Ten Rumors about the Mute Girl

By fibiway

264K 26.7K 2.3K

Orang-orang bilang ada gadis bisu di rumah itu. Dan akhirnya aku tahu bahwa itu benar setelah kejadian dimana... More

0.0 | copyright
epigraph
prologue
1 | people said, the house is haunted
2 | people said, she is from the other city
3 | people said, the carpenters have often moved house because 'she' is mute
4 | people said, they are anti-social family
5 | people said, Julia is a whiny girl
6 | the beginning
7 | the warming party
8 | why Mrs. Carpenter gets mad?
9 | the taro flavor
10 | Seth, the stalker
11 | Seth and the truth
12 | why Mrs. Carpenter gets mad? (pt.2)
13 | a middle-aged man asked us about the Carpenters' house
14 | what the hell?
15 | she; a gone girl
16 | ten rumors about the mute girl and her family
17 | Mom said that she will try
18 | but Mom never trying
19 | the Carpenters' truth
20 | a girl who was slapped
21 | what happen; why Penelope calling?
22 | Julian
24 | stupidity
23 | a big confusion
25 | a stranger
26 | he is the hero, again
27 | Herbert Carpenter
28 | she said she really sorry for her father
29 | the day with them
30 | a ticket, to Iceland
31 | me, and the sun, and the girl-who-will-go to reach her dream
32 | the truth, but not the whole truth
33 | the truth happened later, i think it's the end
34 | too late to say goodbye
35 | everything's back to normal, like when the girl has not come yet
36 | new neighbor, isn't it?
38 | a diary
39 | page 1, 30 November
40 | page 2, 3 December
41 | page 3, 10 December
42 | page 4, 12 December
43 | page 5, 15 December
44 | page 6, 28 March
45 | page 7, 30 March
46 | page 8, 31 March
47 | page 9, 3 April
48 | page 10, 30 May
49 | "nothing ever goes away..."
50 | "...until it teaches us what we need to know."
epilogue
[ author's note ]

37 | yeah, they are gone

2K 273 49
By fibiway

"Mengapa Anda—" aku berkata dengan nada yang terputus-putus, "—masih di sini? B-bukankah kalian ... sudah pergi?"

Ini di luar dugaan. Seharusnya, lelaki di depanku sudah pergi. Seharusnya, mereka telah berada di Islandia saat ini, tapi mengapa Herbert Carpenter bisa tiba-tiba ada di hadapanku sekarang? Tidak masuk akal.

"Aku memang tidak pergi," kata Herbert Carpenter kemudian, "Merekalah yang pergi."

"Mengapa begitu?" Sedetik setelah kulontarkan pertanyaan itu, aku mulai bertanya-tanya apakah ini mimpi atau bukan karena aku malah mencubit lengan dengan  jemariku. Sial, lumayan sakit, seperti sengatan semut merah yang menyadarkanku akan kenyataan. "Apakah ini nyata?" pertanyaan bodoh tiba-tiba keluar dari mulutku. Aku masih berdiri di ambang pintu ketika Herbert Carpenter mulai melangkah menjauhi kompor yang sudah dimatikannya. Pria itu melangkah hingga berhenti tepat kira-kira satu meter di depan ujung kakiku.

"Karena sudah takdir," katanya, dan nada kalimat itu terdengar berbeda sekali dari sebelumnya, dalam dan penuh penyesalan, sepertinya. Apa itu artinya? Apakah semua kehidupan hanya bisa ditentukan oleh takdir saja? "Aku tidak bisa ikut  mereka tinggal di Islandia karena memang begitu seharusnya. Islandia bukan rumahku."

Dan itukah juga karena 'takdir'? Persetan dengan omong kosong tentang takdir. Aku ingin bilang padanya kalau aku mendadak membenci takdir karena perkataannya barusan namun tidak jadi kukatakan karena pria di depanku tahu-tahu menaruh telapaknya di pundakku. Menepuk pundakku, dan sekali lagi, dan tersenyum. Aku memberinya tatapan bahwa aku butuh kejelasan atas semuanya dan kurasa, itu berhasil.

Herbert Carpenter membelakangiku dan berjalan ke arah loker penyimpanan di dinding dan mengambil sesuatu; dua buah piring. Diletakan piring itu di meja yang kosong sebelum akhirnya berkata lagi padaku, "Kau mau omelette?" What the ... Kenapa malah menawariku makan dan bukannya memberiku penjelasan?

Kuberi ia tatapanku yang kuanggap paling menusuk. "Saya sudah sarapan. Tapi, terima kasih," kataku cepat, "Saya hanya butuh penjelasan."

Pria itu terkekeh mendengarku berkata seperti tadi. Mungkin ia pikir, aku bercanda dan itu wajar karena sepanjang hidupku saja, sikapku selalu kekanak-kanakan seperti ini dan sungguh sialan dengan orang-orang menganggap diriku lucu. "Aku tahu kau menyukai Julia," katanya sambil diselingi tawa yang terdengar menjengkelkan, "Aku juga tahu kau sering menyelinap ke kamarnya," Ketika aku mendengar ucapannya, telingaku panas, seolah meletup-letup dengan sendirinya gara-gara rahasiaku selama ini tengah dijabarkan oleh seorang pria dengan terang-terangan.  Herbert Carpenter menghela napas panjang, lalu melanjutkan, "hanya saja, kubiarkan kau membuat Julia bahagia setidak-tidaknya hanya seringaian mungil dari wajahnya. Sejauh yang kutahu, istriku tidak pernah tahu kelakuanmu itu. Aku sengaja tidak memberitahunya supaya Julia bisa terus tersenyum melihat tingkah konyolmu itu, Jason."

Aku tidak memberikan respon apa-apa, bergeming di ambang pintu dapur sambil mengarahkan fokusku pada gerakan Herbert Carpenter di meja makan. Melihatku tidak mau diajak bercanda dengan gurauan konyol, lelaki itu pun melanjutkan, "Kemarilah, duduk. Setidak-tidaknya kau bisa mendengar ceritaku sambil makan pagi untuk yang kedua kalinya."

---

Ia jatuh cinta pada Olivia Whitney, dua tahun yang lalu, kira-kira pertengahan bulan Desember, tepat ketika malam pertama di saat salju pertama di bulan Desember turun, musim dingin spesial pertama di pusat kota Minnesota. Dia mengatakan kata 'spesial' dengan penuh perasaan namun kuanggap itu terlalu menjijikkan karena wajah Herbert Carpenter menunjukkan seulas senyuman penuh arti ketika mengatakannya. Untung aku masih bisa menahan muka rasa jijik agar tidak kutampakkan di hadapannya.

Dia bilang, berdasarkan kontrak, Olivia Whitney menyewa flat miliknya selama musim panas berlangsung di Minnesota. Olivia Whitney sedang melakukan tur kala itu. Waktu itu Herbert Carpenter adalah seorang pengusaha interior kaya yang mempunyai salah satu gedung apartemen sewa di Minnesota. Awalnya, Herbert Carpenter tidak pernah menyangka ia akan jatuh cinta dengan penghuni sementara apartemen miliknya. Namun, sesuatu terjadi dengan Olivia Whitney. Wanita itu tidak sanggup membayar sewa setelah akhir musim panas. Karyawan resepsionis sudah berulangkali menagih, hanya saja Olivia Whitney terus mengulur waktu dan bilang 'saya masih ingin tinggal di sini lebih lama lagi, tolong perpanjang jangka sewanya'. Hingga suatu hari, Herbert Carpenter sendiri tidak segan mengetuk pintu kamar Olivia Whitney dan menagih uang sewa.

Dia tidak mengatakan yang sesungguhnya, atau secara keseluruhan, kurasa. Kupikir, itu adalah hal yang privat. Dia hanya bilang, tiba-tiba saja dia terpikat oleh kecantikan Olivia Whitney, penghuni sementara apartemennya sendiri. Singkatnya—dan kurasa dia tidak akan menceritakan keseluruhannya karena memang sebenarnya  ini adalah hal yang privat; dia menceritakannya demikian semata-mata supaya aku tahu—Herbert Carpenter pun menikah dengan Olivia Whitney.  Nama wanitanya pun berganti menjadi Olivia Carpenter. Dan Julia? Aku bertanya padanya di mana keberadaan Julia pada waktu itu; dua tahun lalu.

Julia tidak pernah dikeluarkan dari apartemen Olivia Whitney. Itu sebabnya Herbert Carpenter tidak pernah melihat Julia sebelum mereka memutuskan menikah. Julia sudah dalam keadaan tidak bisa bicara ketika Herbert Carpenter pertama kali melihatnya. Dan ya, Herbert Carpenter tidak mempermasalahkan adanya Julia serta tentang bagaimana dan siapa suami Olivia Whitney sebelumya. Secepat itu, mereka menikah. Rencana kepulangan Olivia Whitney dan Julia ke Islandia pun luntur seiring berjalannya waktu.

Awalnya, semuanya berjalan baik-baik saja; Olivia dan Julia Carpenter tinggal satu rumah di rumah Herbert Carpenter. Hingga suatu hari, kala kira-kira sudah lebih satu tahun lamanya mereka menikah, pada bulan Maret, seseorang datang mengetuk pintu rumah mereka. Waktu itu Herbert Carpenter-lah yang membukakan pintu sementara Olivia Carpenter dan Julia menonton televisi di ruang keluarga. Adalah seorang petugas USCIS (lembaga keimigrasian Amerika) yang mendatangi rumah itu dan berkata dia mencari Olivia Whitney dan Julia Whitney atas tuduhan sebagai imigran ilegal dari Islandia. Olivia Whitney terdaftar sebagai turis di Amerika serta menggunakan visa dengan waktu 90 hari berkunjung sejak hari pertama.

"Aku jelas tidak mengatakan bahwa Olivia Whitney telah menikah denganku dan berganti marga seperti sekarang menjadi 'Carpenter' karena perbuatan itu jelas akan menghancurkan hidup kami. Aku hanya mengatakan, 'Olivia Whitney memang pernah tinggal di apartemen saya, hanya saja wanita itu telah pergi sekitar tiga bulan lalu' dan 'saya rasa saya tidak tahu banyak,'" begitu kata Herbert Carpenter ketika selesai menelan steak-nya.

Sejak saat itu, kata Herbert Carpenter lagi, keluarga kecil mereka berpindah-pindah rumah dari satu kota ke bagian kota kecil lainnya semata-mata untuk menghindari kejaran petugas USCIS. Dari mulai rumah, lalu tahu-tahu berganti menjadi flat kecil. Rumah kepemilikan Herbert Carpenter sendiri (di mana rumah itu adalah alamat yang dituju petugas USCIS Amerika untuk memburu istrinya) dijual karena rasanya sudah tidak akan ada kemungkinan akan kembali lagi ke rumah itu. Pada akhirnya, mereka sampai di Bloomington, dan memilih menetap.

"Selama satu tahun terakhir, meskipun tempat tinggalku berpindah-pindah, meskipun aku tinggal di Bloomington, aku harus bolak-balik dari rumah ke pusat kota Minnesota untuk mengurus bisnis, dan, yeah, semua bisnisku harus sempurna selalu," jelas Herbert Carpenter. Aku hanya bisa mengangguk-angguk mendengar penjelasannya sambil berpikir, jadi, selama ini aku jarang melihatnya adalah karena pria ini memang tidak pernah di rumah, well, masuk akal kenapa aku hanya pernah melihatnya ketika pesta housewarming serta saat-saat tertentu.

Kedua alisku terus terangkat ketika ia berhenti pada tengah-tengah cerita dan kuberi ia tatapan menagih sehingga beberapa detik kemudian dilanjutkannya cerita. "Selama kesibukanku itu pula, lama-kelamaan kusadari sesuatu terjadi pada diri istriku. Ia mulai menjadi emosional. Katanya, ia syok berat ketika melihat petugas USCIS tiba-tiba berada di depan rumah mengetuk pintu yang tidak dibukakannya. Lalu, ketika istriku sedang pergi dan aku di luar kota, Julia jelaslah berada di rumah sendirian, membukakan pintu; berhadapan dengan petugas USCIS itu.

"Julia tidak bisa mengatakan apa-apa, namun istriku tetap marah sehingga memintaku menyewa apartemen di ujung jalan untuk memindahkan Julia kalau-kalau gadis itu dipastikan akan ditinggal di rumah sendiri.

"Hei, kau tahu? Sejujurnya aku sendiri tidak paham dengan istriku sendiri dan Julia. Aku hanya bisa mencintainya di tengah-tengah kesibukanku, itu saja."

Mencintainya lalu menikahinya? Kau pikir itu cukup? Sial, apakah aku terlalu sok tahu?

Aku memutuskan bicara setelah beberapa menit lamanya Herbert Carpenter telah melontarkan kalimat-kalimat sejarah hidupnya. Kukatakan, "Aku tahu mereka, tuan," kataku, "Olivia Carpenter terlalu keras pada Julia, dan, yang menyedihkan adalah, Julia menganggapnya baik-baik saja, sebuah hal yang wajar; rasa kasih sayang."

Herbert Carpenter menatapku nanar dari seberang meja; kami berhadapan. Steak di piringnya sudah habis lima menit lalu; sementara punyaku tinggal satu potongan terakhir, namun ia belum menunjukkan tanda-tanda akan beranjak dari tempatnya (atau mungkin menungguku menghabiskan makananku dulu).

Tepat ketika aku memasukkan daging terakhir ke mulutku menggunakan garpu, lelaki itu berkata, "Kau tidak bisa mengubah apa pun meskipun kini kau tahu segalanya, Jason," katanya, lalu berdiri, meraih piring kotornya, lalu berbalik dan berjalan ke arah wastafel.

"Apa?" tanyaku kikuk.

"Ya, mereka sudah pergi." []

JADI??? BAGAIMANA? apakah ini sudah menjelaskan?

Continue Reading

You'll Also Like

2.3M 81.9K 44
Jangan jadi pembaca gelap! Seorang santriwati yang terkenal nakal dan bar-barnya ternyata di jodohkan dengan seorang Gus yang suka menghukumya. Gus g...
13.3K 2K 31
Setelah ditinggalkan oleh seseorang yang menjadi alasannya bermain basket, Haura Anastasia harus menanggung beban sebagai angkatan tertinggi. Dengan...
7.1K 1.1K 35
Dapat kado dari Dirga bikin Monita besar kepala. Soalnya, Dirga itu cowok paling populer di sekolah, dan rival karibnya terlihat cemburu total! Namun...
3.5M 166K 62
[SEBELUM BACA YUK FOLLOW DAN VOTE SETIAP CHAPTER SEBAGAI BENTUK PENGHARGAAN BUAT AUTHOR YANG CAPE CAPE MIKIR ALURNYA, YA WALAU MUNGKIN ADA YANG GAK M...