinya 7 tahun lalu. Istrinya itu bernama Ahn Minyoung.

Seringkali Saera merasa kesal pada sikap kakaknya itu yang lebih memberi perhatian pada Minyoung. Bahkan ia semakin merasa kesal pada Siwon yang akhir-akhir ini selalu memaksanya untuk makan. Jika saja Siwon memaksa dirinya secara lembut, mungkin ia akan menurut.

Tetapi Siwon justru memarahinya. Siwon tidak bisa mengerti ketakutan yang dimilikinya. Siwon hanya mengerti memerintah, memerintah, dan memerintah tanpa mau menerima alasan di balik rasa takut yang dimilikinya ini.

Itulah sebabnya, 2 minggu yang lalu ia melakukan hal gila di dalam kamarnya sendiri. Untuk pertama kalinya ia menyayat pergelangan tangan kirinya sendiri karena merasa frustasi pada rasa takut dan rasa bersalah yang ada di dalam dirinya. Ia masih merasa tidak puas dengan bentuk tubuhnya sekarang.

Dan sejak 2 minggu lalu juga ia tidak ingin berbicara dengan Siwon. Rasanya percuma saja jika ia berbicara dengan kakaknya itu. Karena Siwon pasti akan terus menyuruhnya bersyukur dan lebih mendekatkan diri dengan Tuhan. Terlebih lagi, jika Siwon datang kemari itu artinya ia juga akan bertemu dengan Minyoung.

Bukannya ia tidak ingin bertemu dengan kakak iparnya itu. Hanya saja, ia selalu iri setiap kali melihat kecantikan Minyoung yang seperti Dewi. Kakak iparnya itu sudah jauh melebihi standar kecantikan yang ada di dunia ini. Sangat Berbanding terbalik dengan dirinya.

"Baiklah. Aku akan menyuruh kakakmu itu datang kemari." Ucapan Eungyo itu seketika membuyarkan lamunan Saera. Sungguh ia baru sadar jika sejak tadi ia melamun.

"Jangan menyuruhnya datang kemari. Aku masih tidak ingin berbicara dengannya." Balas Saera ketus, dan setelah itu ia mengambil satu piring dari atas nampan yang masih dipegang oleh Eungyo.

Saera menelan salivanya ketika melihat menu makan siangnya kali ini yang cukup banyak mengandung kalori. Nasi goreng kimchi yang dilengkapi dengan bulgogi, telur dadar, serta saus tomat di atasnya. Berapa banyak kalori dari makanan ini?

"Makanlah, Saera-ssi. Siwon bilang kau begitu menyukai saus tomat." Saera mendelik tajam pada Eungyo yang saat ini masih tersenyum.

Tapi kemudian Saera mendengus kesal sebelum akhirnya mengambil satu iris bulgogi. "Aku hanya akan makan lauknya saja." Ketus Saera.

Eungyo langsung menghembuskan napasnya. "Kau harus memakan nasinya juga, Saera-ssi."

"Tidak. Aku tidak ingin menjadi gemuk kembali."

"Makan sedikit saja itu tidak akan membuat tubuhmu langsung gemuk, Saera-ssi."

"Berat tubuhku sudah naik 2 kg setelah di rawat di sini selama 2 minggu dan aku tidak ingin berat tubuhku semakin naik. Kau seorang psikiater seharusnya bisa mengerti ketakutanku." Desis Saera tajam, tapi setelahnya ia mendengus kesal.

Eungyo hanya bisa kembali menghembuskan napasnya. Tidak berniat untuk membalas lagi perkataan Saera. Kini ia lebih memilih memperhatikan Saera yang sudah mulai memakan bulgoginya. Terlihat dari wajah Saera yang sangat tidak nyaman sekaligus ketakutan saat ia mengunyah satu iris daging sapi itu.

Sungguh, Eungyo sangat-sangat mengerti dengan apa yang ditakutkan oleh pasiennya ini. Tetapi, ia juga tetap harus berhati-hati dalam menghilangkan ketakutan yang dimiliki gadis berusia 18 tahun itu.

"Saera-ssi, apa kau tau kau sakit apa?" Tanya Eungyo tiba-tiba.

Tidak ada jawaban dari Saera. Gadis itu hanya melirik sekilas saja pada Eungyo membuat Eungyo pun kembali menghembuskan napasnya. Selama 2 minggu ini memang ia dan para dokter lainnya tidak pernah mengatakan apa yang diderita Saera sampai-sampai gadis ini harus menjalani perawatan selama 2 minggu di rumah. Mereka hanya mengatakan kondisi Saera pada Siwon saja.

"Saera-ssi, kau mengalami gangguan makan Anoreksia Nervosa. Itu adalah kondisi di mana..."

"Aku tahu." Potong Saera cepat. Lagi, ia melirik sekilas pada Eungyo. "Aku mendengar pembicaraanmu dengan Siwon Oppa serta para dokter lainnya 2 minggu yang lalu."

Bibir Eungyo tersenyum. "Jadi saat itu kau sebenarnya tidak tidur?"

"Tidak."

Kepala Eungyo mengangguk, lalu ia mendekatnya sedikit tubuhnya dengan Saera. Kedua matanya memandang begitu lekat pada gadis bertubuh sangat kurus itu yang sedang menundukkan kepalanya sambil mengunyah.

"Bisakah kali ini kau jujur padaku, apa yang membuatmu pada akhirnya melakukan diet yang sangat berbahaya selama 2 tahun terakhir?" Saera langsung melirik pada Eungyo.

Saera terdiam. Matanya hanya memandang dingin wajah cantik Eungyo. Tetapi tangan kanannya begitu erat mengenggam dua sumpit stainless. Selama 2 minggu ini, Eungyo memang selalu bertanya padanya. Memancing dirinya untuk bercerita. Tapi Demi Tuhan, saat ini ia tidak bisa mempercayai siapapun.

"Apa ada seseorang yang mengomentari bentuk tubuhmu sebelumnya?" Tanya Eungyo lagi membuat Saera memejamkan kedua matanya. Tapi hanya sebentar, karena setelah itu ia kembali memandang dingin wajah Eungyo.

"Ya. Lebih tepatnya mempermalukan diriku di hadapan banyak orang." Ungkap Saera akhirnya.

"Siapa yang mempermalukanmu dan apa yang dia katakan saat itu?"

"Kau tidak perlu tahu."

"Tapi kakakmu berhak tahu."

"Tidak ada yang berhak tahu selain aku dan Junghyun Oppa. Hanya dia yang selama ini bisa mengerti rasa sakitku. Meskipun dia sudah tidak ada lagi di dunia ini, tetapi aku masih bisa merasakan kehadirannya." Desis Saera tajam.

Kedua mata Saera juga memandang begitu tajam pada Eungyo. Sedangkan Eungyo hanya bisa terdiam. Tidak berniat membalas perkataan tajam Saera tadi. Bukannya ia takut, hanya saja ia masih memberikan sedikit waktu pada Saera untuk bisa memahami betapa bahayanya gangguan makan yang saat ini di derita olehnya.

"Saera-ssi." Panggil Eungyo tiba-tiba. Saera merespon hanya melirik sekilas saja.

"Aku akan kembali ke ruanganku sekarang. Terima kasih sudah mau memakan makan siangmu." Eungyo tersenyum, kemudian segera berdiri dan memberikan elusan di bahu kanan Saera. "Terima kasih juga karena kau menulis di buku harian pemberiaanku itu."

Saera hanya mengangguk saja. Bahkan ia sama sekali tak menatap kepergian Eungyo. Ia baru menoleh ke tempat Eungyo tadi berada setelah mendengar suara pintu kamarnya tertutup rapat.

Benar, buku harian tadi adalah pemberiaan Eungyo. Wanita itu bilang, jika ia masih belum bisa menceritakan segala rasa sakitnya pada Eungyo maka ia bisa menuliskannya di buku ini. Dan itu memang cukup membantu.

ooo

"Apa Saera menghabiskan makan siangnya?" Siwon bertanya setelah Eungyo keluar dari kamar rawat adiknya.

"Dia hanya memakan lauknya saja, Siwon-ssi."

Siwon langsung menghembuskan napasnya. Ia juga mengusap kasar wajah tampannya dengan kedua tangannya membuat Eungyo yang melihat itu hanya bisa prihatin pada laki-laki bertubuh tinggi dan berbadan atletis di hadapannya ini.

Sebenarnya, Siwon setiap hari selalu masuk ke dalam kamar Saera. Tetapi Siwon melakukan itu hanya disaat Saera terlelap saja. Jika Saera sedang terjaga, pria itu hanya bisa menunggu di luar. Duduk sendirian atau terkadang bersama Minyoung jika wanita itu tidak ada jadwal wawancara mengenai perusahaan sang suami.

"Kenapa kau tidak memaksanya, Eungyo-ssi?" Siwon kini terlihat kesal membuat Eungyo pun langsung memandang kesal padanya.

"Memaksanya adalah cara yang salah. Dan kau sudah melakukan cara yang salah selama 2 tahun ini, Siwon-ssi."

"Baiklah aku salah. Lalu bagaimana kondisi psikisnya? Apa dia sudah bisa terbuka padamu?"

Senyum langsung terpancar dari bibir Eungyo. Ia juga menganggukkan kepalanya. "Saera mengatakan padaku jika dua tahun lalu dia pernah dipermalukan di hadapan banyak orang. Itulah yang menjadi awal Saera selalu menahan rasa laparnya dan berujung pada diet yang tidak sehat selama dua tahun ini. Dia trauma, takut akan dipermalukan lagi jika berat tubuhnya kembali seperti dulu."

Siwon tampak terkejut mendengarnya. "Dia tidak pernah mengatakan hal itu padaku. Dia hanya sering mengeluh padaku jika banyak teman-temannya yang sering mengatakan jika dia gemuk. Tapi aku selalu menasehatinya untuk terus bersyukur."

Mendengar itu, Eungyo langsung meringis kesal. "Caramu untuk menyuruhnya bersyukur itu tidak tepat. Pantas saja selama dua minggu ini Saera selalu menolak bertemu denganmu, Siwon-ssi."

"Baiklah-baiklah, aku akan meminta maaf padanya nanti. Yang terpenting sekarang, siapa yang telah mempermalukan dia saat itu?"

"Saera tidak mengatakannya. Dia hanya mengatakan pernah dipermalukan. Dia tidak menceritakan semuanya padaku, Siwon-ssi. Aku mengerti, mungkin Saera masih belum siap untuk terbuka sepenuhnya padaku."

Siwon kembali menghembuskan napasnya sebelum akhirnya ia berjalan mendekati kursi dan duduk di sana. Kepalanya ia tundukkan, sementara kedua tangannya terkepal di atas kedua pahanya. Ia benar-benar bingung sekarang.

"Saera benar-benar bisa sembuh bukan? Dia benar-benar bisa kembali seperti dulu lagi bukan?" Lirih Siwon membuat Eungyo ikut duduk di samping tubuh kekarnya.

"Tentu saja Siwon-ssi. Dengan perawatan yang intensif di rumah sakit ini dan terapi psikis, adikmu itu pasti akan bisa kembali menjadi normal seperti dulu. Hanya saja, butuh waktu lama untuk memperbaiki pola pikirnya dalam memandang bentuk tubuh. Terapi kognitif sangat diperlukan untuk meghilangkan persepsi tentang citra tubuhnya."

"Berapa lama waktu yang dibutuhkan?"

"Aku tidak bisa menjawabnya, Siwon-ssi. Karena semua itu kembali lagi pada adikmu. Kesembuhan itu akan ada jika Saera menyadari bahwa dia sedang mengalami gangguan makan. Dia harus tahu jika gangguan itu akan sangat membahayakan kondisi tubuhnya..."

"Anoreksia yang diderita Saera bahkan bisa membawanya pada kematian karena terus menerus menahan rasa lapar. Atau juga, bisa terjadi karena Saera melakukan bunuh diri." Eungyo menghembuskan napasnya, lalu menyentuh bahu kanan Siwon.

"Jangan sampai Saera melakukan percobaan bunuh diri lagi seperti 2 minggu lalu. Aku mohon padamu, Siwon-ssi, beri dia dukungan dan perhatian lebih padanya. Dia sangat membutuhkanmu saat ini." Lanjut Eungyo dengan suara yang lebih pelan.

Setelah itu, ia pun kembali berdiri dan segera berjalan meninggalkan Siwon sendirian yang masih diam sambil menundukkan kepalanya. Sangat menyakitkan saat 2 minggu lalu ia menemukan Saera yang pingsan di lantai kamar setelah adiknya itu menyayat pergelangan tangan kirinya.

Tetapi yang lebih menyakitkan lagi adalah ketika para dokter spesialis memberitahu mengenai kondisi fisik Saera. Denyut jantung dan nadi Saera sangat lemah. Tekanan darah Saera juga sangat rendah. Bahkan, kepadatan tulang Saera pun sedikit rapuh karena efek tubuh sang adik yang terlalu kurus. Bukan hanya itu saja, Saera juga mengalami kerontokan rambut serta fungsi ginjal yang menurun.

Dokter ahli gizi pun mengatakan, sangat tidak normal bagi remaja berusia 18 tahun seperti Saera dimana memiliki tinggi badan 160 cm namun dengan berat badan hanya 36 kg. Dan dari hasil pemeriksaan BMI (Body Mass Index) atau Indeks Masa Tubuh, Saera hanya memiliki BMI sebesar 14,06.

Itu sudah jauh sekali di bawah normal. Seharusnya BMI Saera berada di antara 18-25 bukan justru berada di bawah angka 18. Bahkan, jika dihitung menggunakan rumus Brocha, berat badan ideal Saera pun seharusnya 51 kg bukan 36 seperti 2 minggu yang lalu.

Semua kondisi Saera yang seperti itu adalah dampak buruk dari diet tidak sehat yang dijalani Saera selama 2 tahun ini. Saera selalu menahan rasa laparnya dan hanya mengkonsumsi buah serta minuman yang tidak banyak mengandung kalori. Diet itu yang pada akhirnya mengantarkan Saera pada gangguan makan bernama Anoreksia Nervosa.

Sampai saat ini, Siwon masih tidak menyangka dengan penurunan berat badan Saera yang drastis. Dulu, tubuh adiknya itu berisi dengan berat selalu di atas 50 kg. Saera tidak gemuk, dia hanya berisi seperti sang ibu. Pipinya yang chubby menjadi salah satu daya tarik terbesar sang adik. Siapa yang sudah mempermalukan adiknya itu sampai Saera harus menderita gangguan makan selama dua tahun ini?

Pantas saja, Saat itu, Saera meminta untuk berhenti sekolah dan lebih memilih melakukan home schooling. Selama 2 tahun ini juga Saera selalu mengurung diri di kamar. Gadis itu tidak pernah ingin keluar rumah dan bersosialisasi kembali dengan teman-temannya yang lain. Bahkan, Saera pun tidak ingin mendaftar kuliah tahun ini. Ia mengerti sekarang, itu semua karena Saera takut di permalukan lagi.

Tadinya, Siwon berpikir jika penurunan tubuh Saera secara drastis dikarenakan gadis itu kehilangan kekasih yang dicintainya. Namun nyatanya, ada satu faktor terbesar yang membuat Saera mengalami kondisi seperti sekarang, yaitu faktor lingkungan pertemanannya. Siwon benar-benar merasa bersalah.

Seharusnya, selama 2 tahun ini ia menjadi lebih peka terhadap sang adik.
Seharusnya ia juga menyadari sejak awal kondisi tubuh Saera yang berubah drastis hanya dalam kurun waktu 5 bulan saja saat itu.

Semua ini karena kesibukannya yang mengelola hotel-hotel dan sibuk memanjakan istrinya hingga ia melupakan Saera yang masih membutuhkan perhatian semenjak kedua orang tua mereka meninggal 5 tahun yang lalu.

Tetapi mulai sekarang ia bersumpah akan kembali memberi perhatian lebih pada Saera. Ia juga bersumpah akan membalas orang yang sudah membuat adik kesayangannya ini sakit sekarang. Tidak boleh ada orang yang menyakiti adik tercintanya itu.

ooo

"Hey Choi Saera, kenapa tubuhmu semakin bertambah gemuk? Lakukanlah diet mulai sekarang."

"Saera, lihatlah pahamu dan lenganmu yang tampak besar. Sungguh tidak menarik. Mulailah berolahraga untuk mengecilkan itu semua."

"Tidak ada pakaian yang cocok untuk tubuh gemukmu."

"Benar, ukuran dadamu terlalu besar, kau harus..."

.

"Hahh...." Saera terbangun dari mimpi buruk itu dengan napas yang terengah. Ia lalu duduk bersila di atas ranjang. Wajahnya pucat, tetapi ada banyak bulir keringat yang membasahi wajah itu.

Tidak, itu bukanlah mimpi buruk. Itu adalah kalimat-kalimat menyakitkan yang pernah ia dapat semasa sekolah. Tepatnya ketika ia baru saja memulai tahun pertama di sekolah menengah atas. Tetapi kalimat demi kalimat itu sampai saat ini masih terus berputar diingatannya. Bahkan, rasa sakit yang ditimbulkan dari beberapa kalimat itu pun masih terasa sampai detik ini.

Sebenarnya masih banyak kalimat yang sudah melukai hatinya selama ia bertubuh gempal. Masih banyak kalimat yang membuat ia kehilangan kepercayaan dirinya dan juga kehilangan rasa percaya pada setiap orang. Bahkan, sampai-sampai ia lebih memilih menjauh dari teman-temannya dulu. Ia selalu berpesan pada penjaga rumahnya agar tak memberitahu keberadaan dirinya jika ada beberapa temannya yang mungkin saja mencarinya ke rumah.

Sungguh, tidak pernah terbayangkan sebelumnya jika ia yang dulu sangat menyukai makanan kini berubah menjadi seseorang yang takut dan enggan untuk menyantap banyak makanan lagi karena ia takut menjadi gemuk kembali.

Mata Saera kemudian melirik pada jam dinding yang berada di atas tv di depannya. Ini masih pukul 1 dini hari, tetapi selalu seperti ini. Terbangun di waktu lewat tengah malam karena rasa takut dan tidak nyaman tidur di rumah sakit. Ia benci berada di rumah sakit.

Bola mata Saera kini melirik pada punggung tangan kirinya. Masih terpasang infuse yang di dalamnya berisi cairan entah apa namanya tapi ia tahu cairan itu berfungsi untuk memperbaiki napsu makannya.

Saera lalu mengangkat tangan kirinya itu, mendekatkannya pada wajahnya dan dengan perlahan membalik tangan kurusnya itu hingga sekarang ia bisa melihat beberapa luka sayatan yang sudah tampak memudar.

Ada dua alasan mengapa ia sangat berani menyayat pergelangan tangan kirinya itu. Pertama adalah karena ia benar-benar frustasi dan muak dengan standar kecantikan yang ada di dunia ini. Ia benci pada semua itu, tetapi ia jauh lebih membenci dirinya sendiri yang tidak bisa memenuhi semua standar kecantikan di dunia tempatnya berada saat ini.

Kulitnya memang seputih susu dan selembut sutra. Tetapi ia selalu merasa wajahnya tidak secantik para wanita di luar sana. Meskipun ia memiliki mata bulat, bibir kecil yang berwarna pink alami, rambut berwarna coklat panjang bergelombang serta hidung yang mancung. Namun tetap saja, semua itu benar-benar tak ada gunanya jika bentuk tubuh yang dimilikinya tidak memenuhi standar kecantikan yang ada.

Sampai saat ini pun, setiap kali ia memandangi bentuk tubuhnya sendiri melalui pantulan cermin, ia masih selalu saja marah, kecewa dan tidak percaya diri pada bentuk tubuhnya. Meskipun sekarang tubuhnya sudah tidak seperti dulu lagi, namun tetap saja perubahan yang saat ini terjadi pada tubuhnya masih tidak bisa membuat dirinya merasa puas dan tenang.

Masih ada rasa gelisah dan rasa iri setiap kali ia memperhatikan para wanita bertubuh ramping serta berkaki jenjang di luar sana. Kenapa dirinya tidak bisa memiliki tubuh seindah, seideal serta seseksi mereka? Bukankah seharusnya sebagai seorang pewaris ia memiliki tubuh yang seperti itu?

"Aku benci menjadi seorang pewaris." Lirih Saera.

Menjadi adik dari pria yang sangat sempurna seperti Siwon membuat ia pun selalu menerima banyak tuntutan dari berbagai pihak untuk bisa tampil sempurna juga. Terutama tuntutan dari para teman-temannya saat dulu ia masih bersekolah.

Seketika kedua mata Saera kembali terpejam. Kalimat-kalimat menyakitkan itu kembali terngiang di kedua telinganya. Kembali mengusik pikirannya seakan tak memberinya kesempatan untuk melupakan beberapa kalimat itu.

.

'Wajahmu memang cantik dan menununjukkan jika kau adalah seorang pewaris. Tapi kau akan jauh lebih cantik dan lebih dihargai jika kau memiliki tubuh yang ramping."

'Pria memang menyukai wanita cantik. Tapi mereka tidak akan menyukai wanita bertubuh gemuk sepertimu."

'Tak akan ada pria yang menyukaimu, Saera. Jikapun ada pria yang menyukaimu, itu artinya dia hanya ingin mendapatkan uangmu saja.'

'Para pria tidak akan ada yang benar-benar tulus padamu. Jika ada yang bisa menerima dirimu apa adanya, aku yakin ada yang salah dengan pria itu.'

.

"ARGHHHHHHHH...." Saera berteriak keras seraya ia menutup kedua telinganya. Tangisnya pecah, ia meraung keras di kegelapan kamar rawatnya ini. "Tidak ada yang salah dengan Junghyun Oppa hiks... Dia mencintaiku dengan tulus hiks... Dia sangat mencintaiku hiks..."

Saera kemudian menekuk kedua kakinya. Memeluk betis kaki kurusnya dan menyembunyikan wajah basahnya di antara kedua lututnya. Tetapi tidak lama, karena ia kembali melihat pada luka sayatannya.

Alasan kedua kenapa ia menyayat pergelangan tangan kirinya ini karena ia merasa bersalah pada pria yang sudah ia cintai sejak usianya 13 tahun. Itu artinya 5 tahun yang lalu.

Kim Junghyun yang 12 tahun lebih tua darinya adalah pria sangat yang sempurna. Wajahnya begitu tampan, tubuhnya tinggi, dan suara bass yang terdengar merdu selalu menenangkan hatinya. Junghyun yang 5 tahun lalu tiba-tiba mendatanginya dan menghibur dirinya ketika ia tengah merindukan mendiang kedua orang tuanya yang baru saja meninggal 5 bulan sebelumnya.

Ia memang tidak bisa mengingat sepenuhnya apa saja yang mereka lakukan saat itu. Tapi satu hal yang ia ingat adalah janji yang telah ia buat dengan Junghyun.

~

"Apa kau benar-benar menyukaiku?"

"Tentu saja. Aku bahkan mencintaimu."

"Tapi tubuhku tidak menarik. Aku gemuk dan tampak tidak menarik bukan? Teman-temanku saja berkata seperti itu. Kau seharusnya menyukai mereka bukan aku."

"Aku tidak akan pernah menyukai para wanita yang berkata buruk kepada sesama wanita. Di mataku kaulah yang paling sempurna. Kau lucu dan menggemaskan dengan tubuh berisi seperti itu."

"Benarkah? Jadi aku tampak lucu?"

"Tentu saja. Jadi, berjanjilah padaku untuk tidak mengubah bentuk tubuhmu. Apapun kondisimu, sampai akhir hayatku, aku akan selalu mencintaimu, Saera. Itu janjiku padamu dan pada Tuhan."

"Baiklah, aku janji. Aku juga janji akan mencintaimu sampai akhir hayatku, Oppa."

~

Tangisan Saera semakin keras setelah mengingat janji yang ia buat bersama Junghyun. Ia benar-benar merasa bersalah pada pria itu karena sekarang ia sudah melanggar salah satu janji mereka, yaitu ia sudah mengubah bentuk tubuhnya.

Selama 5 tahun ini, hanya Junghyun lah yang tidak pernah menyakiti hatinya. Justru Junghyun lah yang selalu menjadi penguat dirinya ketika para teman di sekolahnya mentertawakan dan mengatakan hal buruk pada bentuk tubuhnya.

Tetapi sekarang sudah tidak ada lagi yang menjadi penguatnya. Junghyun sudah meninggalkannya ke dunia yang berbeda. Pujaan hatinya itu sudah meninggal dalam kecelakaan hebat di hari ulang tahunnya. Sungguh, sampai saat ini kematian Junghyun masih sangat terasa menyakitkan.

Seandainya saja Junghyun tidak tewas dalam kecelakaan itu, mungkin dirinya juga tidak akan menderita gangguan makan seperti ini. Junghyun pasti akan menguatkan dirinya saat itu.

"Seharusnya aku mati saja agar bisa bertemu denganmu Oppa hiks. Tapi kenapa Tuhan masih membuatku hidup sampai sekarang?"

ooo

Alunan music A Thousand Years yang dinyanyikan oleh Christina Perri terdengar memenuhi café bernuansa cozy ini. Meski waktu sudah menunjukkan pukul 2 dini hari, namun beberapa meja di café ini terlihat masih terisi oleh pasangan yang sepertinya baru saja selesai dari kesibukannya bekerja sehingga hanya di waktu seperti inilah mereka bisa menikmati kebersamaan.

Hanya ada satu meja yang tidak diisi oleh sepasang kekasih, yaitu meja yang berada di sudut kiri ruangan, tepat di dekat dinding. Di sana hanya terdapat seorang pria yang mengenakan jaket kulit, celana jeans, sneakers serta topi yang semua itu serba berwarna hitam.


Pria itu duduk seorang diri sambil menundukkan kepalanya. Orang-orang yang melihatnya pasti berpikir jika pria itu tengah sibuk mengotak-atik gawai pintarnya. Tetapi faktanya tidak. Pria itu justru tengah serius menatap sapu tangan berwarna pink yang bergambar salah satu tokoh wanita di film Disney, yaitu Rapunzel.

"Sampai kapan kau akan terus menunduk seperti itu?" Pria itu, Cho Kyuhyun langsung menegakkan kepalanya. Melihat pada pria berambut cepak yang tadi berbicara yang kini sudah duduk di hadapannya.

Dia adalah Kim Heechul, wakil kepala kepolisian Seoul yang sudah menjadi teman dekatnya sejak ia masih duduk di bangku sekolah menengah pertama. Di dunia ini ia hanya memiliki 2 teman dekat, pertama adalah Heechul dan kedua adalah Lee Donghae.

"Apa yang sedang kau lakukan sebenarnya? Ah jangan-jangan kau tengah berkirim pesan dengan kekasihmu. Benar bukan?" Tebak Heechul kemudian karena tadi tak ada jawaban dari Kyuhyun.

Tebakannya itu langsung membuat Kyuhyun mendengus kesal. Ia juga segera melipat kembali sapu tangan pink itu dan memasukkannya ke dalam saku jaket.

"Di mana pesanan kita? Kenapa kau tidak membawanya?" Kyuhyun bertanya tanpa berniat menjawab pertanyaan menyebalkan Heechul tadi membuat Heechul hanya bisa mencibir saja.

"Banyak yang melakukan delivery, jadi pesanan cukup penuh. Kasir bilang nanti salah satu pramusaji akan mengantar pesanan kita ke sini." Kyuhyun hanya menganggukkan kepalanya saja.

Setelah itu, tidak ada lagi pembicaraan dari kedua pria tampan bertubuh tinggi itu. Kyuhyun kemudian memasukkan kedua tangannya ke dalam saku jaketnya. Sementara kedua bola mata hitam pekatnya terus bergerak ke kanan dan ke kiri. Memperhatikan orang-orang yang ada di sini, tepatnya para pasangan yang tengah bermesraan.

Heechul yang melihat sikap Kyuhyun seperti itu hanya bisa menggelengkan kepalanya pelan seraya tersenyum geli. "Kau pasti iri melihat pasangan-pasangan itu bukan?" Tebak Heechul.

"Tidak. Kenapa aku harus iri?" Kyuhyun kembali melihat pada Heechul. "Aku melihat mereka dan berdoa semoga mereka tetap setia pada pasangan masing-masing." Kini Kyuhyun tersenyum, sedikit sinis membuat Heechul hanya bisa terkekeh.

"Oh doa yang bagus. Tapi jangan lupa juga berdoa untuk dirimu sendiri agar secepatnya diberi pendamping. Jangan terlalu lama melajang, Cho Kyuhyun. Ingat usiamu itu sudah 33 tahun, kau sudah pantas untuk menikah." Nasehat Heechul, entah itu sudah yang keberapa kali. Bahkan Kyuhyun saja rasanya sudah sangat bosan mendengar ucapan Heechul itu.

"Aku tidak masalah melajang lebih lama lagi. Bahkan, jika harus tidak menikah pun aku tidak peduli."

"Eyy..." Heechul langsung menendang ujung sepatu Kyuhyun membuat Kyuhyun pun seketika meringis pelan. "Sebegitu cintakah kau pada Seulmi hingga sampai saat ini kau masih sulit untuk mencari penggantinya?" Ejek Heechul. Tapi ia hanya bergurau saja.

Sayangnya, gurauannya itu justru berdampak buruk pada Kyuhyun. Kini, kedua mata Kyuhyun menatap tajam pada Heechul membuat Heechul seketika menelan salivanya. Jujur saja, ia memang seorang wakil kepala polisi yang sudah banyak menangani kasus mengerikan. Tetapi tatapan mata Kyuhyun jauh lebih mengerikan.

"Jangan sebut nama itu lagi di hadapanku." Desis Kyuhyun tajam.

"Baiklah-baiklah, aku kan hanya bergurau saja."

"Dan aku tidak suka dengan gurauanmu itu."

"Ok. Maafkan aku. Berhentilah menatapku seperti itu." Kyuhyun langsung mendengus kesal. Benci sekali setiap kali ia mendengar nama itu di kedua telinganya.

Im Seulmi adalah mantan kekasihnya. Hubungannya dengan Seulmi berakhir 9 tahun lalu karena wanita itu mengkhianati cintanya. Sungguh, sampai sekarang pengkhianatan yang dilakukan oleh Seulmi masih sangat membekas di hatinya.

Ia memang sudah melupakan Seulmi. Menghilangkan rasa cintanya yang dulu sangat besar pada wanita itu. Tetapi ia masih tidak bisa menghilangkan rasa bencinya pada wanita itu. Sulit sekali melupakan apa yang sudah dilakukan Seulmi padanya.

Heechul yang melihat raut wajah Kyuhyun yang kini terlihat sedih semakin merasa bersalah. Ia tahu bagaimana rasa sakit Kyuhyun selama ini, tapi sungguh, entah kenapa gurauan tadi tiba-tiba terlontar dari mulutnya yang memang seringkali tidak bisa ia kontrol.

"Cho Kyuhyun, maafkan aku eoh?" Heechul sedikit memelas kali ini.

"Hemm..." Kyuhyun hanya bergumam malas saja. Ia sungguh masih kesal pada pria penyuka film Frozen itu.

Tak lama kemudian, seorang pramusaji wanita mengantarkan pesanan mereka. Baik Kyuhyun dan Heechul hanya bisa diam memperhatikan satu per satu pesanan mereka yang di taruh di atas meja. Satu piring kecil cheese cake dan vanilla cake serta satu gelas cappuccino dan vanilla late.

"Selamat menikmati."

"Terima kasih, Nona."

Hanya Heechul saja yang merespon ucapan pramusaji itu. Sementara Kyuhyun langsung mengambil piring yang berisi satu potong vanilla cake. Ia langsung memakan cake dengan perlahan.

"Tapi Kyu, apa kau benar-benar tidak bisa melupakannya?" Tanya Heechul setelah ia menelan cheese cake-nya.

"Yak! Kau tau bukan aku sudah melupakan wanita murahan itu sejak 8 tahun yang lalu. Aku sudah tidak mencintainya." Kesal Kyuhyun.

"Bukan Seulmi, tapi gadis kecil bertubuh gempal itu siapa namanya..." Heechul mencoba mengingat namanya sambil memejamkan kedua matanya.

"Choi Saera." Sebut Kyuhyun, bibirnya tersenyum ketika mengatakan itu. Hilang sudah rasa kesalnya tadi.

"Ah benar Choi Saera. Gadis yang sudah menyembuhkan luka hatimu dan dia adalah adik dari Choi Siwon." Senyum Kyuhyun langsung menghilang setelah Heechul menyebut nama Siwon.

Heechul yang melihat perubahan raut wajah Kyuhyun hanya bisa terkekeh saja. "Apa kau masih menunggunya?" Tanya Heechul kemudian.

Kini, senyum Kyuhyun kembali terukir. "Tentu saja."

"Meski kau tidak tahu keberadaannya sekarang?"

"Ya. Aku hanya akan menikah dengan wanita yang aku cintai sekarang dan akan aku cintai sampai akhir hayatku." Senyum Kyuhyun semakin merekah. "Aku tidak akan berhenti mendatangi rumah Saera meskipun para penjaga di sana mengatakan dia sudah tidak tinggal lagi di rumah besar itu."

ooo

Mobil mewah Mercedes Benz berwarna putih melaju pelan memasuki kawasan perumahan elit yang ada di salah satu distrik di kota Seoul. Choi Saera, gadis yang duduk di kursi penumpang di belakang pun langsung menoleh pada jendela. Memperhatikan langit senja yang entah kenapa hari ini terasa jauh lebih indah dari biasanya.

Kedua mata Saera kemudian beralih melihat pada rumah-rumah besar bergaya klasik kontemporer yang di lewati oleh mobilnya ini. Rumah-rumah itu tampak terang oleh cahaya lampu yang sudah dinyalakan sang pemilik. Ia menyukai model bangunan itu, hanya saja ia tidak terlalu suka ukurannya yang cukup besar. Khas rumah orang-orang kaya.

"Ku pikir, Oppa akan membawaku ke sebuah desa." Seru Saera tiba-tiba. Membuka pembicaraan setelah selama perjalanan tadi keheningan menyelimuti mobil mewah ini.

Kekehan pelan terdengar dari Siwon yang duduk di sampingnya. "Terlalu jauh untuk pergi ke desa. Lagipula, Pyeongchang-dong juga terlihat seperti sebuah desa bukan?" Balas Siwon. Tersenyum ketika Saera menoleh padanya.

"Ya, desa yang sangat elit. Tidak jauh berbeda dengan Gangnam." Cibir Saera sebelum akhirnya kembali memperhatikan keindahan cakrawala di luar sana.

Siwon yang melihat Saera seperti itu hanya bisa tersenyum. Satu bulan berada di Rumah Sakit membuat Saera sudah terlihat membaik. Bahkan Saera juga sudah kembali berbicara padanya setelah 2 hari adiknya ini terbuka pada Eungyo mengenai alasan kenapa sampai-sampai ia melakukan diet tak sehat selama 2 tahun terakhir.

Saat itu, Siwon meminta maaf pada Saera atas segala sikapnya selama ini. Ia pikir Saera akan berteriak marah padanya, seperti yang sering Saera lakukan ketika adiknya ini masih kecil. Tetapi di luar dugaan, Saera justru hanya tersenyum dan mengangguk. Sungguh, Siwon sangat senang.

Semakin senang ketika tadi, sebelum Saera benar-benar meninggalkan rumah sakit, berat tubuh Saera ternyata sudah bertambah sebanyak 5 kg. Jika satu bulan lalu berat tubuh adiknya ini 36 kg, maka sekarang berat tubuh Saera sudah mencapai angka 41 kg. Sebuah perkembangan yang sangat pesat dan membahagiakan. Hanya butuh 10 kg lagi untuk Saera bisa mencapai berat badan idealnya.

Sebenarnya, dokter spesialis mengatakan jika Saera masih harus menjalani perawatan intensif sampai beberapa bulan ke depan. Sampai di mana berat Saera mencapai 51 kg. Tetapi, Saera menolaknya. Saera berkata jika ia bosan terus berada di rumah sakit. Dan Siwon tidak bisa membantah keinginan Saera itu.

Apapun untuk kenyamanan dan kebahagiaan Saera akan ia lakukan. Termasuk memenuhi keinginan Saera untuk pindah dari rumah yang sebelumnya ia tempati bersama dirinya dan juga Minyoung, di perumahan elit Gangnam.

Saera mengatakan, meskipun kawasan itu adalah perumahan elit namun para manusia disana tidak memiliki tutur kata yang elit dan selalu mengomentari kehidupan orang lain. Termasuk mengomentari bentuk fisiknya yang sudah berubah ini. Memang hanya Saera saja yang pindah dari rumah besar mereka. Sementara dirinya dan Minyoung masih tetap berada di sana karena jarak rumah di sana lebih strategis dengan beberapa perusahaan yang di pimpin oleh Siwon.

Pyeongchang-dong, adalah daerah yang dipilih oleh Siwon untuk menjadi tempat tinggal Saera yang baru. Area ini termasuk ke dalam distrik Jongno, Seoul. Pyeongchang-dong hanya berjarak 18 km dari pusat kota Seoul dan hanya membutuhkan waktu kurang lebih 15 menit dari Gangnam menggunakan mobil pribadi jika jalanan tidak macet.

Alasan Siwon memilih kawasan ini karena Pyeongchang-dong yang terletak di lereng gunung Bukhan yang terkenal dengan keindahan dan kemegahannya. Pyeongchang-dong juga dikenal sebagai 'Baverlly Hill' versi Korea karena kawasan ini benar-benar elit. Selain itu, udara yang relatif bersih dan lebih sejuk dari kota Seoul membuat Pyeongchang-dong sangat nyaman untuk ditinggali.

Suasana yang nyaman dan udara yang bersih serta dingin pastinya akan membuat Saera cepat pulih. Itulah yang dikatakan oleh Eungyo. Cuaca yang cukup dingin akan membuat seseorang selalu merasa lapar dan mengantuk. Siwon berharap, napsu makan Saera bisa bertambah setelah pindah ke rumah baru nanti.

"Tuan Siwon, kita sudah sampai." Seruan supir pria berusia lanjut menyadarkan Siwon dari lamunannya memikirkan kondisi Saera.

Ia lalu menoleh pada Saera yang juga tengah menoleh padanya. "Oppa, apakah itu rumah yang akan aku tinggali?" Saera bertanya sambil menunjuk ke luar jendela. Menunjuk pada rumah besar di sana.

"Ya. Ayo kita turun dan lihat rumah barumu."

Pintu mobil di samping Saera pun terbuka. Sang supir yang membukanya. Saera sedikit tidak suka dengan perlakuan itu, namun akhirnya Ia pun segera keluar dari dalam mobil lalu memandang lekat pada rumah yang akan ditinggalinya.

Sebuah rumah bergaya klasik kontemporer dengan pagar yang tidak terlalu tinggi. Warna cat rumah yang didominasi oleh abu-abu dan sedikit sentuhan putih pun membuat rumah itu tampak sangat elegant. Selain itu, adanya kolam renang disana membuat rumah itu menonjolkan sisi mewahnya. Ya, rumah itu cukup mewah.

"Bagaimana rumahnya? Kau suka bukan?" Tanya Siwon setelah ia berada di samping sang adik. Saera melirik sinis pada kakaknya itu.

"Bukankah aku meminta tempat tinggal yang sederhana, Oppa?"

"Ini sudah paling sederhana, Saera. Ini bahkan jauh lebih kecil dari rumah kita yang ada di Gangnam." Jawab Siwon sambil memandang puas rumah besar di hadapannya itu.

Saera hanya bisa berdecak sebal mendengarnya. 'Dasar orang kaya' Cibir Saera di dalam hatinya.

"Lagipula Saera, kau tidak akan tinggal sendirian di rumah ini. Akan ada dua pelayan, dua supir, dua penjaga, dan Dokter Lee Misun serta ada juga Nona Park Eungyo. Oppa juga akan setiap hari datang kesini." Jelas Siwon.

Saera yang mendengar itu hanya memutar bola matanya malas. Ya, tentu saja ia tidak akan tinggal sendirian. Eungyo akan membantunya menjalani terapi psikis. Lalu Lee Misun, seorang ahli gizi yang akan memperbaiki porsi makannya. Sungguh, ia tidak membutuhkan seseorang yang harus mengurus porsi makannya. Ia sudah senang dengan tubuh kurusnya sekarang.

"Ayo kita masuk ke dalam," ajak Siwon.

Setelah itu, mereka pun berjalan memasuki rumah. Siwon membuka pintu rumah dengan perlahan. Mereka berjalan masuk ke ruang tamu rumah ini yang cukup luas. Terdapat 5 sofa berukuran cukup besar di ruang tamu ini.

Satu hal yang membuat Saera merasa kesal sekarang karena adanya lampu besar nan mewah yang menjulang ke bawah di mana lampu itu hampir mengenai meja tamu di sini.


"Sebelah sana adalah ruang keluarga." Siwon menunjuk pada sisi kanan mereka membuat Saera pun mengikuti arah jari telunjuk Siwon.

Lagi-lagi dirinya berdecak sebal. Ruang keluarga yang didominasi oleh warna abu-abu, coklat muda dan putih lengkap dengan satu buah televisi berukuran 32 inch itu tampak seperti ruang tamu tadi. Bahkan ukurannya jauh lebih besar. Ruangan ini sebenarnya sangat nyaman namun tetap saja terlalu besar bagi tubuhnya yang kecil ini.


"Oppa, dimana kamarku? Aku ingin langsung ke kamar." Seru Saera ketika Siwon hampir membawanya ke dapur rumah.

"Oh kau tidak ingin melihat seluruhnya? Menganggumi rumah barumu yang nyaman ini, Saera."

"Ck, nanti saja. Aku ingin istirahat sekarang."

"Baiklah. Kamarmu berada di lantai atas, ayo." Siwon tersenyum, kemudian merangkul tubuh kecil Saera dan membawanya berjalan menaiki tangga rumah yang berbahan marmer dimana anak-anak tangga ini dilapisi dengan kaca anti pecah.


Entah apa nama kaca anti pecah itu, Saera tidak pun tidak tahu. Yang ia tahu sekarang adalah rumah barunya ini benar-benar mewah. Di sela-sela langkahnya menaiki tangga, Saera hanya bisa menggerakkan bola matanya. Meneliti setiap dekorasi rumah ini yang ia yakin pasti harganya sangat mahal.

Sudah di lantai atas, dekorasi rumah ini tampak sedikit sepi. Hanya ada beberapa meja, kursi kecil serta beberapa guci mahal saja. Langkah Saera akhirnya berhenti ketika Siwon pun menghentikan langkahnya. Kini mereka sudah berada di depan pintu bercat abu-abu yang berada di ujung.

"Ini kamarmu." Ucap Siwon seraya membukakan pintu kamar untuk adik tercintanya ini.

Saera menganggukkan kepalanya lalu mulai melangkah masuk ke dalam kamarnya ini yang di dominasi dengan warna coklat, abu-abu dan pink- warna kesukaannya. Sebenarnya Saera sudah ingin protes karena ukuran kamar ini tidak sesuai keinginannya. Kamar ini terlalu besar seperti kamarnya yang berada di rumah Gangnam.

Tetapi ia jauh lebih suka dengan design kamarnya yang sekarang ini. karena terlihat lebih nyaman dengan keberadaan dua anak tangga kayu yang membawanya pada yang berada di sudut ruangan di dekat kaca jendela besar. Ranjang berselimut pink itu tidak terlalu besar, ia suka itu.


Apalagi ketika ia menolehkan kepalanya ke sisi kanan, terdapat balkon berukuran cukup besar dengan pijakan rumput palsu yang pastinya akan terasa nyaman sekali jika ia berbaring di sana sambil menonton film-film kesukaannya.

"Kau suka kamar ini bukan?" Siwon akhirnya bersuara setelah tadi ia hanya bisa tersenyum memperhatikan Saera.

"Ya. Sangat suka, meski ukurannya terlalu besar." Kepala Saera menoleh kembali pada Siwon, lalu tersenyum. "Terima kasih, Oppa. Sekarang Oppa lebih baik keluar dari kamarku karena aku ingin beristirahat."

"Baiklah. Tapi pukul 7 nanti kau kembali turun ke bawah untuk makan malam dan hey hey..." Saera langsung mendorong tubuh Siwon keluar dari kamarnya. "Choi Saera Oppa belum.."

BRAKK!

Suara protes Siwon langsung tak terdengar lagi setelah Saera menutup pintu kamarnya dengan cukup keras. Bibir Saera tersenyum senang ketika ia mulai menjelajahi kamarnya ini. Ia juga segera melangkahkan kedua kakinya ke arah balkon. Membuka pintu balkon kaca tersebut membuat senyumnya semakin merekah.

Hembusan angin dingin yang menusuk kulit wajahnya benar-benar terasa menyejukkan. Rambutnya yang diikat dengan model ekor kuda pun sedikit bergerak-gerak mengenai wajahnya karena tertiup hembusan angin yang semakin kencang kala ia memajukan langkahnya mendekat pada pagar pembatas yang terbuat dari kaca.

Sekilas, Saera menoleh ke sisi kirinya. Terkejut karena ada satu buah kursi gantung di sana. Tapi setelah itu ia kembali melihat ke depan seraya mengulurkan kedua tangannya untuk memegang sisi atas pagar tersebut.


"Woah..." Decak kagum langsung keluar dari bibir kecil Saera.

Pemandangan yang cukup jauh di depan sana begitu menganggumkan. Gunung Bukhan yang menjulang tinggi di sana sedikit tertutupi kabut, tetapi itu justru terlihat sangat indah di malam hari. Apalagi, dengan adanya cahaya lampu dari rumah-rumah warga disini benar-benar memanjakan kedua matanya dan menenangkan pikirannya.

Kedua mata Saera kemudian terpejam sejenak. Merasakan nikmatnya semilir angin yang berhembus semakin kencang. Saera kembali membuka matanya dan langsung melirikkan kedua bola matanya ke bawah. Melihat pada sebuah balkon rumah yang jauh lebih kecil dari balkon kamarnya ini. Balkon di sana memiliki dua kursi hitam serta satu meja kecil.

Saera terus saja memperhatikan rumah yang sedikit mirip dengan rumahnya ini, hanya saja ukuran rumah yang berada di sebrang rumahnya ini jauh lebih minimalist dan lebih sederhana saja. Tapi kenapa tadi ia tidak menyadari keberadaan rumah itu saat keluar dari dalam mobil?


Saera tidak terlalu mempedulikan pertanyaan tak penting itu. Karena yang ia pedulikan sekarang adalah membahagiakan kedua matanya. Saera kembali meluruskan pandangannya ke depan. Ingin kembali melihat Gunung Bukhan, tetapi keinginannya itu harus pupus karena ternyata kabut asap sudah menyelimuti satu-satunya Gunung yang berada di tengah kota Seoul itu.

Saera hanya bisa mendesah kecewa sebelum akhirnya kembali melirikkan kedua matanya ke bawah. Melihat pada balkon kamar rumah sederhana yang ada di sebrangnya. Seketika Saera membulatkan kedua matanya karena saat ini kedua matanya melihat pada satu objek yang membuat kedua pipinya terasa sangat panas.

Bagaimana tidak? Di ujung balkon rumah itu, tengah berdiri seorang pria dewasa berwajah tampan dan bertubuh tinggi sambil menghisap satu batang rokok. Tubuh bagian atas pria itu tak terbalut apapun. Ya, pria itu bertelanjang dada.

Pria itu hanya mengenakan celana piyama tidur berwarna biru tua serta di kepala pria itu terdapat handuk kecil. Sepertinya pria itu baru saja selesai mandi karena rambutnya terlihat berantakan dan terlihat basah. Sungguh pemandangan itu sangatlah seksi dan indah. Bahkan ia merasa tubuh bagian atas pria itu yang cukup atletis jauh lebih indah dari Gunung Bukhan tadi.

"Apa yang aku pikirkan?" Saera bergumam pelan. Ia kemudian menggelengkan kepalanya lalu kembali menatap fokus pada laki-laki itu.

"Sejak kapan dia berada di sana?" Saera bertanya pada dirinya sendiri. Pertanyaan yang sangat bodoh.

"Oh tunggu..." Saera sedikit menyipitkan kedua matanya. "Aku seperti pernah melihat wajah pria itu. Tapi dimana?" Gumam Saera lagi.

Ia semakin memfokuskan pandangannya pada wajah pria itu. Menajamkan kedua matanya agar bisa melihat lebih jelas wajah pria itu seraya mengingat-ingat di mana ia pernah melihat wajah tampan itu?

"Ah aku benci karena memiliki ingatan yang buruk. Tapi aku yakin aku pernah melihat dia. Tapi di mana? Ayolah ayolah berpikir, Choi Saera."

Kedua mata Saera seketika membulat saat tiba-tiba pria itu menegakkan kepalanya. Dan....pria itu kini menoleh padanya. 'Mati aku. Ah ini memalukan.'

*

Kyuhyun mengerutkan keningnya ketika melihat sosok gadis bertubuh kurus dan tidak terlalu tinggi tengah berdiri di balkon rumah besar yang berada tak tealu jauh di sebrangnya. Gadis itu mengenakan celana jeans dan kaus berlengan panjang bergaris hitam putih yang dipadukan dengan outer cukup tebal berwarna coklat muda. Rambutnya yang panjang bergelombang berwarna coklat diikat satu membentuk ekor koda.

Sejak 2 menit yang lalu Kyuhyun berada di balkon kamarnya ini sambil menghisap rokoknya, ia memang merasa ada yang memperhatikannya. Ternyata memang benar, ada sosok gadis di rumah besar yang berada di sebrang rumahnya ini. Gadis itulah yang sedang memperhatikannya. Tapi siapa gadis itu?

Sungguh, ia tidak bisa melihat dengan jelas wajah gadis itu karena faktor usianya. Ia hanya bisa melihat samar-samar wajah gadis itu. Tetapi ia yakin jika warna kulit wajah gadis itu adalah putih pucat.

"Dia manusia bukan?" Tanyanya pada dirinya sendiri. Ia kemudian berjalan mendekati pembatas balkon kamarnya ini yang terbuat dari kaca dan memfokuskan kedua matanya agar bisa memastikan sosok gadis itu.

"Dia menapak, berarti dia manusia. Apa dia penghuni baru rumah besar itu?" Tanya Kyuhyun lagi pada dirinya sendiri.

Tapi setelahnya ia terkejut karena gadis itu segera berlari masuk ke dalam kamarnya. Bahkan bisa ia lihat gadis itu juga langsung menutup pintu kaca balkon kamarnya beserta gorden putihnya. Gadis itu berlari seolah-olah ia baru saja melihat hantu.

"Dia yang sejak tadi memperhatikanku. Tapi dia juga yang berlari ketakutan. Lagipula kenapa dia harus berlari ketakutan seperti itu? Apa dia pikir aku ini hantu?" Kyuhyun menggerutu. Ia jelas terlihat kesal sekali.

Kyuhyun tidak peduli pada gadis itu sekarang. Ia lebih peduli pada rokoknya juga pada wine yang ada di atas meja di balkon kamarnya ini. Tapi kemudian ia menghentikan isapannya pada rokok itu dan segera membuang putung rokok itu ke pekarangan rumahnya. Ia juga segera duduk di kursi sebelum akhirnya meminum wine sambil memandangi sapu tangan berwarna pink milik gadis pujaan hatinya yang masih ia tunggu sampai detik ini.

Dan kegiatan itu adalah kegiatan favoritnya sejak 8 tahun yang lalu. Semenjak dirinya dipecat dari pekerjaannya dulu dan sejak saat itulah ia menjadi pria yang bekerja serabutan. Sungguh menyedihkan.

ooo

Di dalam kamarnya, Saera terus membuang napas berulang kali. Ia mengatur napasnya yang terengah karena tadi sedikit berlari. Sungguh ia merasa malu sekarang. Tentu saja, dirinya tadi tengah memperhatikan pria itu, tetapi secara mengejutkan pria itu memergokinya. Apa yang sekarang dipikirkan oleh pria itu tentangnya?

"Lagipula, kenapa aku harus berlari seperti seseorang yang baru saja melihat hantu?" Tanya Saera pada dirinya sendiri. "Pria itu bukan hantu. Seharusnya aku bersikap biasa saja tadi agar pria itu tidak berpikir macam-macam tentang diriku."

Saera kemudian berdecak kesal menyadari kebodohannya sendiri. Benar, seharusnya ia tidak perlu berlari. Ia pasti terlihat bodoh di hadapan laki-laki yang sangta tampan tadi.

"Tidak. Bagiku Junghyun Oppa lebih tampan. Benar, hanya dia yang tampan." Seru Saera pada dirinya sendiri setelah tadi ia menggelengkan kepalanya.

Bibir Saera kemudian tersenyum. Ia juga segera mengeluarkan ponselnya dari saku outer yang dikenakannya. Tersenyum ketika melihat wallpaper ponselnya yang menampilkan foto laki-laki yang masih ia cintai sampai sekarang. Bahkan sampai akhir hayatnya, ia akan tetap mencintai Junghyun. Kali ini, ia tak akan melanggar lagi janji yang pernah mereka.


Ibu jari Saera lalu mengelus lembut pipi Junghyun. "Aku merasa Oppa masih berada di dekatku. Apa Oppa sebenarnya menjagaku selama 2 tahun ini?" Senyum Saera semakin merekah.

Tapi senyum itu tidak bertahan lama. Karena tiba-tiba saja ia merasakan jantungnya yang berdetak sangat cepat. Ada apa ini? Ia sudah tidak melihat pada foto Junghyun, melainkan kini ia menatap lurus ke depan pada pintu balkon kamarnya sambil mengingat wajah pria bertubuh seksi tadi.

"Aku merasa benar-benar pernah bertemu dengannya. Tapi di mana? Kenapa aku tidak bisa mengingatnya."

•••

Terima kasih banyak sudah membaca cerita ini ❤️

Continue Reading

You'll Also Like

78.7K 5.1K 68
Why did you choose him? "Theres no answer for choosing him, choosing someone shouldn't have a reason." - Aveline. ------------ Hi, guys! Aku kepikir...
616K 61.2K 48
Bekerja di tempat yang sama dengan keluarga biasanya sangat tidak nayaman Itulah yang terjadi pada haechan, dia menjadi idol bersama ayahnya Idol lif...
311K 23.8K 108
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
240K 36K 65
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...